Tentang Dukun Santet Legendaris — yang berjaya dalam Mengusir Belanda, Tiga Abad Silam.
Tapi nasibnya berakhir tragis: dibakar hidup-hidup hingga arwahnya gentayangan
Sampai tahun 2025..
Jiwa LANANG JAGAD SEGARA:
tiba-tiba tersedot ke dalam tubuh ADAM SUKMA TANTRA, seorang INTERPOL Jenius, Muda dan Tampan.
Syarat tinggal di tubuh itu: cari dalang di balik pembunuhan Adam.
Maka dimulailah petualangannya menyelidiki kasus-kasus kriminal dengan cara aneh: Lewat Santet, Jimat Ghoib, dan Mantra Terlarang yang tak sesuai zaman. Tapi, justru cara kuno ini paling ampuh dan bikin partnernya cuma bisa terpana.
“Lho, kok jimatku lebih nendang daripada granat?!” — ujar Lanang, si Dukun Gaptek yang kini terjebak dalam lumpur misteri masa lalu.
Sanggupkah ia mewujudkan keinginan Jiwa asli sang pemilik tubuh?
Atau jangan-jangan justru terhantui rasa bersalah karena ternyata, penyebab Matinya Adam masih....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuni_Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Lingkaran Setan.
...*** ...
'BRAK!
Pintu ruang isolasi terbanting terbuka dengan kasar. Sosok Dokter Elibrech berdiri di ambang pintu, napasnya tersengal-sengal, matanya menyala-nyala memancarkan amarah, dan menatap tajam ke arah Lanang.
"Apa-apaan ini, Adam? Jelaskan sekarang! Sejak kapan kau mempelajari ilmu santet?" hardiknya, suaranya menggema.
Lanang terkejut, tubuhnya kaku seketika. "Apa... apa maksudmu, tabib? Siapa yang mengatakan soal dukun santet?" bantahnya, berusaha menyangkal. Agak bingung kenapa Dokter Elibrech tiba-tiba menanyakan hal yang baru saja dia katakan pada dirinya sendiri.
"Kau masih mau menyangkal?" Elibrech mendekat, wajahnya memerah. Dengan gerakan cepat, ia memutar rekaman suara dari ponselnya. Suara Lanang terdengar jelas, mengakui dirinya sebagai dukun santet.
"A... alat apa itu? Kok bisa bersuara, dan suaranya mirip suaraku?" gumam Lanang, matanya terpaku pada ponsel dokter. Astaga, si dukun dari masa lalu ini benar-benar gaptek. Alih-alih terpojok oleh pengakuannya yang terekam, ia malah takjub dengan kecanggihan gadget yang bisa menyimpan suara.
"Sudah cukup, Adam! Berhenti mengalihkan pembicaraan!" potong Dokter Elibrech, suaranya meninggi dan dipenuhi frustrasi. "Sekarang jawab dengan jujur! Sejak kapan kau mempelajari ilmu santet? Dan apakah pendarahan kalian berdua kemarin adalah, efek dari ilmu sesat yang kau pelajari?"
Dokter itu sudah kehilangan kesabaran. Terlalu banyak keanehan yang terjadi sejak Adam diselamatkan dari penculikan tempo hari.
Luka-lukanya yang sembuh terlalu cepat, pendarahan misterius yang hilang tak berbekas padahal baru terjadi kemarin, hingga bisikan-bisikan aneh yang nyaris merubuhkan rumah sakitnya. Semua itu, memaksanya untuk mempertimbangkan hal-hal yang tidak masuk akal, termasuk ilmu gelap yang baru saja disebutkan Adam.
"Tenang dulu, Dokter. Mungkin Adam hanya sedang asal bicara," sela Suster Mikha, berusaha menenangkan situasi.
Tapi dalam hati Lanang, keraguan sedang berkecamuk.
Bisakah ia mempercayai dokter ini, dan mengatakan segalanya? Walaupun Adam menganggapnya seperti ayahnya sendiri, tapi bagi Lanang, Elibrech tetap orang asing.
Tidak seperti Bryan, yang wajahnya begitu mirip dengan Saloka, membuatnya langsung merasa familiar dan nyaman.
Tapi setelah mempertimbangkan, mungkin, sekarang waktunya dia mengarang cerita sedikit, agar di bebaskan dari rumah sakit itu.
"Hmm... Sebetulnya aku tidak asal bicara," sela Lanang, suaranya tenang namun penuh keyakinan. "Kalian sudah mendengar sebagian, jadi sekarang aku akan tunjukkan sisanya. Tapi jangan lari, ya. Dan jangan kaget kalau kalian melihat... ini."
Sebelum mereka sempat bereaksi, tangan Lanang terangkat perlahan ke udara. Seketika, atmosfer di ruangan itu berubah, udara terasa berat dan bergetar halus. Lalu...
SWING...
Beberapa alat medis di sekitar tiba-tiba terlepas dari tempatnya, melayang, dan berputar perlahan di atas kepala mereka.
"Apa-apaan ini, Dokter?!" teriak Suster Mikha, suaranya bergetar ketakutan.
"Mikha! Cepat! Matikan semua CCTV! Sekarang!" perintah Elibrech, seketika sadar bahwa kejadian ini terlalu luar biasa untuk terekam. Tubuhnya sudah bergerak mematikan kamera terdekat dengan gerakan panik namun terlatih.
Suster Mikha tersentak, lalu bergegas mematikan CCTV lainnya dengan tangan yang tak stabil.
Mata Lanang membelalak. Baru sekarang ia menyadari bahwa dua benda aneh yang memancarkan cahaya merah kecil itulah yang mereka sebut CCTV.
