NovelToon NovelToon
Jodohku Adalah Sahabat Dari Mantan Ku

Jodohku Adalah Sahabat Dari Mantan Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Agnura

cerita ini aku ambil dari kisah aku sendiri

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps # Kak Angga menjagaku selama aku sakit

Hari semakin siang ,Udara siang itu terasa hangat, tapi tidak sepanas biasanya. Cahaya matahari yang masuk dari celah jendela rumah sakit menimpa lantai putih, menciptakan pantulan lembut yang menenangkan. Aku duduk bersandar di ranjang pasien, dengan tangan kanan yang masih tertusuk selang infus.

3 jam yang lalu dari Kak Angga datang rasanya aku seperti sedang ada yang melindungi dengan senyum hangat dan langkah tenang yang selalu membuat suasana jadi sedikit lebih ringan. Tak lama setelah itu, seorang perawat masuk membawa nampan berisi makanan. Aroma sup ayam yang masih mengepul menyebar di ruangan kecil itu.

Perawat meletakkan nampan di meja kecil di samping ranjangku.

“Dek, kamu kakak suapin, ya?” ucap Kak Angga sambil menggeser kursi ke dekatku. Suaranya lembut, tapi ada nada tegas di baliknya—seperti seseorang yang terbiasa menjaga, bukan hanya memperhatikan.

“Iya, Kak,” jawabku pelan, menunduk sedikit sambil tersenyum.

Mama yang dari tadi duduk di kursi pojok tiba-tiba angkat bicara. “Nak, Mama mau pulang dulu ke rumah ya. Mau ambil baju buat Cila. Semalam Mama panik, nggak sempat bawa apa-apa.”

Beliau menatapku dengan senyum hangat tapi mata yang lelah aku tahu Mama belum tidur nyenyak sejak aku masuk rumah sakit.

“Buat baju ganti Cila, ya, Ma?” tanya Kak Angga memastikan.

“Iya. Kamu bisa, kan, nungguin cila dulu sebelum Mama balik?”

“Oh, iya, Ma. Boleh. Tenang aja, aman kok. Cila nggak bakal aku apa-apain,” jawab Kak Angga sambil tersenyum meyakinkan.

Mama tertawa kecil, lalu menepuk bahunya. “Mama tahu, Nak. Kamu anak yang bisa dipercaya.”

Beliau menatapku sebentar, lalu mencium keningku sebelum pergi. “Istirahat, ya, Nak. Jangan banyak pikiran. Mama nggak lama.”

Aku hanya mengangguk. “Iya, Ma. Hati-hati di jalan.”

Pintu tertutup perlahan. Suara langkah Mama memudar di koridor rumah sakit. Hening. Hanya terdengar bunyi monitor infus yang berdetak pelan.

Di sisi lain, Kak Angga sudah menyiapkan sendok, meniup sedikit uap dari sup, lalu mengangkatnya ke arahku.

“Ayo, baca doa dulu sebelum sendok ini masuk ke mulut mungil kamu,” katanya sambil tersenyum.

Aku menatapnya sekilas, lalu menutup mata. “berdoa dalam hati” ucapku pelan, sebelum membuka mulut menerima suapan pertama.

Rasa sup itu sederhana, tapi entah kenapa terasa lebih hangat. Mungkin karena cara Kak Angga memperhatikan setiap detail dari seberapa panas sendoknya, sampai bagaimana aku menelan.

“Enak ?? ” tanyanya.

Aku mengangguk pelan. “Enak, Kak.”

“Bagus. Kalau gitu habisin, biar cepat sembuh.”

Setiap suapan terasa seperti percakapan tanpa kata. Kadang ia bercanda kecil, membuatku tertawa meski tenggorokan masih perih.

“Dek, kalau kamu ketawa terus, nanti supnya malah tumpah loh,” katanya sambil pura-pura cemberut.

Aku malah tertawa lebih keras. “Hehe, iya Kak, maaf.”

Beberapa menit kemudian, piring sudah kosong. Kak Angga meletakkan sendok di nampan, lalu mengelap tanganku dengan tisu. Aku memperhatikannya dalam diam. Ada sesuatu pada sosoknya yang sulit dijelaskan campuran antara perhatian, kesabaran, dan rasa sayang yang tak diucapkan.

Setelah semuanya beres, ia menatapku serius. “Dek, Kakak mau nanya sesuatu, boleh?”

Aku menatapnya balik, sedikit bingung. “Apa, Kak?”

“Dek, kamu sakit karena banyak pikiran, kan?” suaranya tenang, tapi nada khawatirnya jelas.

Aku tersenyum samar. “Nggak, Kak. Aku cuma kecapekan aja.”

Kak Angga menghela napas. “Plis, dek jawab yang jujur. Jangan kamu sembunyiin sendiri.”

Nada suaranya berubah lebih lembut, tapi juga lebih menekan.

Aku menunduk. “Nggak, Kak. Emang dia dari awal udah sering ngomong gitu, jadi aku udah biasa.”

“Kamu maksud Jen, kan?” tanyanya hati-hati.

Aku terdiam. Hanya suara mesin pendingin ruangan yang terdengar.

“Jadi kata-kata yang dia lontarkan bukan cuma yang kemarin? Tapi sebelumnya juga?”

