Dean Benicio dan Janella Winkler adalah sepasang suami istri yang saling mencintai.
Karena sebuah penyerangan, Jane yang tengah hamil besar harus berpisah dengan Dean. Tak lama kemudian sebuah kabar membuat Jane hampir kehilangan anak-anak yang dikandungnya. Dean dikabarkan meninggal, Rex sang asisten pribadi pun juga tidak kabarnya.
5 tahun berlalu, Jane bersama anak kembarnya datang kembali ke kota tempatnya dulu tinggal. Jane ingin mengenalkan kenangan Dean kepada Ethan dan Emma.
Tapi saat sedang berada di taman, Jane melihat Dean yang sang duduk di sana. Jane menggandeng kedua anak kembarnya berlari menghampiri Dean. Jane langsung memeluk Dean tapi sebuah kalimat membuat Jane tersentak.
" Kamu siapa?"
Bukan hanya itu yang membuat Jane terkejut, datangnya seorang wanita dan anak kecil yang memanggil ayah pada Dean semakin membuat Jane bingung.
" Jika itu adalah Daddy kita maka tidak ada yang boleh memanggilnya ayah," ucap Emma dan Ethan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anak Kembar 23
Olinda dan Joy keluar bersama seseorang yang di ada di kursi roda. Ternyata Pablo melihat mereka. Pablo merasa sedikit curiga dengan apa yang dia lihat itu. Ia lalu mendekat dan bertanya tentang siapa mereka.
" Apa kalian adalah pelayat? kalian mengenal dai pihak siapa. Anakku apa menantuku?" tanya Pablo menyelidik.
" Maaf, Tuan kami salah ruang. Kami hendak melayat ke relasi tuan saya. Tapi bukan di ruang ini, ternyata ada di ruang sebelahnya."
Pablo, tentu tidak serta merta percaya dengan tiga orang yang mencurigakan tersebut. Ia lalu memerintahkan anak buahnya untuk memeriksa orang yang ada di kursi roda. Orang tersebutlah yang paling mencurigakan karena mengenakan pakaian serba hitam dan topi fedora. Di rumah duka siapa yang akan mengenakan topi. Itulah yang dipikirkan oleh Pablo, maka dari itu dia meminta anak buahnya untuk melihat siapa orang itu sebenarnya.
Sreeet
Dengan sedikit menggunakan kekuatan, anak buah Pablo mengambil topi dari orang yang berad di kursi roda tanpa permisi.
"Ada apa tuan, apa kita saling mengenal," ucap orang tersebut.
" Ma-maaf, silakan. Saya yang terlalu banyak berpikir," sesal Pablo.
Olinda dan Joy lalu mendorong orang yang ada di kursi roda untuk segera menjauh. Setelah keluar dari tempat persemayaman , mereka bertiga menghembuskan nafas lega. Yang duduk di kursi roda ternyata adalah salah satu anak buah Joy. Mereka tahu bahwa Pablo pasti akan curiga dengan mereka, maka dari itu mereka membuat rencana itu. Sekalian mengecoh, agar Dean bisa dibawa pergi oleh Arthur dan Bruce dnegan cara yang aman.
Oleh Olinda, Bruce langsung diminta membawa Dean ke kediaman. Saat ini Dean belum kembali sadar.Setidaknya beberapa menit lagi pria itu baru akan bangun.
" Aku tidak bisa ikut pergi, mereka kana curiga nanti. Aku akan memastikan peti mati itu masuk ke liang lahat." Arthur benar-benar membantu hingga akhir. Meskipun ini agak menyimpang dari pekerjaannya sebagai dokter, tapi entah mengapa Arthur merasa sangat lega.
" Baiklah kalau begitu. Terimakasih untuk bantuannya dokter," ucap Olinda.
Arthur segera pergi dari tempat parkir, ia khawatir akan ada yang curiga kepadanya.
Brummm
Mobil milik Joy segera melaju meninggalkan rumah sakit. Sedangkan Bruce dia menemui Jane dan si kembar.
" Bagaimana Bruce?"
"Sudah selesai Nyonya, semua berjalan dengan lancar sesuai rencana. Saat ini juga Tuan sudah dibawa ke kediaman oleh Nona Olinda dan Kak Joy."
Jane hanya mengangguk, sedangkan Si Kembar memandang ibu mereka penuh harap agar mau menjelaskan. Tapi harapan mereka anya tinggal harapan saja, pasalnya Jane langsung mengajak mereka untuk kelua dari setoran.
