Novel kedua author ❤️
Bacaan Romantis komedi. Awas senyum-senyum nggak jelas!!! Penuh keuwuan dan kebucinan.
Kimmora, gadis jutek yang sangat benci diatur, tiba-tiba terbangun dari pingsan dan harus menikahi laki-laki yang merupakan anak dari sopir papanya. Kimmy yang cantik dan kaya, tak ingin dunia tahu jika dia sudah menikah, apalagi Arsen jelas tidak selevel dengannya. Saat Kimmy masih membenci suaminya, cinta dari pria lain datang menghampirinya. Mampukah Arsen membuat Kimmy bertahan dan mencintainya?
Ketika mereka baru merasakan indahnya pernikahan, fakta masa lalu mereka mulai terungkap. Siapakah Kimmy dan Arsen yang sebenarnya?
follow ig penulis: @ittaharuka
Selamat membaca Sayang-sayangnya Kimmy-Arsen 😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
Pagi telah menyapa, cahaya di luar jendela masih nampak temaram, kamarku juga masih gelap. Aku menggeliat sambil menguap di pagi yang dingin ini. Rasanya tidurku semalam benar-benar nyenyak. Sudah lama sekali aku tidak tidur senyaman tadi malam.
Aku menyadari satu hal, tangan kekar yang pastinya milik Arsen masih mendekap erat tubuhku, hangat dan nyaman. Aku dan Arsen tidur di balik selimut yang sama. Anehnya kenapa aku tidak protes dan malah diam saja. Apa aku suka tidur bersama Arsen?
Menoleh pada Arsen, aku memandangi wajahnya yang terlelap, teduh dan dan menenangkan. Dengan rambut yang berantakan, Arsen masih terlihat ganteng. Arsen, apa aku keterlaluan sama kamu? Maaf Arsen, tapi aku sangat benci cara kita menikah Arsen.
Tiba-tiba Arsen semakin mengeratkan dekapan tangannya di pinggangku. Tubuhku dan tubuh Arsen saling menempel, dan aku bisa merasakan tubuh Arsen yang tel*nj*ng. Ya, benar tanpa sehelai benang pun, karena aku bisa merasakan sesuatu yang mengeras di bagian bawah. Aku rasa handuk yang melilit tubuhnya telah terlepas.
"Arsen, bangun deh," ucapku yang mulai tak nyaman dengan posisi kami.
Hawa dingin memang begitu terasa, dan Arsen masih tak terganggu sedikitpun.
"Arsen, kamu udah bangun belum sih?" gumamku lirih.
Arsen tetap diam, sementara adik kecilnya bergerak-gerak tergesek kakiku yang tertutup piyama tidur. Aku menepuk-nepuk lengan Arsen agar ia cepat bangun dan menghentikan kegiatan adik nakalnya itu.
Berkali-kali ditepuk dan tidak bangun juga, akhirnya aku pun berbisik padanya, "Arsen adikmu ganggu banget, cepetan bangun deh, kalau enggak aku tendang nih ya."
Arsen langsung membuka matanya, dan itu menjadi kesempatanku untuk lepas dari dekapannya.
"Arsen, kamu mesum banget deh," kataku setelah terbebas dari Arsen.
"Mesum apanya, aku cowok normal," jawab Arsen membela diri.
"Normal apanya, tuh adik kamu udah bangun, pasti kamu lagi berpikir macem-macem kan." Aku memandang Arsen dengan sinis.
"Nggak Kim, emang wajar cowok kalau bangun tidur begini, apalagi sekarang cuaca lagi dingin," dalihnya.
"Ah, udah lah sana keluar, jangan lupa pake handuk kamu." Aku mendorong tubuh Arsen agar cepat turun dari ranjang.
"Kamu nggak mau lihat?" tanya Arsen dengan ekspresi anehnya.
"Apaan sih Arsen, dasar nggak punya malu." Aku mencebik.
"Kenapa malu, kamu kan istriku. Nggak ingat semalam kamu yang minta dikelonin?" goda Arsen yang membuat pipiku hangat, aku rasa wajahku jadi merona.
"Itu karena petir tau nggak, kalau nggak karena petir, males banget aku," kataku jujur.
"Aku berdoa semoga nanti malam hujan dengan petir lagi kalau aku udah di rumah," kata Arsen yang sepertinya mulai memakaikan handuk di tubuhnya.
"Jangan ngaco ya, udah sana."
Arsen senyum-senyum lalu keluar dari selimut dengan handuk yang telah melilit tubuhnya. Lagi-lagi aku melihat tubuh atletisnya yang sangat terawat. Otot-otot yang terbentuk sempurna itu membuat pikiranku kemana-mana. Ingin sekali memegangnya secara langsung.
"Kamu lagi bayangin apa?" tanya Arsen yang membuyarkan lamunanku.
"Enggak nggak ada. Eh, tapi aku heran, kok kamu ada waktu merawat tubuh kamu, sampai bisa sixpack gitu," jawabku.
"Oh, ini." Arsen menunjuk bagian perutnya yang sangat keren bagiku. "Aku suka olahraga. Ya, walaupun hanya setengah jam, aku selalu sempatin biar staminaku terlatih. Ini juga buat kamu," kata Arsen yang membuatku tersipu.
Arsen benar-benar mesum, bisa-bisanya dia memikirkan hal-hal seperti itu, memangnya aku mau sama dia.
"Udah sana keluar, coba cek listriknya kenapa belum nyala juga," ucapku mengalihkan pembicaraan.
"Iya ya, ya sudah aku cek listriknya dulu."
"Jangan lupa pake baju."
