Elara, seorang ahli herbal desa dengan sihir kehidupan yang sederhana, tidak pernah menyangka takdirnya akan berakhir di Shadowfall—kerajaan kelabu yang dipimpin oleh raja monster. Sebagai "upeti" terakhir, Elara memiliki satu tugas mustahil: menyembuhkan Raja Kaelen dalam waktu satu bulan, atau mati di tangan sang raja sendiri.
Kaelen bukan sekadar raja yang dingin; ia adalah tawanan dari kutukan yang perlahan mengubah tubuhnya menjadi batu obsidian dan duri mematikan. Ia telah menutup hatinya, yakin bahwa sentuhannya hanya membawa kematian. Namun, kehadiran Elara yang keras kepala dan penuh cahaya mulai meretakkan dinding pertahanan Kaelen, mengungkap sisi heroik di balik wujud monsternya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanty rahayu bahari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22: Kembali ke Neraka
Hutan Silverwood adalah kebalikan dari Shadowfall.
Jika istana itu adalah batu dingin dan kematian, hutan ini adalah cahaya yang hidup dan berdenyut. Pohon-pohon perak kuno menjulang tinggi hingga menembus awan, daunnya mengeluarkan pendar keemasan yang abadi. Udara berbau pinus, lumut, dan sihir murni yang menenangkan.
Setelah dua minggu di Dewan Penyihir Putih, Elara akhirnya merasa seperti di rumah sendiri.
Dewan menerima Elara karena lencana Ibu Kaelen dan pengakuannya bahwa dia memiliki Mageia Vitae. Mereka segera mengidentifikasi kekuatannya yang langka: sihir kehidupan murni yang tidak tercemar.
Elara berlatih tanpa henti.
"Fokus, Elara!" seru Lyra, Penyihir Agung yang mengajarinya. "Sihir Kehidupan adalah tentang memberi, tapi juga tentang menahan! Kau terlalu berlebihan! Kau akan menguras dirimu sendiri!"
Elara mengerang, terengah-engah. Di hadapannya, batu-batu kecil yang dia coba angkat melayang, berdenyut dengan cahaya hijau terang, tetapi Elara harus menarik tangannya karena panasnya hampir membakar.
"Ini... terlalu kuat," kata Elara, menyeka keringat di pelipisnya.
"Sihirmu adalah jantung," balas Lyra. "Cepat, intens, dan murni. Tapi kau menggunakannya seperti palu. Kau harus menggunakannya seperti denyutan. Sun-Stone di lehermu membantu menstabilkan detaknya."
Sun-Stone yang diberikan Kaelen kini berdenyut lembut, menyinkronkan dirinya dengan sihir Elara, mencegah gadis itu jatuh pingsan karena kelelahan. Ironis, bahwa alat yang diberikan oleh pria yang dikutuk kegelapan, kini menjadi kunci sihir terang Elara.
Meskipun lelah, Elara merasa lebih kuat. Dia tidak lagi hanya memulihkan; dia mulai bisa memanipulasi—menumbuhkan, mempercepat, dan bahkan memproyeksikan energinya. Dia telah berubah dari seorang herbalis menjadi penyihir tingkat dasar, tetapi dengan potensi yang luar biasa.
"Kaelen," bisiknya setiap malam sebelum tidur. Dia harus kuat untuknya.
Sore itu, saat Elara sedang bermeditasi di tepi mata air suci, dia merasakan gangguan.
Lyra, Penyihir Agung yang biasanya tenang, berlari mendekat dengan wajah yang pucat pasi dan kaku. Di tangannya, dia memegang sebuah jimat perak kecil yang retak dan berdenyut dengan cahaya biru darurat.
"Elara," suara Lyra bergetar. "Pesan dari Shadowfall."
Elara segera berdiri, jantungnya berdebar kencang. Itu pesan dari Vorian.
Lyra, yang telah memecahkan segel sihir pesan itu, membacakan isinya dengan nada yang tegang.
"Duke Vane telah mengklaim takhta sebagai Regent-Protector. Raja Kaelen diumumkan 'Tidak Layak Memerintah'. Seluruh istana berada di bawah kendali Baron Thorne dan antek-antek Vane. Mereka memburu sisa-sisa loyalis Raja. Dan Kaelen... dia menghilang. Ada rumor bahwa dia telah sepenuhnya dikuasai kutukan dan bunuh diri di Utara."
Kepala Elara terasa pening. Dunia di sekelilingnya seakan berhenti berputar.
