Karena desakan Ekonomi, Rosa terpaksa harus menikah dengan pria yang sama sekali tak di cintainya. Bekas luka di tubuh serta hatinya kian membara, namun apalah daya ia tak bisa lepas begitu saja dari ikatan pernikahan yang isinya lautan luka.
seiring berjalannya waktu, Rosa membulatkan tekadnya untuk membalas segala perbuatan suaminya. bersembunyi di balik wajah yang lemah lembut nan penurut, nyatanya menyiapkan bom waktu yang bisa meledak kapan saja.
Hem, gimana ya ceritanya. yuk simak kelanjutannya, jangan lupa tinggalkan jejak likenya, komen, subscribe dan vote 🥰🫶
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Godaan emak
Perlahan mata Rosa terbuka, ia mencium aroma yang familiar di hidungnya, langit-langit berwarna putih dengan lampu indah menggantung diatasnya. Rosa memegangi kepalanya yang terasa pusing, mengubah posisinya menjadi duduk seraya menyisir semua penjuru kamar.
"D-dimana aku? Hah! Apa aku di culik? Huhuhu, kenapa takdirku sangat jelek, Tuhan. Aku harus menemui orangtuaku, mereka sangat membutuhkanku." Lirih Rosa ketakutan.
Ceklekkk..
Rosa langsung menoleh kearah pintu, di tariknya selimut untuk menutupi tubuhnya dan sekarang ia benar-benar gemetar ketakutan. Begitu seseorang masuk, Rosan menjerit dan masuk ke dalam selimut.
"Aakhhhh!"
Lutfi mematung diambang pintu, ia segera berlari menghampiri Rosa, tangannya terulur untuk membuka selimut.
"Rosa, hey! Ini aku, Lutfi." Ucap Lutfi.
Rosa menyembulkan kepalanya, ia memestikan bahwa seseorang yang masuk itu adalah Lutfi.
Greeppp...
Rosa langsung memeluk tubuh Lutfi, Lutfi pun membalas pelukan Rosa membantu gadis itu menenangkan dirinya. Lutfi yakin Rosa pasti masih takut akan kejadian di apartemen Alan, maka dari itu ia menyiapkan psikolog yang akan mendampingi Rosa agar traumanya tidak berlanjut parah, karena Rosa harus tetap menjalani hari-harinya dengan normal. Segala kemungkinan bisa terjadi, apalagi kondisi sang ayah sedang tak baik-baik saja, Sumarni pasti butuh dukungan dari sang putri.
"Takut, aku sangat takut, tolong aku." Lirih Rosa.
"Lo aman sama gue, si brengsek gak bakal berani sentuh lo sedikit pun." Ucap Lutfi.
"Tuan, Psikolog sudah datang." Ucap Jeremy.
Lutfi meregangkan pelukannya, ia menghapus jejak air mata Rosa.
"Gue keluar dulu ya, lu ngobrol dulu sama Psikolog biar lebih tenang." Ucap Lutfi tersenyum.
"Temani aku, aku mohon." Pinta Rosa.
Saat ini ia hanya percaya pada Lutfi, Rosa merasa aman jikalau ada Lutfi ataupun temannya Lucy yang menemani.
"Tenang, gue gak kemana-mana kok, kalo ada apa-apa gue ada di depan kamar ini." Ucap Lutfi.
"Janji?" Rosa memastikan.
Lutfi menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Panggil Psikolognya ke sini." Titah Lutfi.
Jeremy menganggukkan kepalanya, ia berjalan keluar untuk memanggil psikolognya. Tangan Lutfi mengelus punggung tangan Rosa seraya menampilkan senyum termanisnya, Rosa pula tak menyangka kalau Lutfi ternyata sangat manis dan tampan.
Hanya beberapa menit saja, Jeremy kembali bersama seorang wanita tinggi putih yang akan menjadi Psikolog Rosa. Lutfi mengajak Jeremy keluar agar kedua perempuan itu berbicara.
Saat Lutfi keluar, tiba-tiba saja kepalanya di pukul.
Tukkk...
"A-aw, aw! Emak!!!" Kesal Lutfi kala melihat siapa yang sudah memukul kepalanya menggunakan tongkat.
"Dasar cucu bandel, 4 tahun dah lewat baru nongol ke rumah." Sang nenek memalingkan wajahnya kesal.
Lutfi meraih tangan sang nenek dan menciumnya beberapa kali, kemudian setelah itu ia memeluk tubuh neneknya dan bergoyang-goyang seperti anak kecil yang manja.
"Emakku, sayang. Cucumu ini butuh pengalaman hidup, dunia luar lebih keras dari pada setumpukan berkas di kantor." Ucap Lutfi.
"Hiks, tapi nenek sendirian. Selama 4 tahun kamu memilih hidup bersama Piah berjualan, sedangkan emak di rumah sebesar ini seorang diri, apa kamu gak tahu betapa kesepiannya emak." Ucap Fatmawati.
"Semua sudah berlalu, aku ada disini menemani emak selamanya." Ucap Lutfi sambil menyeka air mata Fatmawati.
