Ketika Cinta Dikhianati

"Ingat!... Apa yang kamu sebut dengan ingat... Ok kamu mau tahu kan kenapa baju kamu ada si koper itu ? Baik aku jawab sekarang. Kamu pasti paham kan arti ucapan Tamy tadi dan ya aku ingin kamu pergi dari rumah ini . Dan satu lagi aku ingin kita berpisah!" ucap Cinta.

"Tidak ... Itu tidak boleh terjadi kita tidak boleh berpisah. Kasian anak-anak, mereka membutuhkan kita!" ucap Abimanyu tak mau kalah .

"Apa kamu bilang mas! Anak-anak juga sudah terbiasa tanpa papa mereka. Ya ! Mereka memang punya papa tapi i kotu hanya status saja tak ubahnya mereka punya papa tapi tak pernah ada!. Ayah mana yang bisa lupa ulang tahun anaknya? Ayah mana yang selalu bilang sibuk di akhir pekan sampai tidak bisa menemani anaknya hanya untuk sekedar makan di luar?Dan ayah mana lagi yang selalu berbohong sibuk tugas keluar kota tapi malah jalan-jalan di mall dengan anak dari gundiknya?. Jadi tolong jangan terus menambah rasa sakit anak-anak ku dengan semua kebohongan mu, sudah cukup aku dan anak-anakku diam dan berpura-pura tidak tahu !" ucap Cinta.

"Tapi sayang , mas benar- benar khilaf saat itu , jadi mau tidak mau mas harus bertanggung jawab" ucap Abimanyu.

" Ya ! Awalnya kamu memang khilaf mas, tapi lama-lama kamu menikamati ke khilafan mu kan?" ucap Cinta.

"Jadi cukup mas ... Aku ingin kita bercerai ! Semoga kamu bahagia dengan pilihan ibumu , dengan wanita yang bisa memberikan keturunan perempuan untuk mu dan keluargamu!" tambah Cinta sambil berlalu pergi ke kamarnya. Abimanyu ingin mengejar Cinta tapi Candra lebih dulu menghalangi nya.

" Biarkan adik ku sendiri dulu, dan untukmu lihat saja jika kau berani menyakiti adik ku lebih dalam kau akan tahu akibatnya!" ancam Candra.

Ternyata Cinta hanya mengambil dua koper di dalam kamarnya dan menyerahkan nya kepada Abimanyu . Menyuruh suami pengkhianat itu untuk segera pergi dari rumah itu.Mau tak mau Abimanyu pun pergi dari sana dengan semua penyesalannya.

*

Sementara di belahan bumi lain nya , Rafi masih sibuk menyelesaikan pekerjaan nya dari rumah . Entah kenapa dia malas sekali untuk pergi ke kantor.

Kedua anaknya juga sudah tidak ke sekolah karena sebentar lagi mereka akan pindah ke Indonesia.Tak lama ada suara dari luar yang sangat berisik bagi Marsya dan Marsel karena itu suara Silvi . Ondel-ondel yang selalu bikin ribut karena tak pernah lelah mengejar Daddy keduanya.

Padahal Rafi sudah bilang kepada Silvi berkali- kali kalau dia tidak ingin memikirkan pengganti istrinya yang sudah tiada. Tapi Silvi seolah tak mengenal lelah untuk menggantikan saudara sepupunya yang telah tiada itu.

" Hallo! Anak-anak ku , kalian apa kabar?" tanya Silvi basa-basi.

"Seperti yang anda lihat !" jawab singkat Marsya. Tak lama pelayan rumah itu pun datang untuk membawakan minuman.

"Nyonya ! Ini minuman nya!"ujar sang pelayan rumah.

"Apa!! Barusan bibi panggil dia apa?" tanya Marsel.

"Nyonya!" jawab bibi agak takut.

"Siapa yang menyuruh bibi memanggilnya dengan Nyonya?" kali ini Marsya yang bersuara.

" Nona Silvi sendiri yang meminta nya beberapa hari yang lalu, kalau tidak memanggilnya nyonya dia bilang akan memecat kami semua" ujar si Bibi lagi.

Silvi diam-diam mulai emosi karena pelayan itu mengadu pada kedua anak Rafi. Wajahnya sudah merah tapj bukan karena malu melainkan menahan amarah.

" Dengar ya tante Silvi yang kecentilan, kami tidak akan pernah menerima anda sebagai pengganti mami , karena mami tidak akan pernah tergantikan! Mengerti" Bentak Marsel.

Rafi yang mendengar keributan dari luar , akhirnya pun keluar dari ruang kerja nya untuk melihat ada apa di bawah sana. Alangkah kagetnya dia melihat kedua anaknya sedang berbicara kasar pada Silvi dengan wajah yang penuh amarah.

"Ada apa ini?" tanya Rafi.

"Kak Rafi, ini anak-anak protes karena bibi memanggil nyonya padaku!" ucap Silvia.

"Apa itu benar?"tanya Rafi kepada semua orang yang ada disana.

"Bibi memanggil dia nyonya karena permintaan nya , kalau bibi dan yang lainnya tidak mau , dia bilang akan memecat semua nya" ucap Marsya sambil menunjuk ke arah Silvi.

" Apa itu benar silvi?" tanya Rafi lagi kali inj sambil memandang Silvi dengan penuh selidik.

Tapi Silvi tak cepat menjawab, akhirnya Rafi pun bertanya langsung kepada bibi,tentang benar atau tidaknya.

Setelah mendapat jawaban dari bibi , Rafi pun akhirnya ikut emosi dan mengusir Silvi dari rumahnya.

Kedua remaja itu kini tersenyum ,Entah mengapa mereka benar-benar tidak menyukai Silvi . Bahkan berfikir untuk menyukai Silvi saja tidak pernah apalagi untuk menjadikan Silvi mami baru mereka. Itu lebih tidak mungkin atau bahkan mustahil.

^^^^^^^Terimakasih sudah mampir ke karya saya. Jangan lupa like dan tinggalkan komentar di setiap Bab nya ya! Biar saya tambah semangat untuk up Bab berikutnya dengan cepat jangan lupa vote juga !.... Terimakasih lagi untuk semuanya. Semoga nggak bosen ya!^^^^^^^^^🥰🥰🥰🥰🥰🤗🤗🤗🤗🌲🌲🌲