Queen memilih memendam perasaannya pada Safir, karena tidak ingin merusak hubungan persahabatan mereka berdua. Queen pikir, selama ini Safir juga memiliki perasaan yang sama seperti dirinya. Perasaan itu semakin bersemi di hati Queen karena sikap Safir yang begitu perhatian terhadap dirinya. Meskipun perhatian tersebut tidak terang-terangan di tunjukkan oleh safir karena sikapnya yang pendiam dan juga dingin. Namun, siapa yang bisa menduga jika setelah mereka lulus kuliah, Safir datang ke rumah untuk melamar. Bukan Queen yang di lamar oleh Safir, tapi Divya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nia masykur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23 Tidak Sadar Akan Rasa
Entah berapa lama Safir bergelut dengan pikirannya yang cukup rumit. Hingga kini wajahnya menoleh ke arah kursi samping kemudi. Kursi yang biasanya di duduki Queen saat bepergian dengannya.
"Kenapa aku jadi kepikiran kamu?"
Jika diingat lagi, mobil ini adalah mobil yang ia beli menggunakan uang pribadinya semenjak usahanya sudah mendapatkan untung cukup banyak. Mobil yang belum ganap 2 tahun ia miliki, karena sebelum itu Safir menggunakan mobil yang di fasilitasi orang tuanya.
Sekarang, mobil yang dulu sering Safir gunakan sudah Arjuno jual. Arjuno jelas tidak ingin memiliki banyak mobil jika tidak sering di manfaatkan. Meminimalisir pengeluaran karena siap tahun harus membayar pajak beberapa kendaraan yang Arjuno miliki.
Safir meraih ponselnya. Ia membuka aplikasi hijau untuk melihat kapan Queen terakhir mengirimkan pesan singkat padanya.
Biasanya Queen selalu iseng mengirimkan pesan yang sama hingga beberapa kali sampai dirinya membalas pesan Queen. Keisengan Queen yang Safir anggap tidak penting, karena Safir tahu kalau Queen adalah gadis yang jahil.
Karena sejak tadi memikirkan Queen, spontan saja jari Safir mengetikkan beberapa kata untuk bertanya tentang apa yang sedang Queen lakun saat ini. Baru saja jarinya ingin menyentuk icon kirim, jari Safir terhenti dan pikirannya kembali menilai tentang apa yang ingin ia lakukan saat ini.
"Untuk apa juga aku melakukan hal ini? Aneh banget aku ini," gerutunya sambil menghapus lagi ketikannya tadi.
Safir melemparkan ponselnya di kursi samping kemudi. Jika saja Safir mengingat dengan baik kebiasaannya sendiri, kalau mobilnya ini selalu ia gunakan untuk bepergian dengan Queen setiap kali kuliah dan juga bekerja. Hanya Queen yang sering ia bawa kemana-mana menggunakan mobil tersebut. Bahkan bisa di hitung mengunakan jari, Zantisya dan Arfan ia bawa menggunakan mobil ini. Apalagi Arjuno. Ayahnya tersebut tentu tidak pernah menumpangi mobil Safir ini. Tidak ada orang lain lagi yang Safir ajak berkendara menggunakan mobil kebanggaannya ini selain keluarga dan Queen. Bahkan Divya yang statusnya sebagai calon istri saja belum pernah Safir ajak menumpangi mobil tersebut. Karena saat bertemu dengan Divya, mereka akan membuat janji untuk bertemu di suatu tempat. Begitu privasinya hubungannya dengan Divya.
"Dia yang berhenti kerja kenapa aku yang tidak ikhlas? Ayolah Fir, kamu bisa melakukan semua ini."
Baru saja Safir hendak melajukan mobilnya, kini ponselnya kembali bergetar. Safir segera meraih ponselnya tersebut. Ia sampai menghela nafasnya karena kini dirinya harus menerima panggilan suara dari Divya.
"Halo Di."
"Sedang bekerja ya? Sejak tadi aku telpon kamu tidak menerima panggilanku?" di seberang sana, Divya sejak tadi ingin segera bicara dengan Safir. Padahal biasanya, kalau Divya melakukan panggilan suara dan Safir tidak menerimanya, maka Divya akan sabar menunggu Safir melakukan panggilan suara padanya. Begitu juga sebaliknya. Mereka harus menghormati kesibukan mereka masing-masing.
"Aku sedang di kantor Di. Melihat bangunan. Maaf aku baru angkat telfon kamu karena tadi hp aku tinggal di dalam mobil. Apa ada sesuatu yang penting?" tanya Safir mengingat Divya telah banyak melakukan panggilan suara padanya.
"Kamu sama Queen bertengkar? Kenapa Queen sampai berhenti bekerja? Dan kenapa juga kamu tidak mengatakan ke aku tentang hal ini?" tuntut Divya beruntun.
Safir kembali menghela nafasnya. Ia sejak tadi sudah kepikiran Queen, bagaimana caranya agar Queen ikut meresmikan kantornya ini, dan sekarang Divya mengajukan pertanyaan tentang Queen lagi.
"Pertama, aku dan Queen tidak bertengkar. Hari di mana setelah malam aku melamar kamu, saat itu Queen mengatakan ingin berhenti bekerja karena mau melanjutkan S2 di Australia. Aku minta maaf kalau aku tidak mengatakan hal ini ke kamu, Di. Karena aku pikir hal ini tidak penting untuk kita bahas. Lagi pula aku pikir juga, Queen akan mengatakan semuanya ke kamu dan orang tua."
"Apa! Queen mau kuliah di Australia?" tanya Divya yang kini terkejut.
"Ya. apa kamu baru tahu? Setahu aku, Tante Reina sudah tahu sejak lama terkait hal ini," tutur Safir mengingat pertemuannya dengan Reina beberapa hari yang lalu.
"Kenapa tidak ada yang memberitahu aku? Kenapa Queen juga tidak bicara sama aku?" di seberang sana, kedua mata Divya nampak berkaca-kaca.
demo rumah emak guys