Arsen mengangguk lalu keluar dari kamarku. Sedangkan aku memilih untuk melanjutkan kembali tidurku.
...♥️♥️♥️M.A.S🚗🚗🚗...
Setelah sarapan, aku berencana pergi ke rumah papa. Aku merindukan Kak Dareen sebenarnya, sekaligus ingin mencari informasi tentang Arsen pada semua orang yang ada di rumah papa.
“Arsen, kamu bisa cek mobil nggak? Daripada aku telpon bengkel.” Aku mendekati Arsen yang sibuk dengan laptopnya di ruang tengah.
“Kenapa mobilnya?” Arsen mendongak dan menatapku.
“Aku nggak tau, waktu mau ke klub mobilku nggak mau nyala.” Aku duduk di samping Arsen yang tengah tidur tengkurap. Sepertinya Arsen tengah mengerjakan tugas kuliahnya.
“Aku cek sebentar.” Arsen menutup laptopnya.
“Buruan ya, kalau nggak bisa aku naik taksi aja ke rumah papa.”
Aku membuka ponselku, sudah ada beberapa pesan dari dari Dion dan beberapa temanku.
Tak lama setelahnya, Arsen menghampiriku dan mengatakan bahwa mobilku baik-baik saja. Aku tidak mau percaya begitu saja pada Arsen, jadi aku mengajaknya sekalian ke rumah papa, daripada mobilku mogok di tengah jalan.
Arsen menurut dan ikut denganku ke rumah papa, dengan membawa serta laptop dan berkas-berkas kuliahnya.
Tak banyak yang kami bicarakan di mobil, karena aku sibuk dengan ponselku. Sementara Arsen fokus menyetir.
Akhirnya kami sampai di rumah papa. Aku menghampiri Kak Dareen yang fokus dengan layar laptopnya di ruang keluarga.
“Hai, Kak,” sapaku kemudian ikut duduk di samping Kak Dareen.
“Hai, kamu sama sendirian, Dek.” Kak Dareen celingukan, sepertinya mencari keberadaan Arsen.
“Arsen masih di depan, lagi ngobrol sama bokapnya.” Aku meraih cemilan di meja.
“Mertua kamu itu, Dek,” kata Kak Dareen.
“Mertua paksaan Kak, nanti kalau udah lulus nggak jadi mertua lagi.”
“Kakak sumpahin kamu cinta mati sama Arsen, sampai jadi bucin.” Kak Dareen kembali fokus dengan layar laptopnya.
“Nggak akan, pasti Arsen yang akan bucin sama aku.”
“Kok bisa.” Arsen sudah berdiri di belakangku.
“Bisa aja, buktinya kamu putusin cewek kamu demi nika sama aku.”
“Ar, sini bantuin aku daripada ladenin ini anak manja,” kata Kak Dareen sambil menepuk sofa di sebelahnya.
“Boleh, aku sambil ngerjain tugas.”
Dua laki-laki itu mulai serius dengan pembahasan mereka. Karena malas, aku pun meninggalkan mereka berdua. Berjalan menuju dapur, aku mencari keberadaan Bi Sri.
“Kimmy, ngapain kamu ke sini?” tanya papa yang baru masuk dari taman belakang.
“Main lah Pa, emang nggak boleh ya aku main ke sini, aku nggak nyari Papa kok,” jawabku sinis.
Papa itu terlalu jahat. Terbukti ‘kan, aku datang ke rumah saja langsung disambut dengan pertanyaan menyakitkan itu.
“Ya boleh aja, ini rumah kamu juga. Kamu sama suami kamu, ‘kan?” tanya laki-laki tua itu.
“Iya, tu menantu Papa sama Kak Dareen lagi sibuk.” Aku meninggalkan papa dan lanjut mencari Bi Sri.
Setelah berkeliling mencari Bi Sri, akhirnya wanita yang merawatku sejak kecil itu ketemu juga. Bi Sri sedang menjemur sprei bersama Mbak Lastri.
“Bi Sri, Mbak Lastri, lagi sibuk ya.” Aku menghampiri dua wanita yang bekerja di rumah papa itu.
“Non Kimmy.” Bi Sri tersenyum padaku.
“Eh, Non Kimmy,” Mbak Lastri juga tersenyum padaku.
“Bi Sri, bisa kita bicara sebentar,” kataku.
Bi Sri mengangguk, lalu aku berjalan menuju taman belakang rumah, dan Bi Sri mengikuti di belakangku. Halaman belakang rumah papa memang sangat luas, tiga kali luas halaman depan. Ada beberapa pohon dan taman juga taman bunga kecil. Aku berjalan menuju taman bunga itu.
“Ada apa Non?” tanya Bi Sri. Kami duduk di kursi yang terbuat dari batang kayu jati bagian paling bawah.
“Bi Sri, sebenarnya Arsen itu siapa?” tanyaku pada wanita yang menjadi ibu mertuaku itu.
Bi Sri menunduk, sepertinya pertanyaanku itu membuatnya gugup.
🌹🌹🌹
aduh, jadi penasaran deh kenapa Bi Sri gugup. Aku nggak mau menduga-duga deh. Eh Bang Arsen emang bener ya kalau tiap bangun pagi selalu gitu? Ah, aku jadi membayangkan 🙈🙈🙈
Oke, ini udah panjang ya 1100 kata lebih loh.. Aku nggak mau ketik panjang-panjang kalau nggak dapat feel, takut kalian kecewa gengs 😘😘😘
Jangan lupa ritual jejaknya, like, komen, dan hadiah, vote juga 🤣🤣🤣 (maksa bener thor, enggak aku ingetin doang, yang penting ikhlas)
See You Again, sayang-sayangnya KImmy & Arsen.