Three Minds, One Darkness

"Dengar chibi, Oom itu benar-benar kerja sama Tante Dira kamu! Bukan kencan!" ucap Tora judes.

"Iya tahu Oom Tora tinggi dan aku masih chibi tapi kan nggak perlu diperjelas Oom," jawab Kei kalem membuat Dirandra cekikikan.

Dua orang beda usia dan ukuran tapi satu gender itu saling berpandangan tajam sambil bertolak pinggang.

"Kei! Tidak boleh seperti itu!"

Kei langsung berubah sikap menjadi anak manis dan Tora melihat seorang pria dengan wajah dingin, mendatangi mereka.

"Anda pasti Chief Tora Matsumoto. Perkenalkan, saya Daigo Watanabe, ayah Kei. Maafkan kelakuan Kei yang ... Sangat gen julid. Kei, minta maaf sama Oom Tora! Tidak boleh ngomong tidak sopan seperti itu!" Daigo menegur putranya yang masih mode julid.

Kei pun membungkuk hormat. "Gomennasai."

Tora pun mengangguk. "Dimaafkan."

"Gomen nya hari ini saja Oom. Besok beda lagi," cengir Kei membuat Tora mendelik.

"Keeeeiiii!" tegur Daigo gemas karena tahu, Kei mirip opa buyutnya, Takeshi Takara yang terkenal julid dengan menantunya, Luca Bianchi.

"Katanya Kei harus jujur, Otousan. Ya kan apa adanya plus adanya apa," jawab Kei.

Daigo menatap tajam ke arah putranya. "Masuk ke kamar, tulis 'Kei tidak julid sama Oom Tora' seratus kali pakai hiragana!"

Kei melongo dan dia menoleh ke arah ibunya yang datang. "Okachaaannn ...."

"Lakukan apa yang Otousan perintahkan, Kei. Itu akibatnya karena kamu tidak sopan sama orang yang lebih tua!" tegur Tsuyu lembut tapi tegas.

Kei pun cemberut. "Baik okasan. Oom Hachiiii ... Aku butuh Jacintaaaaa buat animal support!" Bocah lima tahun itu langsung berlari ke dalam mencari pengawalnya.

"Jacinta?" tanya Tora bingung.

"Oh, ular piton jenis Ball python. Dulu kepala pengawal kami, Opa JJ punya ular bernama Jason tapi ternyata ular betina. Opa JJ mengawinkan ularnya ke pecinta ular di Tokyo dan sekarang anaknya yang dipelihara," jawab Tsuyu.

"Jason kemana?" tanya Tora.

"Seminggu setelah Opa JJ meninggal, Jason pun mati. Dia tidak mau makan, merasa kehilangan ayahnya."

Tora mengangguk. "Begitu."

"Kalian sudah mendapatkan informasi?" tanya Daigo.

"Sedikit. Tsuyu, aku pinjam ruang IT ya," pinta Dirandra.

"Boleh aja. Bilang sama Ryosuke kamu mau pinjam."

"Domo arigato."

Dirandra lalu mengajak Tora masuk ke dalam dan menuju ruang IT.

"Kenapa Kei julid ke Tora?" tanya Tsuyu bingung.

"Tahu tuh. Papamu sudah cerita tapi aku berpikir, masa Kei seperti itu sama orang yang baru dikenalnya. Kan Kei biasanya mengamati dulu kan? Tapi ini langsung ngajak ribut Tora. Eh, ternyata kejadian juga tadi. Aku lihat tadi bagaimana Kei dan Tora ribut." Daigo menatap Tsuyu. "Apa karena efek mau punya adik ya?"

Tsuyu tersenyum. Dirinya memang sedang hamil lima bulan dan bayinya sudah diketahui jenis kelaminnya perempuan.

"Mungkin. Kei bingung nanti mau punya adik dan pasti merasa kita akan melupakan dia. Padahal ya tidak." Daigo menoleh ke dalam rumah induk Yakuza Takara Bianchi.

"Makanya rasa bingungnya dilampiaskan ke Tora," kekeh Tsuyu. "Kacau ini."