"Oh, jadi suaraku tadi direkam oleh alat-alat itu, ya?" ucap Lanang dengan santai, seolah tidak terjadi apa-apa. "Kalian jahat sekali, tega-teganya menguping pembicaraan orang. Itu tidak sopan, lho." Dia tetap tenang, bahkan ketika beberapa alat medis masih melayang-layang di sekitarnya.
"Do... Dokter... Apa yang kulihat ini nyata?" Suster Mikha bertanya dengan tergagap, langkahnya perlahan mendekati salah satu alat yang melayang di dekatnya. Tangannya terulur, mencoba meraba bagian atas dan bawah benda itu, memastikan apakah benar-benar tidak ada tali atau alat bantu lainnya.
Alih-alih menjawab, Dokter Elibrech malah menatap Lanang dengan pandangan tajam penuh ketidakpercayaan.
"Sejak kapan kau bisa melakukan hal seperti itu?" tanyanya, suara rendah namun penuh desakan. Dalam benaknya, ia mengenal Adam sejak kecil—tidak pernah ada tanda-tanda ia tertarik atau mampu melakukan hal-hal di luar nalar manusia biasa. Ini mustahil.
Lanang tidak langsung menjawab. Ia terdiam sejenak, pikirannya berputar mencari cara untuk merangkai kata-kata yang setengah benar dan setengah dusta.
"Hmm... belum lama, Tabib," jawabnya akhirnya, suaranya dibuat senatural mungkin. "Bisa dibilang... sejak aku diculik."
Mata Dokter Elibrech menyipit, menatapnya dengan curiga. Jawaban yang terlalu singkat dan samar itu justru membuatnya semakin penasaran.
"Sekarang jelaskan dengan detail," desak Dokter Elibrech, suaranya rendah namun penuh tekanan. "Bagaimana tepatnya kau mendapatkan kemampuan seperti itu? Dan ingat, jangan ada yang disembunyikan."
Sambil berkata demikian, tangannya dengan sigap menutup semua tirai jendela di ruangan itu, memastikan tidak ada satu pun mata yang bisa mengintip dari luar. Ia yakin, jawaban dari pertanyaannya ini akan menyangkut hal-hal yang tidak boleh diketahui orang lain.
Dan mulailah Lanang bercerita. Kata-katanya mengalir, dihiasi dengan bumbu kebohongan di sana-sini.
Tentu, tidak semuanya ia ungkapkan. Ia sama sekali tidak menyentuh soal kematian Adam, ia takut melukai hati sang ayah baptis yang sudah menganggap Adam seperti anak sendiri.
Yang ia ceritakan hanyalah setengah kebenaran yang dibungkus rapi oleh kepalsuan. Lanang mengaku bahwa selama diculik oleh sekte misterius, ia dipaksa mempelajari sebuah buku kuno yang berisi mantra-mantra jahat. Mereka meyakininya sebagai penghubung menuju sang Iblis, dan menganggapnya sebagai kunci untuk mencapai tujuan gelap mereka.
Peristiwa ricuh di kantor pusat Interpol? Menurut versinya, itu hanyalah efek samping dari kekuatan mantra yang tidak rela melihat "penguasa barunya" terluka. Bahkan penyembuhan luka tembaknya yang ajaib beberapa waktu lalu ia katakan sebagai "bonus" dan bentuk perlindungan dari mantra tersebut.
Reaksi Dokter Elibrech dan Suster Mikha? Bisa ditebak: wajah mereka memerah, napas mereka memburu, dan kemarahan menyala-nyala di mata mereka.
Karena sama-sama berasal dari Indonesia, istilah seperti mantra, jimat, santet, hingga perjanjian dengan makhluk gaib bukanlah hal yang asing bagi mereka. Meski awalnya skeptis, sulit mencari penjelasan lain untuk semua keanehan yang telah mereka saksikan dengan mata kepala sendiri. Mereka bahkan mendengar langsung suara mantra yang mengguncang rumah sakit, meretakkan dinding, dan memecahkan kaca. Meski sebagian diucapkan dalam bahasa kuno, sisanya jelas terdengar dalam bahasa Indonesia—dan isinya terlalu gelap, terlalu sesat, untuk sekadar diabaikan.
Namun, bukan berarti mereka bisa menerima atau memakluminya.
Dokter Elibrech, dengan wajah yang masih dipenuhi kekhawatiran dan kemarahan, akhirnya bersikeras.
"Adam, mulai sekarang kau harus berjanji padaku. Jauhkan diri dari semua bentuk mantra dan praktik ilmu gelap itu. Apa pun yang berhubungan dengan Iblis atau makhluk jahat, kau harus tinggalkan!" perintahnya, suaranya tegas namun mengandung nada takut yang tersembunyi.
Lanang, yang terjebak dalam tubuh Adam, hanya bisa mengangguk patuh.
Tapi Itu jelas hanya kamuflase, sandiwara untuk menutupi kebenaran yang jauh lebih rumit.
Di dalam hatinya, ia tahu mustahil untuk melepaskan diri.
Demi menyelamatkan Bryan dari ambang kematian, ia telah terpaksa mengikat perjanjian baru dengan entitas lama yang pernah bersarang dalam tubuhnya. Jika saja mudah untuk dilepaskan, ia tak perlu sampai mengorbankan nyawanya sendiri dengan cara dibakar hidup-hidup tiga abad yang lalu.
Sungguh ironis. Penyebab kematiannya di masa lalu, justru ia ulangi sekali lagi di kehidupan ini—seperti yang pernah diingatkan Adam. Sebuah lingkaran yang tak sempat ia hindari, meski telah melewati ratusan tahun.
...*** ...
seru dan menyeramkan.
tapi suka
semakin seru ceritanya