Aku menggigit bibir, menahan sesuatu di dada.

“Iya… tapi nggak apa-apa, Kak. Aku udah terbiasa.”

Kak Angga menatapku lama. Tatapannya dalam, seperti berusaha membaca semua luka yang kusimpan di balik senyum yang kupaksakan.

“Cila, kebiasaan bukan berarti nggak sakit,” katanya pelan.

Aku menelan ludah. “Aku cuma nggak mau ribut, Kak. Jen itu temen Kaka walaupun kadang omongannya suka nyakitin.”

Ia menghela napas panjang, lalu berdiri. “Dek, kamu tau nggak kenapa Kakak selalu datang tiap hari?”

Aku menatapnya tanpa menjawab.

“Karena Kakak tahu kamu nggak cerita semuanya ke kaka, Kamu kuat, tapi diam kamu itu bahaya. Kadang orang yang paling diam justru yang paling terluka.”

Aku hanya bisa menatap jari-jari tanganku sendiri, yang kini mulai gemetar kecil. Entah karena emosi, atau karena perasaan hangat yang pelan-pelan muncul dari dalam dadaku.

“emang iya kan ka aku orang nya gendut gk ada langsing-langsing nya kan dia gak bohong ka emang nyata yang dia omongin " sambil senyum kecil, Aku cuma capek, Kak gak mau nambah masalah,” suaraku nyaris seperti bisikan.

“Capek karena apa?”

“Capek harus selalu kuat. Harus pura-pura nggak apa-apa padahal hati berantakan.”

Kak Angga mendekat, lalu duduk di tepi ranjang. Ia menatapku lembut.

“Cila…” panggilnya.

Aku menoleh, dan sebelum sempat berkata apa pun, tangannya mengelus punggung tanganku perlahan. “Kamu nggak harus pura-pura di depan Kakak. Nangis juga nggak apa-apa.”

Aku menatapnya lama, lalu air mata itu jatuh tanpa bisa kucegah.

“Aku cuma pengin denger kata-kata yang nggak nyakitin, Kak ” bisikku di sela tangis.

Kak Angga mengangguk pelan. “Kamu pantas dapet yang baik, Dek. Jangan biarin omongan orang lain bikin kamu ngerasa kecil.”

Tangisku makin deras. Tapi untuk pertama kalinya, tangis itu terasa lega. Seolah semua beban yang selama ini kutahan pelan-pelan keluar bersamaan. Kak Angga tidak berkata apa-apa lagi. Ia hanya menepuk bahuku pelan, membiarkanku menumpahkan semuanya.

Waktu berjalan tanpa terasa. Hujan kecil mulai turun di luar jendela. Langit sore itu berwarna abu-abu lembut. Kak Angga mengambilkan tisu, mengusap sisa air mata di pipiku.

“Udah, ya. Nanti Mama lihat kamu nangis, bisa panik lagi.”

Aku tersenyum kecil. “Iya, Kak. Maaf, ya.”

“Ngapain minta maaf?” katanya sambil tertawa kecil. “Manusia itu butuh nangis, biar lega. Kalau terus ditahan, nanti malah sakit lagi.”

Aku hanya menatapnya. Dalam diam, aku bersyukur Kak Angga ada. Di dunia yang kadang terlalu bising, kehadirannya seperti jeda yang menenangkan.

Beberapa saat kemudian, ia bangkit berdiri dan berjalan ke jendela. “Hujan, ya. Kayaknya Mama bakal agak lama.”

“Iya, Kak. Tapi aku nggak apa-apa kok. Udah mendingan.”

“Ya bagus. Tapi Kakak tetap di sini sampai Mama balik.”

Aku tersenyum. “Nggak bosen nunggu?”

“Bosen? Enggak lah. Kakak udah biasa nemenin orang keras kepala kayak kamu.”

“Siapa yang keras kepala?”

“Kamu,” jawabnya cepat, lalu tertawa.

Tawa kami memenuhi ruangan kecil itu. Rasanya hangat, seperti suara yang menepis sepi.

Menjelang malam, lampu ruangan dinyalakan. Aku sudah berbaring dengan selimut menutupi badan. Kak Angga masih duduk di kursi, sibuk memainkan ponselnya, tapi sesekali melirikku memastikan aku nyaman.

“Kak…” panggilku lirih.

“Hmm?”

“Terima kasih, ya.”

“Buat apa?”

“Udah mau dengerin aku, nemenin aku.”

Kak Angga tersenyum kecil. “Kakak janji, selama Kakak bisa, kamu nggak akan sendirian lagi.”

Aku memejamkan mata. Di balik suara mesin infus dan hujan di luar sana, aku merasa tenang.

Mungkin benar kata Mama, kadang Tuhan nggak langsung kasih jawaban lewat doa, tapi lewat orang-orang yang dikirimNya untuk menjaga.

Dan malam itu, aku tahu Kak Angga adalah salah satunya.

1
Sterling
Asik banget ceritanya!
Agnura 🍑: terimakasih ka
total 1 replies
Agnura 🍑
pokoknya tunggu episode selanjutnya 🙏
Android 17
Wah, ga terasa udah kelar aja. Makasih thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!