***

"Kita mundurkan hingga nona Dirandra kuliah?" tanya Ryosuke ke Dirandra dan Tora. Chief Intelijen Jepang itu terkagum-kagum dengan kecanggihan teknologi milik keluarga Yakuza Takara. Lebih canggih dari di kantornya.

"Iya. Aku tidak punya banyak teman di kampus. Ini daftarnya." Dirandra memberikan semua daftar nama temannya di kampusnya.

Ryosuke lalu mencari data semua teman Dirandra.

"So far, yang di kampus ini aman." Ryosuke memperlihatkan teman-teman Dirandra yang sudah banyak berkerja di tempat prestisius.

"Bagaimana dengan kampus aku di China." Dirandra memberikan nama teman-teman seangkatannya. "Tolong di cross check dengan pekerjaan di Jang Corp. Dan berhubungan dengan Professor Colton Sheehan."

"Siapa itu Professor Colton Sheehan?" tanya Tora.

"Pengkhianat Jang Corp."

"Dimana dia sekarang?" tanya Tora. Dia tahu Jang Corp karena Jepang terutama kepolisian Jepang dan Badan Intelijen nya memakai beberapa teknologi perusahaan senjata dan aplikasi enkripsi.

"Sudah mati. Di Jang Corp, pengkhianat hukumannya mati!" jawab Dirandra dingin. Duncan O'Grady memang ketat dalam melindungi semua jeroan Jang Corp yang dibangun oleh Jang Geun Moon dan Benjiro Smith.

Tora mengangguk. Siapapun pasti akan melakukan hal yang sama untuk melindungi rahasia perusahaan.

"Nona Dirandra, ini ada yang red flag. Apa namanya Xiu Teng terdengar familiar?" Ryosuke menoleh ke arah Dirandra.

"Perek itu?"

Sontak semua pria di ruang IT mendelik tanpa terkecuali Tora Matsumoto.

"Apa maksudmu?" tanya Tora.

"Xiu Teng memang cantik ...." Dirandra menunjuk foto temannya saat kuliah. "Dia tidak pintar di otak tapi pintar di servis. Tidak sedikit profesor menjadi kliennya dan nilainya bisa terkatrol. China memang ketat tapi, mereka bisa lolos."

Tora melihat wajah cantik Xiu Teng tapi dia bisa tahu, jika wanita ini ... J4l4ng.

Kamu juga cantik kok nona racun - batin Tora. Bahkan lebih cantik dari Teng Tong suara bel.

"Dia bekerja di sebuah laboratorium New York." Ryosuke mulai melakukan doxing semua data Xiu Teng dan Professor Colton Sheehan. "Mereka pernah bersama."

"Apa saling ... Begitulah?" tanya Dirandra.

"Xiu Teng sangat paham tentang toksikologi dan Professor Sheehan adalah ... Penjudi kelas kakap." Ryosuke berhasil mendapatkan data keuangan. "Dia punya hutang seratus juta dollar ke sebuah kasino di Las Vegas. Dia pinjam uang ke rentenir dengan catatan mereka minta racun paling kuat."

"Dan data racun punya Oma Moon diambil. Bagaimana bisa lolos dari ruangannya Oom Duncan?" gumam Dirandra bingung. "Semuanya tersimpan di vault rahasia."

"Mungkin dia mencoba-coba cari tahu?" ucap Tora

"Bisa jadi."

"Lalu Xiu Teng dan Professor Sheehan?" tanya Tora lagi.

"Xiu Teng adalah pacar si rentenir dan rentenirnya adalah pembunuh bayaran." Ryosuke benar-benar mendoxing semuanya.

"Kenapa dia pakai namaku di TKP menteri buruh Jepang? Ditambah ... Tunggu ...." Dirandra tampak berpikir. "Apa dia dendam padaku?"

"Apa yang sudah kamu lakukan Dira?" tanya Tora.

"Aku sudah membuatnya dikeluarkan dari kampus." Dirandra menatap Tora. "Bisa jadi kan?"

Tora hanya mengangguk. "Bisa jadi. Terkadang dendam bisa bermula dari hal yang sepele."

Dirandra menatap layar monitor. "Akan aku habisi dia!" geramnya.

Semua orang merasa merinding.

***

Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu.