Erlin, gadis mandiri yang hobi bekerja di bengkel mobil, tiba-tiba harus menikah dengan Ustadz Abimanyu pengusaha muda pemilik pesantren yang sudah beristri.
Pernikahan itu membuatnya terjebak dalam konflik batin, kecemburuan, dan tuntutan peran yang jauh dari dunia yang ia cintai. Di tengah tekanan rumah tangga dan lingkungan yang tak selalu ramah, Erlin berjuang menemukan jati diri, hingga rasa frustasi mulai menguji keteguhannya: tetap bertahan demi cinta dan tanggung jawab, atau melepaskan demi kebebasan dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Abimanyu baru saja selesai meeting dan ia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul satu siang.
Ia mengirimkan pesan kepada kedua istrinya dimana ia meminta Agil untuk mengirim makan siang.
Erlin yang baru selesai mengajar langsung menghubungi suaminya.
"Assalamualaikum Abi, "
"Waalaikumsalam, sayang. Bagaimana hari pertama mengajar?" tanya Abimanyu.
"Sangat menyenangkan, Abi. Semua guru dan murid menerimaku disini. Abi, kenapa repot-repot membeli makan siang? Abi sendiri sudah makan atau belum?" tanya Erlin.
Abimanyu tersenyum kecil sambil mengarahkan kamera ponselnya ke meja kerjanya yang sudah penuh dengan makanan kotak dari catering kantor.
“Aku sudah makan, sayang. Tenang saja, jangan khawatir. Abi kan nggak pernah telat kalau urusan makan.” ucapnya sambil sedikit bercanda.
Erlin tersenyum mendengar jawaban suaminya, wajahnya terlihat berbinar.
“Alhamdulillah. Abi jaga kesehatan, ya. Aku senang sekali hari ini, rasanya seperti punya keluarga baru di pondok.”
Abimanyu menatap layar ponselnya dengan rasa bangga.
“Itu yang Abi harapkan. Kamu bisa nyaman di sana, bisa bermanfaat, dan tetap tersenyum.”
Sebelum menutup panggilan, Erlin sempat berucap lirih,
“Abi, terima kasih sudah percaya sama aku.”
"Iya sayang, Abi selalu percaya sama kamu dan lekas makan siang." ucap Abimanyu yang kemudian mematikan ponselnya.
Setelah itu Abimanyu menghubungi Riana yang sedang berada di belakang sekolah.
"Assalamualaikum, Riana. Abi sudah pesankan makan siang untuk kamu dan Erlin. Mungkin sebentar lagi Agil sampai di pondok."
"Waalaikumsalam, Abi. Iya terima kasih."
Abimanyu melihat wajah istrinya yang dari tadi cemberut.
"Sayang, kenapa cemberut seperti itu? Apa Abi ada salah lagi?" tanya Abimanyu sambil menikmati makanannya.
"Bukan Abi yang salah, tapi Erlin yang sudah mencari muka disini. Semua guru dan murid suka dengan Erlin. Erlin seperti ini, Erlin seperti itu." jawab Riana.
Abimanyu menghela nafas panjang saat mendengar perkataan dari istrinya yang cemburu dengan Erlin.
“Riana, dengar baik-baik. Tidak ada yang mencari muka. Kalau banyak yang suka sama Erlin, itu karena dia berusaha ikhlas dan ramah. Kamu juga bisa begitu kalau hatimu lapang.”
Riana memalingkan wajahnya ke samping, jelas tak menerima jawaban itu.
“Abi selalu bela dia. Kenapa tidak sekali saja Abi lihat aku? Di kelas tadi, murid-murid malah tidak serius. Mereka bandel semua. Tapi waktu Erlin masuk kelas, langsung adem. Apa karena aku memang tidak berguna di sini?”
Riana yang marah langsung mematikan ponselnya.
"Ada apa sayang? Kenapa kamu marah-marah seperti itu?"
Riana langsung menoleh dan menutup mulut lelaki itu.
Ia mengajaknya masuk kedalam kelas yang sudah tidak dipakai.
"Hayden, jangan mengejutkan aku seperti itu." ucap Riana.
"Sayang, kenapa kamu cemberut saja? Apa gara-gara suami kamu?" tanya Hayden yang merupakan kekasih gelap Riana.
Hayden lelaki yang bekerja di pondok pesantren sebagai karyawan biasa.
Ia juga mantan kekasih Riana yang pernah satu sekolah.
"Aku cemberut bukan karena Abimanyu, melainkan karena Erlin. Dia merebut semuanya, sayang." jawab Riana.
"Nanti aku akan bantu melenyapkan nya, tapi sekarang aku merindukanmu sayang."
Riana yang mendengar langsung mencium bibir Hayden dan mereka melakukan hubungan i**m di dalam kelas yang sudah tidak dipakai.
Sementara itu Erlin yang berjalan ke belakang untuk mencari keberadaan Riana.
Ia malah mendengar suara desahan dari dalam kelas yang sudah tidak terpakai.
Ia langsung membelalakkan matanya saat melihat Riana dan lelaki lain sedang melakukan hubungan i***m.
Erlin mengambil ponselnya dan merekam semuanya.
Setelah itu ia bergegas menuju ke ruang guru dimana Agil sedang menunggunya sambil membawa makan siang.
Jantung Erlin masih berdetak cukup kencang setelah melihat kejadian itu.
Erlin mencoba menenangkan napasnya yang memburu. Tangannya sedikit bergetar saat menerima kotak makan siang dari Agil.
“Bu, ini titipan dari Ustadz Abimanyu yang meminta agar Ibu lekas makan.” ucap Agil dengan sopan.
“Terima kasih, Agil.”
Agil pamit kembali, sementara Erlin duduk di ruang guru dengan wajah menyimpan banyak pikiran.
"Ya Allah, apa yang harus aku lakukan? batin Erlin.
Bu Endang datang menghampiri Erlin dan mengajakku makan siang bersama.
"Ibu Erlin, sakit? Kenapa pucat sekali wajahnya?" tanya Bu Endang.
"S-saya tidak apa-apa, Bu. Hanya sedikit sakit kepala," jawab Erlin sambil mencoba menenangkan perasaannya.
Erlin membuka kotak makan yang berisi nasi ayam bakar dan sambal bawang.
"Bu Erlin, ayo saya antar ke ruang kesehatan." ucap Bu Endang.
Riana menganggukkan kepalanya dan ia bangkit dari duduknya.
Saat akan berjalan tiba-tiba semuanya gelap dan ia langsung jatuh pingsan.
Erlin jatuh tersungkur di lantai ruang guru, membuat beberapa guru yang ada di sana langsung panik.
“Bu Erlin!” teriak Bu Endang sambil bergegas memegang tubuhnya.
Pak Dendy dan Bu Sistin ikut membantu, mereka segera mengangkat Erlin ke ruang kesehatan pondok pesantren.
Beberapa santri yang melihat kejadian itu ikut terkejut dan langsung berlari memanggil Ustadzah yang bertugas di klinik kecil pondok.
Sementara itu, Riana baru saja keluar dari kelas kosong bersama Hayden.
Wajahnya masih merah bercampur emosi, tapi ia terkejut ketika mendengar beberapa guru berlarian menyebut nama Erlin.
“Ada apa?” tanya Riana dengan nada pura-pura khawatir.
“Bu Erlin pingsan di ruang guru!” jawab salah seorang santri yang kebetulan lewat.
Sekilas wajah Riana menunjukkan keterkejutan, tapi dalam hatinya justru terselip rasa puas.
“Bagus. Semoga saja dia tidak bangun lagi.” batin Riana.
Sementara itu Bu Endang langsung menghubungi Abimanyu.
Abimanyu yang akan melakukan meeting langsung mengangkat ponselnya.
"Ustadz Abimanyu, Bu Erlin pingsan. Saya tidak tahu kenapa,"
Abimanyu yang mendengar kabar itu langsung berdiri dari kursinya dengan wajah panik.
“Astaghfirullah! Bagaimana keadaannya sekarang, Bu Endang?!” suaranya meninggi, membuat beberapa rekan kerjanya menoleh.
“Sekarang sedang ditangani di ruang kesehatan pondok, Ustadz. Tapi wajahnya pucat sekali. Tolong segera datang.” jawab Bu Endang dengan nada cemas.
“Baik, tolong jaga istri saya. Saya segera ke sana!” ucap Abimanyu lalu menutup ponselnya.
Ia tak peduli lagi dengan meeting penting yang sudah menunggu.
Dengan tergesa-gesa ia meraih jas dan kunci mobil, lalu meninggalkan kantor.
Di ruang kesehatan pondok dimana Kyai Abdullah yang mendengar kabar pingsan nya Erlin, lansung menuju ke ruang kesehatan.
"Bagaimana keadaannya, ustadzah?" tanya Kyai Abdullah dengan wajah panik.
“Sepertinya kelelahan, ditambah mungkin menahan sesuatu di pikirannya,” ujar sang ustadzah.
Kyai Abdullah menghela nafas panjang dan ia melihat Erlin yang masih belum sadarkan diri.
"Tadi pagi Bu Erlin sangat ceria, Kyai. Tapi entah ada apa tiba-tiba dia pingsan." ucap Bu Endang.
“Ya Allah, kuatkan hamba-Mu ini. Jika ada beban di hatinya, lapangan lah jalannya. Jangan biarkan ia menanggung derita sendirian,” bisik Kyai Abdullah lirih.
Beberapa guru yang ada di ruangan ikut terdiam, suasana menjadi haru.
Tak lama kemudian, pintu terbuka dengan keras dan Abimanyu muncul dengan wajah panik, keringat masih menetes di pelipisnya karena terburu-buru dari kantor.
“Erlin!!” serunya sambil berlari menghampiri ranjang.
Ia langsung menggenggam tangan istrinya yang dingin, menatap wajahnya yang pucat.
“Ya Allah, Lin. Kenapa kamu bisa seperti ini?” suara Abimanyu bergetar.
Kyai Abdullah menepuk bahunya lembut, menenangkan.
“Abimanyu, tenangkan dirimu dulu, insya Allah Erlin hanya kelelahan. Kita doakan bersama, semoga lekas pulih