NovelToon NovelToon
​ Dendam Sang Mantan Istri Miliarder

​ Dendam Sang Mantan Istri Miliarder

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Pelakor / Pelakor jahat / Tukar Pasangan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Selingkuh
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Adrina salsabila Alkhadafi

​💔 Dikhianati & Dibangkitkan: Balas Dendam Sang Ibu
​Natalie Ainsworth selalu percaya pada cinta. Keyakinan itu membuatnya buta, sampai suaminya, Aaron Whitmore, menusuknya dari belakang.
​Bukan hanya selingkuh. Aaron dan seluruh keluarganya bersekongkol menghancurkannya, merampas rumah, nama baik, dan harga dirinya. Dalam semalam, Natalie kehilangan segalanya.
​Dan tak seorang pun tahu... ia sedang mengandung.
​Hancur, sendirian, dan nyaris mati — Natalie membawa rahasia terbesar itu pergi. Luka yang mereka torehkan menjadi bara api yang menumbuhkan kekuatan.
​Bertahun-tahun kemudian, ia kembali.
​Bukan sebagai perempuan lemah yang mereka kenal, melainkan sebagai sosok yang kuat, berani, dan siap menuntut keadilan.
​Mampukah ia melindungi buah hatinya dari bayangan masa lalu?
​Apakah cinta yang baru bisa menyembuhkan hati yang remuk?
​Atau... akankah Natalie memilih untuk menghancurkan mereka, satu per satu, seperti mereka menghancurkannya dulu?
​Ini kisah tentang kebangkitan wanit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23 Sebuah Janji dan Jaringan Tersembunyi

​Seminggu setelah ayunan Kenzo terpasang, Natalie menepati janji. Ia mentransfer sisa pembayaran ayunan, menambahkan sedikit 'bonus' sebagai tanda terima kasih, yang kemudian segera dikembalikan oleh Arif dengan pesan singkat: “Bayar yang disepakati saja, Nat. Aku tidak mau lebih. Ini soal kejujuran.” Natalie tersenyum, semakin menghargai integritas pria itu.

​Masalah pinjaman modal Arif masih menghantui Natalie. Ia tahu, dengan jaringan dan kekuasaannya, ia bisa menyelesaikan masalah Arif dalam waktu lima menit. Tetapi itu akan menghancurkan dinding kejujuran yang sedang ia bangun. Ia harus membantu sebagai Natalie Ainsworth, ibu tunggal, yang hanya memiliki ‘jaringan kecil’.

​Di ruang kerjanya yang luas di puncak Whitmore Group, Natalie menelepon seorang kenalan lama: Doni, pemilik bank komersial skala menengah yang fokus pada UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah).

​"Doni, aku ada kasus menarik. Ada pengrajin kayu yang sangat berbakat, integritasnya tinggi, tapi butuh pinjaman modal kecil, sekitar Rp 75 juta. Dia ditolak bank besar karena tidak punya jaminan aset," kata Natalie melalui telepon.

​"Tunggu, Nat? Ini kamu? Bukannya kamu biasanya hanya berurusan dengan transaksi akuisisi miliaran? Kenapa tiba-tiba urusan pinjaman ecek-ecek?" tanya Doni, bingung.

​"Anggap saja ini Corporate Social Responsibility pribadi, Doni," balas Natalie dingin. "Aku ingin kamu melihat proposal bisnisnya tanpa melihat latar belakang keuangannya, murni dari potensi dan integritasnya. Jika kamu menolak dia, aku akan menarik semua rekening Whitmore Group dari bankmu."

​Ancaman itu adalah masterstroke. Doni, yang panik, segera menyanggupi. "Tentu, tentu, Nat. Suruh dia kirim proposalnya ke kantor cabang Kebayoran. Aku akan pastikan timku menanganinya secara pribadi."

​Natalie menutup telepon. Ia telah menggunakan kekuasaannya, tetapi dalam bayangan.

