NovelToon NovelToon
Sopirku Mantan Dosaku

Sopirku Mantan Dosaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Saling selingkuh / Cinta Terlarang / Mantan / Romansa / Cintapertama / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Laila_Anta

Pernikahan seharusnya membuka lembaran yang manis. Tapi tidak bagi Nayara, dia menyimpan rahasia kelam yang akhirnya merenggut kebahagiaannya.

Suaminya membencinya, rumah tangganya hampa, dan hatinya terus terjerat rasa bersalah.

Hingga suatu hari sumber masalahnya sendiri datang dan berdiri dihadapannya, laki-laki yang kini memperkenalkannya sebagai sopir pribadi.

“Sudah aku katakan bukan. Kamu milikku! Aku tidak akan segan mengejarmu jika kau berani meninggalkanku.”

Apakah Nayara akan mempertahankan rumah tangganya yang hampa atau kembali pada seseorang dimasa lalu meski luka yang ia torehkan masih menganga dihatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laila_Anta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Dev yang tadi sempat terpancing, kini ia berusaha menguasai dirinya kembali. "Kalau begitu saya permisi Tuan, Nyonya."

"Heum," jawab Bian acuh.

"Tunggu." Bian menarik tangan Nay yang hendak menyusul Dev keluar dari kamar. "Aku ingin berbicara denganmu."

Tubuh Nay berbalik. Ia menatap tangan yang digenggam oleh suami untuk pertama kali setelah sekian lama.

"Ini tentang hubungan kita. Apa kau ingat? Aku pernah berbicara tentang perubahan pada hubungan kita." Kini kedua tangan Nay digenggam oleh Bian. "Aku ingin memulai semuanya dari awal." Tatapannya lembut.

Gadis itu menunduk. "Kenapa? Apa kau tidak mau?" tanya Bian.

Dengan bibir yang bergetar Nay menatap wajah suami yang sudah dinikahinya setahun lalu. "Aku cukup lama menunggu kalimat itu darimu."

Bian mencelos. Ada sesuatu yang mengoyak hatinya. Dengan berkata lirih Nay kembali berucap. "Ini untuk pertama kalinya aku melihat tatapan mu begitu lembut. Kenapa? Kenapa baru kali ini."

Tanpa mengada-ada hati Nay saat ini begitu rapuh. Jujur, jika dulu ia begitu menunggu kalimat itu keluar dari mulut suaminya. Tapi saat ini, disaat seseorang sudah mengganggu hati dan pikirannya.

Ia mencengkram tangan Bian yang kini masih menggenggam kedua tangannya. Rasa sesak yang terlalu menggunung membuat sesuatu ingin meledak dari hatinya.

"Maafkan aku. Aku memang laki-laki egois. Laki-laki kaku yang tidak bisa mengapresiasikan rasa cinta," ucap Bian dengan segudang rasa bersalah di dadanya.

"Kali ini aku benar-benar menginginkan kelanjutan hubungan kita. Aku berjanji akan menjadi suami yang baik untukmu."

Tangan kanannya terangkat. Menarik dagu Nay untuk melabuhkan sebuah ciuman.

Gadis itu pasrah, akhirnya bibir mereka mendarat dengan sempurna. Ciuman hangat yang membuat gejolak kelelakian Bian terpancing. Dengan gerakan terburu-buru laki-laki itu mengangkat tubuh Nay dan mendaratkan nya di atas ranjang.

"Sial!" Dev mengepalkan kedua tangannya. Gigi gerahamnya saling beradu dengan sorot mata tajam.

Ingin sekali ia masuk lalu menghentikan aktivitas kedua orang yang ia yakini berada di atas ranjang tersebut. Tapi sebelum itu, untung saja akal sehatnya masih bisa berjalan dengan baik.

Dev menuruni tangga dengan nafas yang memburu. Dengan langkah cepat laki-laki itu keluar dari villa. Ia memutuskan masuk ke dalam mobil berniat pergi. Ia begitu muak dengan ketidakberdayaan nya saat ini.

"Sial. Sial!"

Kedua tangannya memukul-mukul setir mobil guna melampiaskan kekesalannya. Bukan cuma kedua tangannya, kakinya pun menendang apapun yang bisa ia jangkau.

Ada sesuatu yang ingin meledak jika membayangkan bagaimana Nay yang saat ini sedang berada di dalam kamar dengan suaminya. Semakin dibayangkan, pikiran Dev semakin kacau.

"Ok. Aku harus tetap fokus," ucap Dev pada dirinya sendiri. Laki-laki itu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi mencoba merilekskan hati dan pikirannya agar kembali bisa berpikir jernih.

"Brengsek! Aku ingin sekali membunuh laki-laki itu," ucapnya frustasi.

