NovelToon NovelToon
Dulu Kakak Iparku, Kini Suamiku

Dulu Kakak Iparku, Kini Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / CEO / Janda / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Itz_zara

Selena tak pernah menyangka hidupnya akan seindah sekaligus serumit ini.

Dulu, Daren adalah kakak iparnya—lelaki pendiam yang selalu menjaga jarak. Tapi sejak suaminya meninggal, hanya Daren yang tetap ada… menjaga dirinya dan Arunika dengan kesabaran yang nyaris tanpa batas.

Cinta itu datang perlahan—bukan untuk menggantikan, tapi untuk menyembuhkan.
Kini, Selena berdiri di antara kenangan masa lalu dan kebahagiaan baru yang Tuhan hadiahkan lewat seseorang yang dulu tak pernah ia bayangkan akan ia panggil suami.

“Kadang cinta kedua bukan berarti menggantikan, tapi melanjutkan doa yang pernah terhenti di tengah kehilangan.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itz_zara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22. Curhat

Selena tak pernah menyangka pernikahan kedua bukan tentang memulai, tapi tentang berani percaya lagi.

---

Selena sudah menghubungi Daren pagi tadi, mengatakan bahwa ia ingin bertemu dengan dua temannya di sebuah kafe yang baru buka di pusat kota. Daren tidak keberatan—justru ia terdengar senang saat menelepon balik.

“Pergi aja, Sel. Refreshing. Aku jemput Aru selesai kerja,”

ucap Daren dengan suara hangat.

Selena tersenyum kecil sambil menempelkan ponselnya ke telinga.

“Kamu nggak apa-apa? Aku tinggal masak makan malam nanti,”

sahutnya.

“Nggak usah khawatir. Nikmatin waktumu sama teman-teman.

Hati-hati di jalan, jangan nyetir ngebut.”

Suara Daren terdengar lembut, namun tetap tegas seperti biasa.

Selena hanya mengiyakan sebelum menutup panggilan. Ada rasa hangat yang aneh setiap kali Daren mengingatkannya untuk berhati-hati—sesederhana itu, tapi membuat hatinya menghangat.

---

Sore ini, Selena sudah rapi mengenakan blouse putih sederhana dan celana jeans biru muda. Rambutnya ia biarkan terurai. Ia menatap pantulan wajahnya di cermin, lalu menarik napas pelan.

“Sudah beberapa bulan menikah… kenapa gue masih saja gugup setiap bertemu dia di rumah?”

Ia tersenyum miris pada bayangannya sendiri.

Ada sesuatu dalam cara Daren memperlakukan Arunika dan dirinya—hangat, sabar, dan tidak pernah menuntut—yang membuat Selena ingin menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri. Tapi di saat yang sama, ada ketakutan yang ia simpan diam-diam; ketakutan tentang masa lalu yang belum sepenuhnya ia lepaskan.

Selena mengambil tas kecil dan keluar.

---

Kafe itu tidak terlalu ramai, dengan aroma kopi dan karamel panggang yang memenuhi udara. Dua temannya sudah melambaikan tangan begitu melihatnya.

“Selenaa! Over here!”

Elina berseru sambil mengangkat tangan tinggi-tinggi.

Selena tertawa kecil dan mempercepat langkah, memeluk Elina dan Kania bergantian sebelum duduk.

“Jadi ada apa nih?” Elina mengangkat alis penuh curiga. “Tumben pengantin baru mau ikut hangout. Biasanya juga sibuk honeymoon di rumah.”

“Awas lo,” Selena menyenggol pelan lengannya.

Kania menyipitkan mata dramatis. “Pasti ada yang mau dicurhatin nih. Spill.”

Selena menghela napas, memainkan sedotan pada minumannya.

“Gue mau curhat sama kalian.”

“Kami siap,” jawab Elina dan Kania serempak. Seolah sudah hafal.

Selena menarik napas panjang sebelum berkata pelan,

“Mama mertua sama mama gue ngebet banget minta cucu kedua. Terus-terusan bahas itu. Padahal gue masih… ragu.”

Elina langsung mendecak pelan. “Baru beberapa bulan menikah udah ditodong begitu?”

Kania ikut mengangguk. “Gila ya, orang tua tuh hobi banget nargetin timeline hidup anaknya.”

Selena tersenyum hambar.

“Masalahnya bukan cuma itu.”

Ia menunduk, jari mengetuk-ngetuk gelas.

“Arunika masih kecil. Gue takut dia belum siap punya adik. Gue aja masih dalam proses nyatuin diri jadi ibu untuk dia.”

Temannya terdiam sejenak, sampai Elina bicara dengan suara lebih lembut.

“Tapi lo juga berhak punya waktu sama Daren sebagai pasangan. Lo masih proses nyembuhin diri dari masa lalu, Sel. Lo nggak harus buru-buru.”

Kania menambahkan pelan, “Apalagi setelah apa yang pernah lo lalui sama Kavi… wajar kalau lo masih takut.”

Selena mengangkat pandangan, matanya sedikit berkaca.

“Gue… masih belum bisa sepenuhnya melepaskan bayangan itu. Kadang gue takut Daren suatu hari pergi juga.”

Elina mengajak Selena menatapnya.

“Semua orang nantinya juga akan pergi juga, Sel. Jadi lo gak usah takut akan hal itu."

Selena mengusap tengkuknya, seperti mencoba menenangkan perasaan yang mengendap di dadanya.

“Daren nggak pernah maksa. Dia malah bilang belum mau buru-buru juga. Tapi… cuma karena mama mertua bilang begitu, gue jadi kepikiran.”

Kania menggeleng sambil menopang dagu.

“Dengar ya, Sel. Anak itu bukan hadiah untuk menyenangkan orang lain. Lo sama Daren harus siap dulu—secara hati, bukan tekanan.”

Selena terdiam. Kata-kata itu tepat mengenai bagian tersensitif dalam hatinya.

Perlahan, bibirnya melengkung.

“Iya… gue tahu.”

Selena menatap latte di depannya.

“Gue cuma… belajar untuk melepaskan kontrol dan percaya sama kebahagiaan gue sendiri.”

Elina meraih tangannya dari seberang meja.

“Dan lo punya kami kalau butuh tempat kabur. Even tengah malam.”

Kania mengangguk dramatis.

“Aku siap jemput kamu pake piyama.”

Selena tertawa, tawa yang terdengar ringan—lebih ringan dari beberapa hari terakhir.

Untuk pertama kalinya, ia merasa tidak sendirian.

---

Malam itu, jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat lima belas ketika Selena akhirnya pulang. Udara dingin menyapa kulitnya saat ia membuka pintu rumah. Lampu ruang tamu masih menyala lembut, memberikan kesan hangat yang menyambut kepulangannya.

Begitu pintu terbuka, Selena tertegun.

Di sana, di sofa ruang keluarga, Daren duduk santai dengan Arunika di pangkuannya. Keduanya sedang menonton film Disney Princess—Cinderella—dengan ekspresi yang sama seriusnya seolah itu adalah film thriller.

Arunika menyandarkan kepala di dada Daren sambil memegang mangkuk kecil popcorn.

Daren merangkul putrinya dengan satu tangan, tangan yang satu lagi dengan sabar menyuapi popcorn ke mulut Arunika. Dan yang membuat hati Selena menghangat adalah—Daren terlihat menikmati film itu sama seriusnya dengan Arunika.

“Maaf ya, Yang Mulia Cinderella,” Daren bergumam sambil menggigiti popcorn, “tapi Ayah tetap tim Rapunzel. Dia lebih berani.”

Arunika menggeleng cepat, wajahnya penuh protes.

“Rapunzel rambutnya kepanjangan, Yah! Cinderella itu elegan!”

Selena menutup pintu pelan agar tidak mengganggu.

Suara pintu tetap membuat keduanya menoleh.

“Mamaaa!” Arunika melompat turun dan langsung menghampiri Selena dengan langkah pendek dan terburu-buru.

Selena membungkuk, menangkap tubuh kecil yang berlari ke arahnya. Ia mencium puncak kepala putrinya dan membelai rambutnya.

“Kok belum tidur, Sayang?”

“Masih nonton Cinderella!” jawab Arunika penuh semangat. “Ayah curang, dia dukung Rapunzel!”

Selena tertawa pelan. “Ayah memang suka yang beda sendiri.”

Daren berdiri dari sofa, berjalan pelan ke arahnya. Rambutnya sedikit berantakan, wajahnya terlihat lelah tapi lembut. Ia menghampiri Selena sambil mengulurkan tas kecil belanjaan—rupanya ia sudah memasukkan sisa belanja dapur yang Selena tinggalkan di mobil tadi.

“Udah selesai nongkrong sama temen-temennya?” tanya Daren pelan.

Selena mengangguk. “Hmm… seru. Mereka banyak ngoceh seperti biasa.”