"Ngomong-ngomong, siapa wanita itu? Calon istri ya?" Tanya Fatmawati. Ia mengedipkan matanya berkali-kali pada Lutfi, moodnya dari sedih langsung menghilang berganti menjadi nenek genit yang menggoda cucunya.
'Kok, si emak langsung tahu ya? padahal, gue belum laporan dah' Batin Lutfi.
"B-bukan, itu temen mpi, Emak." Jawab Lutfi.
"Ayo, ikut aku!" Fatmawati langsung menarik kerah baju Lutfi, ia menyeretnya menuju kamar pribadinya yang terletak di ujung sudut lantai dua.
Lutfi menggaruk kepalanya yang tak gatal, firasatnya sudah tidak enak melihat wajah sang nenek yang berubah-ubah. Sekarang Fatmawati tengah menampilkan wajah serius.
"Calon janda, menikah dengan cucu Dharma pemilik group Laksmana Pradipta. Tidak diakui suaminya, kdrt, mengurus anak pelakor alias kakaknya sendiri yang sudah berani melukai cucuku. Di bawa ke apartemen dan hampir di setubuhi, ayahnya Asep yang sekarang sedang koma dan lemah jantung, umurnya di perkirakan tak bisa bertahan. Rumah peninggalan temanmu Rizal di rebut paksa keluarganya, semua isi di dalam rumah diambil." Terang Fatmawati.
"Haaahhhh?" Lutfi membuka mulutnya dengan lebar.
Prokkk... Prokkk.. Prokkk..
Lutfi bertepuk tangan saking hebatnya sang nenek, tanpa bercerita apapun tentang Rosa justru Fatmawati sudah mengetahui segalanya. Tak heran kalau neneknya itu hebat, ia pemilik kuasa di rumah dan juga negara.
"Wow! Nenekku ini sangat hebat, the best pokoknya." Puji Lutfi.
"Biarkan perempuan itu tinggal disini, bawa juga sekalian orangtuanya dan..." Ucap Fatmawati menggantungkan kata-katanya.
"Dan apa?" Tanya Lutfi penasaran.
"Nikahi dia." Fatmawati menoleh kearah Lutfi dan menatapnya dengan serius.
"What!" Pekik Lutfi.
"Kau ini sudah tua, keburu burungmu itu jinak dan tidak gagah lagi, mengerti? Aku tahu kalian dekat, bahkan anak keras kepala sepertimu rela mengorbankan keselamatan sendiri. Itu bukan tipemu sekali," Cerocos Fatmawati. Tangannya menghentakkan tongkatnya, di umurnya yang sudah sangat tua ini ingin menyaksikan cucunya ini menikah agar ia bisa pergi dengan tenang.
"Ucapan emak ini meremehkan sekali, jangan buat bijiku insecure lah." Heran Lutfi.
"Buktikan pada perempuan murahan itu kalau kau juga bisa mendapatkan wanita lebih baik darinya, mentang-mentang cantik bisa merendahkan orang seenaknya. Bilang sama mantanmu itu, cantik gak harus operasi!" Kesal Fatmawati.
"Lah, kok jadi bahasnya kemana-mana nih." Protes Lutfi.
"Kau pikir aku tidak tahu semuanya, hah!"
Lutfi pun menundukkan kepalanya. Selama hampir 4 tahun ini, memang ia mengatakan ingin hidup bebas menjadi seorang rakyat biasa dan tinggal bersama Piah yakni mantan pelayan rumah yang sudah tua. Tetapi di balik itu semua, Fatmawati tahu kalau sebenarnya Lutfi ingin move on dari wanita yang sudah melukai hatinya.
Lutfi menjalin kasih bersama seorang wanita yang bernama Wendy, ia tidak memberitahukan identitasnya sebagai cucu konglomerat karena baginya jika Wendy mencintainya tak akan mengungkit kekayaannya. Sang nenek pun melarang Lutfi mendekati perempuan dengan apa yang di milikinya, pasangan Lutfi harus memiliki hati yang tulus, sabar dan tidak sombong. Namun, selama 6 bulan menjalin asmara, Wendy memutuskan hubungannya sepihak dan tak hanya itu, ia merendahkan Lutfi dengan penampilan sederhananya yang tak bisa mencukupi segala keinginannya ya serba elit.
'Selama 4 tahun ini, kau berhasil lulus ujianku. Aku bangga padamu, tidak sia-sia usahaku membuatmu terdidik' Batin Fatmawati.
"Kamu suka ya sama, Rosa?" Goda Fatmawati.
"Lah, kita kan temenan, Mak!" Kilah Lutfi.
"Masa cuma temen? Yah, sayang banget ya, orang sebaik dan selembut Rosa ini tidak ada yang mau, di luaran sana pasti banyak yang mau. Hati-hati ya, keduluan orang." Ledek sang nenek.
Fatmawati keluar dengan bibir tersenyum, sedangkan Lutfi bengong memikirkan ucapan neneknya.
"Kok, gue gak terima ya?" Gumam Lutfi.
"Jelas gak terima lah, pria mana yang rela perempuan yang di sukainya di ambil pria lain." Sahut Fatmawati di ambang pintu.
"Emak!!" Kesal Lutfi.
anak sich nando sm zoya kah kk