​Keesokan paginya, Natalie bertemu Arif di Kopi Kata, kedai kopi sederhana tempat mereka pertama bertemu.

​"Arif, aku punya kenalan yang bekerja di bank UMKM. Bukan bank besar, tapi mereka fokus membantu orang-orang jujur sepertimu. Mereka bersedia melihat proposalmu," kata Natalie, menyerahkan kartu nama Doni yang sudah ia coret-coret dan terlihat lusuh.

​Arif terkejut. "Sungguh, Nat? Terima kasih banyak. Tapi... bagaimana kau bisa punya kenalan di bank? Aku kira kamu hanya 'manajemen' biasa."

​Natalie tertawa gugup. "Ah, kenalan lama saja. Aku dulu sempat bekerja di kantor akuntan, banyak berurusan dengan bankir kecil. Aku bilang padanya, kalau dia tidak melihat potensimu, dia akan kehilangan pelanggan potensial. Jadi, anggap saja aku jadi makelarmu."

​Arif tersenyum lebar. "Natalie, kamu penyelamat. Aku tidak tahu bagaimana membalas kebaikanmu. Tapi aku harus pastikan, aku akan melakukannya sendiri. Aku tidak mau kamu terlibat terlalu jauh."

​Natalie mengangguk, menghormati harga diri Arif. "Tentu. Kirimkan saja proposalmu ke mereka. Coba buat proposalnya lebih menarik. Jelaskan bagaimana Bengkel Kayu Jujur akan memberikan nilai sosial, bukan hanya keuntungan."

​Mereka berdiskusi detail proposal selama satu jam. Natalie, tanpa sengaja, menggunakan terminologi bisnis yang sangat canggih dan taktis.

​"Ide margin keuntunganmu itu bagus, Arif, tapi kamu harus memproyeksikan Return on Investment jangka panjang. Perluas segmen pasarmu, mungkin masuk ke pasar furnitur minimalis yang sedang tren di kalangan milenial," saran Natalie, tanpa sadar ia sedang mengarahkan strategi CEO.

​Arif menatapnya, terpukau. "Wah, Nat. Saranmu ini... sangat tajam. Kamu yakin cuma kerja di 'manajemen biasa'?"

​Natalie tersadar. Ia harus segera menarik diri. "Ya! Aku banyak membaca saja. Majalah bisnis. Semua ibu tunggal harus pintar cari celah," kilahnya, tersenyum cepat.

​Dua minggu kemudian, proposal Arif disetujui. Doni menelepon Natalie, sedikit cemas.

​"Nat, proposalnya Arif luar biasa! Analisis pasar, proyeksi keuangan, semuanya sangat solid. Aku yakin dia akan jadi klien terbaik kami. Tapi, aku ingin memberinya pinjaman yang lebih besar, Rp 150 juta. Kami butuh aset jaminan yang layak."

​"Doni, jangan. Ikuti saja yang Rp 75 juta. Dia tidak punya jaminan, dan dia benci utang besar," potong Natalie tegas.

​"Tapi Nat! Dia mencantumkan alamat rumah yang sama dengan alamat CEO Whitmore Group! Hanya saja nomornya berbeda! Siapa wanita ini sebenarnya, Nat? Apa dia saudaramu? Kenapa proposal bisnis UMKM bisa setajam ini?"

​Jantung Natalie mencelos. Arif mencantumkan alamat rumahnya yang kini menjadi Headquarters Whitmore-Ainsworth Foundation! Ia lupa bahwa alamat yang ia gunakan untuk menghancurkan Aaron adalah alamat rumah yang sama di blok tersebut.

​"Doni, dengar baik-baik," suara Natalie kini kembali ke mode CEO yang dingin dan mengancam. "Dia bukan siapa-siapaku, hanya teman lama. Aku bantu dia karena passion-nya. Jangan pernah sebutkan namaku atau Whitmore Group di depan dia. Berikan pinjaman Rp 75 juta tanpa jaminan aset besar. Jika kamu membuat masalah dengannya, aku akan pastikan bankmu tidak pernah melihat hari esok. Jelas?"