" Mom, apakah akan langsung pulang?"tanya Emma
" Tidak, kita akan pergi ke pusat perbelanjaan sejenak. Mommy akan memberi beberapa pakaian."
Tanpa Jane menginstruksi Bruce, dia sudah paham. Bruce mengarahkan mobilnya ke arah pusat perbelanjaan di kota itu. Suasana bulan Desember sungguh begitu terasa. Semua bernuansa putih dan merah. Salju turun semakin deras, dan udara jelas terasa semakin dingin.Bruce menyalakan penghangat di dalam mobil.
" Terimakasih Bruce," ucap Jane.
Bruce tersenyum dan mengangguk. Dalam hatinya berdoa agar sang tuan segera bisa kembali seperti semula, maka ia yakin pasti kebahagiaan akan semakin berlipat ganda.
Jane bersama kedua anaknya berjalan masuk ke dalam pusat perbelanjaan. Ethan dan Emma sungguh senang, pemandangan salju dan meriahnya bulan Desember begit terasa di negara ini. Sangat jauh berbeda dnegan negara tempat tinggal sang paman." Mom, bolehkan aku membeli mainan," pinta Emma.
" Boleh sayang, pilihlah. Ethan juga boleh. Mommy akan pergi ke toko itu. Paman Bruce akan menemani kalian ke toko mainan."
Ethan dan Emma bersorak senang, bagaimanapun mereka tetaplah anak-anak. Membeli mainan tentu saja juga membuat mereka sangat senang. Bruce, mendapat kode dari Jane untuk tetap mengawal Si Kembar. jane juga mengatakan bahwa dia tidak aka lama untuk membeli pakaian.
Jane memilih beberapa pakaian, tentu saja dia bukan membeli untuk dirinya sendiri melainkan untuk Dean. Jane masih ingat persis berapa ukuran dan gaya berpakaian sang suami. Jane tersenyum setiap ia mengambil baju. jane membeli beberapa pakaian santai dan formal. Tentu Jane akan membawa Dean untuk kembali ke perusahaan. BD Grup adalah kepunyaan Dean, maka Dean punya hak dan tanggung jawab di sana.
" Waah, Nyonya Jane membeli pakaian untuk laki-laki. Apakah sudah move on dari sang suami yang sudah mati. Apa akhirnya setelah 5 tahun berlalu kini mendapatkan laki-laki sebagai pendamping."
Jane mengerutkan keningnya saat melihat seorang pria yang berbicara padanya tanpa henti itu. Ia mencoba mengingat siapa pria bertubuh tinggi, berambut coklat dan kaca mata bertengger di wajahnya.
"Sepertinya Nyonya Jane sudah lupa kepada saya ya, aaah benar juga. Anda pasti lupa Nyonya Besar, saat itu saya hanyalah seorag tuang kebun kecil di kediaman Anda. Dan see, saya sekarang tidak melakukan pekerjaan hina itu lagi."
" Oliver, kau Oliver bukan?"
Pria itu tersenyum lebar, tapi senyuman itu bukanlah sesuatu yang baik. Jane bisa merasakan aura buruk dari pria yang saat ini berdiri di depannya.
" Jika tidak ada yang penting aku permisi. Oh iya, aku ikut senang sekarang kau menjadi orag yang sukses. Semoga kesuksesan yang kamu dapatkan ini bisa selamanya dan tidak hanya sesaat."
Setelah mengatakan hal tersebut, Jane langsung bergegas menuju ke kasir. Ia memiliki perasaan yang mengatakan bahwa tidak boleh berlama-lama dengan pria itu.
Oliver adalah salah satu pegawai di rumah nya dulu bersama Dean. Dia seorang tukang kebun. Oliver datang dibawa oleh salah satu orang Dean dulu. Tapi entah bagaimana sepertinya kehidupan Oliver sekarang menjadi lebih baik sekarang.
" Huh bukan urusanku. Baguslah kalau dia sudah menjadi seseorang yang berhasil," gumam Jane lirih.
Sedangkan Oliver dia tersenyum smirk. Ia melihat Jane sampai wanita itu pergi meninggalkan toko.
" Cantik, dan semakin cantik. Bahkan tubuhnya semakin seksi sekarang. Dari dulu aku selalu mengaguminya tapi sayang tidak bisa menyentuhnya sama sekali. Bagaimana jika dia bisa ku sentuh dan aku bawa ke atas ranjang, pasti akan menyenangkan sekali bukan?"
TBC
ilang ingatan dll
semoga sukses selalu