Daren tersenyum tipis. Ia menunduk sedikit, seolah ingin membaca ekspresi Selena.

“Kamu kelihatan capek.”

“Mungkin.”

Daren meletakkan tangan di tengkuk Selena, ibu jarinya mengusap perlahan. Gestur yang sederhana, tetapi cukup untuk membuat dada Selena menghangat.

“Sel,” Daren berkata lembut, “kalau ada apa-apa, kamu boleh cerita sama aku, ya.”

Kalimat sederhana itu menghantam perasaannya jauh lebih dalam dari yang ia harapkan.

Selena menghindari tatapannya sesaat, tapi Daren memiringkan kepala, mengamatinya lebih lama.

“Mama sama mamah kamu bikin kamu overthinking lagi?”

Selena terdiam. Ia tidak menyangka Daren bisa menebak sedetail itu.

Arunika sudah kembali duduk di sofa dan sibuk menonton, jadi hanya ada mereka berdua di dekat pintu masuk.

“Kamu nggak harus pura-pura kuat terus,” lanjut Daren dengan suara rendah.

“Ran…” Selena memejamkan mata sejenak. “Aku cuma… takut nggak jadi ibu yang baik untuk Aru. Takut jadi istri yang gagal juga.”

Daren menatapnya lama, seakan mencoba menemukan akar dari kegugupan itu.

“Kamu sudah menjadi ibu yang hebat untuk Arunika.”

Nada suaranya mantap, tidak ada ragu.

Selena hampir menjawab, tapi Daren melanjutkan.

“Dan soal anak kedua—kita yang tentukan. Bukan orang lain.”

Selena tertegun.

Suasana di antara mereka menjadi lebih tenang. Hanya suara TV yang mengisi ruang.

“Aku cemburu tadi pagi,” Selena akhirnya berbisik—jujur, rapuh, dan tanpa pertahanan.

Senyum kecil muncul di bibir Daren. “Aku tahu.”

“Kamu tahu?”

“Tentu.” Daren mengangkat alis dan berbisik, “Kamu ngeluarin aura 'itu siapa dan kenapa dia senyum-senyum ke suami gue'.”

Selena ternganga. “Aku nggak gitu!”

“Kamu persis gitu.”

Daren mendekat sedikit. “Dan itu lucu… karena aku cuma punya satu perempuan di kepala aku.”

Selena menelan ludah.

“Kamu,” bisiknya, “dan anak kecil kita yang suka rebutan remote.”

Seolah dipanggil, Arunika tiba-tiba berseru dari sofa, “Mamaaa! Sini duduk! Cinderella mau ketemu Pangerannya!”

Selena tertawa kecil.

Daren meraih tangan Selena—tangan yang dingin karena keraguan, namun dihangatkan oleh genggamannya.

“Ayo. Nonton bareng. Keluarga kecil kita.”

Selena mengangguk, mengikuti langkah Daren menuju sofa.

Malam itu mereka bertiga duduk berdempetan:

Arunika di tengah, Selena bersandar pada Daren, dan tangan Daren dengan santai melingkari bahu dua perempuan kesayangannya.

Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Selena merasa tenang.

Ia tidak sendiri.

Ia dicintai.

Dan ia akhirnya percaya—rumah bukanlah bangunan.

Rumah adalah seseorang.

Seseorang yang tetap menggenggammu, bahkan ketika kamu takut kehilangan.

1
Reni Anjarwani
doubel up thor
Itz_zara: besok lagi ya🙏
total 1 replies
Favmatcha_girl
lanjutkan thor💪
Favmatcha_girl
perhatian sekali bapak satu ini
Favmatcha_girl
lanjutkan 💪
Favmatcha_girl
cemburu bilang, Sel
Favmatcha_girl
ayah able banget ya
Favmatcha_girl
cemburu ya🤭
Favmatcha_girl
pelan-pelan mulai berubah ya
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
Itz_zara: besok lagi ya, belum ada draft baru🙏
total 2 replies
Favmatcha_girl
memanfaatkan orang🤭
Favmatcha_girl
Honeymoon Sel
Favmatcha_girl
Dah lama gak liat sunset
Favmatcha_girl
dramatis banget 🤭
Favmatcha_girl
ikutan dong
Favmatcha_girl
ngomong yang keras
Favmatcha_girl
aw terharu juga
Favmatcha_girl
itu mah maunya lo
Favmatcha_girl
Alasan itu
Favmatcha_girl
kenapa yak setiap cowok gitu😌
Favmatcha_girl
Yeyyyy
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!