Ria merupakan seorang mahasiswi yang dulunya pernah memiliki kedekatan dengan seorang pria bernama Ryan di dunia maya. Hubungan mereka awalnya mulus dan baik-baik saja, tapi tanpa ada tanda-tanda keretakan berakhir dengan menghilang satu sama lain. Sampai Ryan menghubungi kembali dan ingin memulai hubungan yang nyata.
Apa Ria akan menerima atau menolaknya?
Bagaimana kisah mereka selanjutnya?
Yuk simak kelanjutan kisah mereka di sini! ⬇️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbawa Mimpi
Malam yang melelahkan, Ryan sudah pergi. Makeup yang menjadi topeng wajahku ku hapus. Satu persatu hiasan di jilbab ku lepas. Kemudian ku lepas gaun indah ini. Lega sudah rasanya tak sesak. Aku yang hanya menggunakan tanktop dan legging segera pergi mandi.
Selesai mandi, aku segera berganti dengan pakaianku sebelumnya dan langsung bersiap tidur. Tak lupa aku berdoa terlebih dahulu agar tidak mengalami mimpi buruk. Setiap menit aku mengubah posisi. Entah mengapa setelah kecelakaan tadi membuatku tak nyaman. Miring kanan, kiri, dan terlentang juga tengkurap. Semua posisi sudah ku lalui, tapi aku tak kunjung tidur.
"Aku bukan tipe yang harus pake guling padahal, tapi kok ga bisa tidur di semua posisi tadi?" kataku kesal.
Aku mengambil salah satu bantal dan memeluknya erat. Tak disangka itu membuatku merasa nyaman. Aku pun akhirnya bisa tidur.
...****************...
Hari pernikahan yang telah lama ku impikan untuk menua bersamanya. Gaun putih milikku sudah melekat pada tubuhku. Buket bunga mawar putih yang indah ku pegang erat. Lambang pernikahan yang suci dan bersih menyertai di setiap langkahku menuju meja tempatnya bersama ayahku.
Hatiku merasakan kebahagiaan yang terlukiskan di hari ini. Langkah-langkah kecilku akhirnya sampai padanya. Mata kami bertemu, senyum terukir karena ada rasa bahagia dan malu. Aku memilih menunduk untuk menyembunyikan ekspresi wajahku. Lalu, kami duduk bersebelahan.
Ijab kabul terlaksana dengan lancar. Sekarang aku resmi menjadi istrinya. Aku mengecup punggung tangannya sebagai seorang istri, sedangkan dia mengecup puncak kepalaku saat aku sedang melakukannya. Aku berharap dalam hatiku semoga pernikahan kami selalu bahagia.
...****************...
Pagi menyapaku dengan sinar penuh kehangatan dari celah tirai menerpa wajahku. Aku segera menyipitkan mata karena silau. Aku terbangun dan langsung mengambil posisi duduk. Ku tutup wajahku dengan tangan. Ini sungguh memalukan jika ada yang tau aku memimpikan pernikahan dengannya. Semua ini gara-gara Ryan yang semalam mengunjungi tempatku, jadi kebawa ke mimpiku, kan.
"Ting!" bunyi pesan masuk.
Aku segera memeriksa ponselku. Ternyata cukup banyak yang menghubungiku sejak kemarin. Ponselku dalam mode hening jadi tak menyadari. Ditambah lagi kemarin aku benar-benar tak ada waktu bermain ponsel. Aku sibuk mempersiapkan diri untuk acara semalam. Setelah membaca dan membalas pesan aku meletakkannya kembali di meja sebelah ranjang.
Aku merebahkan diriku kembali. Ingin memastikan aku sudah sadar sepenuhnya dari tidur semalam dan mimpi burukku. Sebenarnya mimpi itu tak sepenuhnya salah juga, itu adalah keinginan terdalam yang tak akan pernah bisa ku wujudkan. Ponselku berdering, aku segera mengangkatnya. Terdengar suara pria yang cukup sopan di seberang.
"Nona, silahkan bersiap untuk kembali!" katanya.
"Okey tunggu satu jam lagi," kataku langsung mematikan sambung dan bergegas mandi.
...****************...
Aku keluar dari hotel. Ada sopir seperti sebelumnya, tapi bukan Ryan tentunya. Dia memintaku segera naik ke mobil. Perjalanan ke bandara diselingi percakapan.
"Pak, bisakah nanti mengantarkan kembali baju ke Miss Scarlett?" tanyaku.
"Tidak perlu repot Nona. Saya akan mengembalikannya. Sekarang prioritas utama adalah mengantar Nona kembali ke rumah," jawabnya.
Aku hanya mengangguk tanda mengerti maksud sopir itu. Ponselku berdering. Kali ini Ryan menelepon. Aku ingin mengabaikannya, tapi malah ku angkat.
"Ria kamu sudah sampai bandara?" tanya Ryan.
"Belum. Sebentar lagi," jawabku.
"Tunggu aku sebentar. Aku mau pulang bersamamu," katanya memberitahu.
Sambungan telepon langsung terputus. Ryan segera bergegas ke bandara. Dia tak peduli dengan masalah perusahaan untuk sementara. Hal terpenting sudah dilakukan untuk lainnya bisa diurus nanti.
...****************...
Sampai di bandara aku menunggunya. Beruntung sekali dia mendapatkan tiket di pesawat yang sama. Tidak ada salahnya menunggu. Aku menyuruh sopir itu untuk kembali dan melakukan tugasnya. Awalnya cukup sulit mengusirnya, tapi dia setuju pergi saat Ryan muncul. Dia undur diri dari hadapanku, sedangkan Ryan mulai berjalan mendekati.
"Kita pulang bareng nih," katanya dengan wajah ceria.
Aku menatapnya sambil menyipitkan mata. Tak habis pikir setelah kecelakaan semalam dia masih bisa secerah matahari pagi. Ryan mengetahui tatapanku yang penuh selidik. Dia mengerti maksud tatapan itu, tapi berpura-pura tak tau.
"Aku mau... "
"Ayo ke sana dah disuruh tuh!" ajakku menyela perkataannya.
Kami berdua segera menaiki pesawat. Di dalam pesawat hal yang membuatku kesal lagi adalah posisi duduk. Bisa-bisanya itu bersebelahan. Bukankah seharusnya menjaga jarak setelah apa yang terjadi semalam? Bukannya dia harus meminta maaf padaku?
Tunggu dia hanya berkunjung ke kamarku saja semalam. Jadi tak ada kesalahan dari pihaknya. Aku memang bahagia semalam dengan mimpi itu. Kali ini kita seperti sedang saling mendekat kembali. Apa sebenarnya yang dia pikirkan tentangku kali ini? Apa dia juga pernah memiliki niat untuk menikahiku?