"Bunuh diri?" bisik Elara. "Tidak. Itu bohong. Dia tidak akan—"
"Elara, Vane memutarbalikkan fakta," potong Lyra. "Tapi kudeta itu nyata. Dan kabar buruk lainnya: Kami mendeteksi peningkatan besar dalam penggunaan sihir gelap di selatan. Vane jelas telah menemukan sumber kekuatannya. Dia kini jauh lebih kuat dari yang kita duga."
Lyara mencengkeram bahu Elara. "Kerajaan ini jatuh, Elara. Tapi yang paling penting, Kaelen, meski dia mungkin sedang mencari penawar, dia kini sendirian melawan Vane yang berkuasa."
Air mata mengalir di pipi Elara, tapi dia tidak menangis. Dia hanya merasakan kehampaan yang dingin, yang segera digantikan oleh kemarahan yang membara. Kemarahan itu terasa sangat familiar. Itu adalah kemarahan Kaelen.
"Dia berjanji," kata Elara, suaranya pelan dan mengancam. "Dia berjanji akan menungguku."
"Dia berbohong untuk membuatmu pergi!" seru Lyra. "Dia mengorbankan dirinya, Elara. Dia tahu bahwa jika dia di sini, dia bisa melawan Vane. Tapi sekarang, Vane akan mencarinya. Jika rumor tentang kematiannya itu bohong, Vane akan meluncurkan perburuan. Dan kami tidak bisa membantunya."
Lyra menggeleng. "Dewan ini tidak pernah berurusan dengan politik Shadowfall dan kutukan gelap. Kita tidak akan mempertaruhkan hutan ini."
Elara menarik napas dalam-dalam. "Kalau begitu, saya harus pergi."
"Pergi? Elara, jangan konyol! Kau baru dua minggu berlatih!" bentak Lyra. "Kau belum bisa mengendalikan kekuatanmu! Kau butuh setidaknya dua tahun untuk siap melawan kekuatan Void tingkat tinggi!"
"Dua tahun?" Elara tertawa sinis. "Dalam dua tahun, Kaelen sudah membatu dan Vane sudah menjadi Raja abadi. Aku tidak punya waktu dua tahun."
Elara mengambil Sun-Stone di lehernya, mencengkeramnya erat. Batu itu berdenyut hangat, memancarkan kesegaran yang dia perlukan.
"Kekuatan ini cukup," kata Elara. "Saya akan menggunakannya sebagai palu, jika itu yang diperlukan."
Lyra menatap mata Elara yang menyala dengan tekad baru yang menakutkan. Dia melihat Elara yang dulu, gadis desa polos yang ketakutan, telah hilang. Yang berdiri di hadapannya adalah seorang wanita muda dengan sihir kehidupan yang didorong oleh cinta yang obsesif.
"Kau akan mati," bisik Lyra.
"Lebih baik mati mencoba," balas Elara.
Dia berjalan ke pondoknya, mengumpulkan tas perbekalan. Dia tidak membawa buku-buku tebal atau ramuan langka. Dia hanya membawa pakaian, kalungnya, dan satu-satunya senjata yang diberikan Lyra padanya: sebuah tongkat kayu perak tipis yang berfungsi sebagai penyalur sihir.
Lyra mengikuti Elara sampai ke kuda cokelat yang disembunyikan.
"Jika kau tetap bersikeras pergi," kata Lyra, menyerahkan sebuah botol kecil berisi cairan keemasan yang berkilau. "Ini adalah Sari Kehidupan. Ramuan paling murni yang kami miliki. Gunakan hanya jika nyawanya benar-benar terancam. Ini akan memberinya dorongan sihir kehidupan yang sangat kuat, tapi..."
Lyra ragu-ragu. "Tapi efeknya sementara. Dan itu akan membuat kutukan itu semakin marah setelah energinya hilang."
"Terima kasih," kata Elara, mengambil botol itu dan menyimpannya di tempat yang aman.
Elara menaiki kudanya. Dia menatap ke arah Lyra dan dewan penyihir di kejauhan.
"Mereka menyebutnya Shadowfall," kata Elara pelan. "Tempat di mana bayangan berjatuhan. Tapi saya akan membawa matahari bersamanya."
Elara memacu kudanya, berbalik sepenuhnya dari cahaya Hutan Silverwood, menuju ke arah Barat yang diselimuti kegelapan.
Dia tidak kembali sebagai tawanan. Dia tidak kembali sebagai upeti.
Dia kembali sebagai pejuang, sebagai penyihir, dan sebagai satu-satunya harapan bagi Raja yang dia cintai.
BERSAMBUNG...
Terima kasih telah membaca💞
Jangan lupa bantu like komen dan share❣️