​"Jelas, Nat. Maaf! Aku janji tutup mulut!"

​Natalie menghela napas lega. Krisis hampir teratasi.

​Kencan Pertama yang Berbeda

​Sore itu, Arif mendatangi rumah Natalie, wajahnya berseri-seri. Ia membawa martabak manis untuk Kenzo.

​"Nat! Disetujui! Pinjaman Rp 75 juta! Aku tidak percaya! Bank itu sangat profesional, dan mereka sangat menyukai ideku! Mereka bahkan memuji proyeksi Return on Investment!" seru Arif, terlalu gembira untuk menyadari betapa rumitnya proses itu.

​"Selamat, Arif! Aku senang mendengarnya," kata Natalie tulus.

​"Ini semua berkat kamu! Aku ingin mentraktirmu malam ini. Sebagai perayaan! Tidak usah mewah. Ada warung pecel lele enak di dekat sini. Kamu mau?"

​Natalie melihat wajah gembira Arif. Ia memandang Kenzo yang sudah asyik dengan martabaknya. Untuk pertama kalinya, ia ingin mengatakan ya. Ia lelah dengan makan malam bisnis yang mahal dan dingin.

​"Tentu, Arif. Aku mau," jawab Natalie, tersenyum. "Tapi kita harus tunggu Maya datang menjaga Kenzo. Pecel lele sounds perfect."

​Malam itu, CEO Whitmore Group, mengenakan t-shirt dan celana jins lamanya, duduk di bangku kayu pinggir jalan, berhadapan dengan Arif si pengrajin kayu. Cahaya lampu neon warung pecel lele menerangi wajah mereka.

​Natalie makan lele goreng dengan lahap, menikmati kebebasan yang ia rasakan.

​"Aku sangat menghargai ini, Nat," kata Arif, menatapnya serius. "Kamu membantu tanpa meminta balasan, kamu memberikan saran yang sangat pintar, dan kamu membuatku percaya diri. Kamu adalah wanita yang sangat... real."

​Natalie menatap mata Arif. Di mata itu, ia tidak melihat harta, tidak ada CEO, hanya kekaguman yang tulus pada Natalie si wanita.

​"Aku hanya ingin melihat orang jujur berhasil, Arif. Aku sudah terlalu sering melihat orang tidak jujur menang," bisik Natalie, kenangan Aaron sejenak menyeruak.

​"Aku janji, Nat. Aku tidak akan pernah jadi pria yang tidak jujur. Aku akan membayarmu kembali dengan pekerjaan dan persahabatan yang tulus," ujar Arif, meletakkan tangannya di atas tangan Natalie sebentar, sebuah sentuhan yang penuh hormat.

​Di tengah kesederhanaan warung pecel lele, Natalie merasa lebih aman, lebih dihargai, dan lebih nyata daripada saat ia duduk di kursi CEO-nya. Ia telah menemukan tempat di mana perisai kekuasaannya tidak diperlukan, dan ia bersedia menjaga rahasia itu demi kesempatan mendapatkan cinta yang tulus.

1
partini
dari sinopsisnya ngeri " sedap menarik
Himna Mohamad
lanjut thoor
putri lindung bulan: siap akan saya lanjutkan
total 1 replies
Himna Mohamad
good thoor sat set
Himna Mohamad
👍👍👍👍👍
Himna Mohamad
sdh mampir thoor,,lanjut
putri lindung bulan: terimakasih sudah mampir , salam kenal ya
total 1 replies
Himna Mohamad
awal yg bagus thoor👍👍👍👍👍
putri lindung bulan: terimakasih sudah mampir
total 1 replies
putri lindung bulan
untuk sahabat adri selamat datang di dunia nataly.semoga kalian suka novel.jika suka jangan lupa beri like,dan sisipkan komentar.salam kenal semuanya🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!