Demi apapun ia tidak rela jika Nay disentuh oleh lelaki lain, sekalipun itu suaminya sendiri. Ironis memang. Dan yang paling menyedihkan, ia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa.

Seperti dugaan Dev. Nay kini tengah pasrah dibawah kungkungan suaminya. Bian mulai mencumbui Nay dengan sebuah ciuman lembut.

Bibir laki-laki itu mulai merayap menyusuri leher jenjang dan putih tersebut. Nay memejamkan mata dengan kedua tangan meremas seprei.

"Kuharap ini akan menjadi awal dari hubungan manis kita, Nay. Saat ini aku benar-benar menginginkan mu," desis Bian disela-sela kesibukannya.

Bian membuka kancing baju Nay satu persatu menggunakan satu tangan. Sedangkan tangan yang lain meraba apapun yang bisa ia gapai. Tentu saja bibirnya tidak tinggal diam, mencari titik sensitif istrinya.

Entahlah. Nay tidak bisa mendeskripsikan perasaannya saat ini. Yang jelas ia ingat, bukan rasa seperti ini yang ia pernah rasakan dulu.

Suara detak jarum jam terdengar seiring suasana detak jantung kedua orang tersebut. Nafas Bian memburu seolah sebentar lagi ia ingin mencabik-cabik mangsanya.

"Apa kau siap?" tanya Bian memastikan.

Nay mengangguk pasrah. "Sejak pertama kali aku datang ke rumah ini bersamamu, aku sudah menyerahkan hidup juga tubuhku," jawab Nay yang membuat Bian tersenyum puas.

Baru saja Bian ingin mereguk manisnya madu dari istri pertamanya tersebut, sebuah gangguan pun datang membuat wajah laki-laki itu mengeram kesal.

Suara gedoran pintu yang cukup keras hingga Bian terpaksa menghentikan aktivitas yang baru saja ingin ia mulai.

"Brengsek! Siapa yang berani menggangguku," geramnya. Dengan wajah yang memerah dan nafas yang memburu, ia menarik diri dan turun dari atas ranjang.

Pintu dibuka dengan kasar. Munculah sosok yang membuat darah Bian bahkan mendidih. "Kurang ajar! Beraninya kau-"

"Maafkan saya Tuan. Saya hanya ingin menyampaikan sesuatu. Sejak tadi ponsel anda berdering dan maaf saya sudah lancang mengangkatnya. Beliau bilang ini penting dan saat ini begitu membutuhkan anda," potong Dev dengan wajah bersalahnya.

"Siapa?"

"Sekretaris pribadi anda Tuan. Nona Mona."

Seketika wajah Bian berubah pias. Ia merebut ponsel yang berada di tangan Dev dengan kasar.

"Minggir."

Bian melewati Dev setelah berhasil merebut ponselnya. "Ada apa?" Laki-laki itu berjalan keluar kamar menuju sudut ruangan yang ia pastikan jauh dari jangkauan telinga Nay.

"Sayang, hiks. Saat ini aku sangat membutuhkan mu," ucap seseorang di sebrang telepon.

"Ada apa Mon. Jika kau hanya ingin berbicara omong kosong, maka lupakan dan jangan menggangguku saat ini," bentak Bian dengan suara tertahan.

"Aku jatuh dari kamar mandi. Dan saat ini aku sedang kesakitan. Kumohon, datanglah," kata Mona yang terdengar seperti rengekan.

"Mona! Jangan mengada-ada, saat ini aku berada di luar kota."

"Kenapa? Apa kau tega melihatku kesakitan seorang diri disini. Kakiku sakit. Aku tidak bisa berjalan bahkan untuk pergi ke RS."

Tangan Bian meremas ponsel kuat dengan kedua mata yang terpejam.

"Baiklah, lupakan. Aku akan pergi ke RS sendiri saja." Mona merajuk dan hampir menutup sambungan telepon.

"Aku akan segera kesana. Tunggu aku," putus Bian akhirnya.

Laki-laki itu menutup sambungan telepon secara sepihak. Memijat pelipisnya yang menegang. Mungkin inilah resiko mempunyai istri dua. Ia harus bisa menghadapi situasi seperti ini.

Setelah Bian meninggalkan Nay di kamarnya seorang diri. Gadis itu terduduk dan berusaha membetulkan kembali kancing bajunya yang sudah terbuka.

Nay tersentak saat melihat seseorang di ambang pintu yang kini menatapnya dengan tatapan menusuk. Wajahnya memerah dengan tangan yang terkepal. Terlihat raut kekecewaan di wajahnya.

Nay melengos membuang muka ke sembarang arah seolah tidak perduli. Tapi jauh di lubuk hatinya, ia merasakan debaran jantung yang menguat saat melihat tatapan sopir pribadinya yang bahkan saat inipun sama sekali tidak bergeming.

Ia seratus persen yakin, bahwa dugaannya saat ini benar adanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!