Eva Calista, seorang siswa jenius berusia 17 tahun, terjebak dalam sebuah cerita novel yang membuatnya tertarik. Saat membaca tentang penindasan yang dilakukan protagonis terhadap antagonis, Eva merasa tidak tahan dan tertidur karena kelelahan.
Namun, saat terbangun, Eva menemukan dirinya berada di tubuh antagonis saat masih bayi. Ia tidak mengerti apa yang terjadi, tetapi ada sebuah sistem yang muncul dan menjelaskan bahwa Eva telah bereinkarnasi ke dalam cerita novel.
Sistem tersebut memberitahu Eva bahwa ia harus mengarungi peran sebagai antagonis dan mengubah jalannya cerita. Eva harus menggunakan kecerdasan dan kemampuan analitisnya untuk memahami sistem dan mengubah nasibnya sebagai antagonis.
Dengan sistem yang menemani dan membantu, Eva mulai menjelajahi dunia cerita novel dan menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Apakah Eva bisa mengubah jalannya cerita dan menjadi antagonis sejati? Cerita ini akan membawa Anda ke dalam petualangan yang menarik dan penuh kejutan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
Sudah 1 bulan Ellie dan Erika bersekolah di tempat yang sama dengan Reva. Sejak saat itu juga Ellie secara gencar mendekati Mason dan teman-temannya. Berbeda dengan Ellie, Erika semakin menjauh dari Mason, bahkan dengan Reva sendiri sebagai teman sekelasnya. Hal itulah menjadi bagian menarik bagi Reva.
"Bagaimana? Mau dilanjut?" tanya Aura
Sejak hari pertama Erika masuk ke dalam kelas, teman-teman Reva mengawasi Erika atas permintaan Reva. Erika yang terlihat pendiam dan polos selayaknya seorang anak desa pada umumnya.
"Lagipula dia selama sebulan ini dia bersih. Yang bermasalah hanya bocah yang menempel dengan tunanganmu itu," kesal Cia saat melihat Ellie yang menempel pada Mason dan Mason hanya diam menerima perlakuan Ellie padanya.
"Kau tak kesal melihat itu, Va?" tanya Cia yang melihat Reva hanya diam saja saat melihat tunangannya digoda seperti itu.
"Tidak, aku percaya dengan Mason. Lagipula mungkin Ellie belum memilki teman di kelas dan dia sudah mengenal Mason saat di perkemahan waktu itu. Jadi—..."
"Tapi itu bukan alasan, Reva!" potong Cia yang semakin kesal setelah mendengar penjelasan Reva
"Tenanglah Cia. Kau tai sendirikan, Reva akan selalu mengawasi apa yang sudah berada di genggamannya. Bukan begitu, Va?" ujar Laila
"Kau memang yang paling tau diriku, Laila."
"Apa yang kalian sembunyikan?" tanya Aura yang merasa bahwa kedua temannya itu mengetahui sesuatu dan belum mereka bicarakan.
"Tidak ada. Hanya saja, ada seekor domba yang ingin berubah menjadi seekor rubah. Namun, dia malah melawan rubah yang sebenarnya," ujar Laila dengan tenang
Mendengar itu, Reva yang awalnya minum menjadi tersedak karena terkejut. Dia memandang Laila dengan tatapan melotot, seolah dia mengancam melalui tatapan.
Laila yang melihat itu hanya mengendikkan bahunya. Dia tidak takut dengan tatapan Reva padanya. Laila cukup senang sata berhasil menggoda Reva.
Aura dan Cia yang tidak tau apa-apa hanya bisa diam memandang kedua temannya.
Cup
Mason mencium pelipis Reva. Dia baru saja datang bersama teman-temannya dengan Ellie dan Erika serta seorang perempuan yang tak mereka tau namanya.
"Sayang, kenapa kita gabung ya!" ujar Mason
"Ehm, tentu. Tapi sepertinya butuh kursi tambahan jika di tambah mereka bertiga," ujar Reva dengan halus
"Tenang aja Va. Mereka bawa kursi sendiri kok," canda Andri
Namun itu bukanlah candaan. Mereka sebenarnya ingin sekali mengusir 3 orang yang selalu mengikuti mereka. Mereka risih, namun tak bisa berbuat banyak karena Mason sendiri tak bergerak.
"Mereka juga bisa di meja sebelah, nggak harus gabung dengan kita." ujar Yufran
Cia dan Aura sejak kedatangan Ellie dan 2 orang lainnya langsung memandang mereka tak suka. Tatapan lembut itu menghilang menjadi tatapan tak suka.
"Mason, lo nyaman ya di dekat Ellie?" tanya Cia
"Biasa aja," jawab Mason dengan cepat
Mendengar itu, Cia semakin tak suka. Dia menatap permusuhan tidak hanya pada Ellie namun juga pada Mason. Hal itu juga yang membuat suasana seketika menjadi mencekam di sekitar mereka.
"Hei, cil. Besok lo bareng gue atau nggak?" tanya Bagas yang berusaha merubah suasana
"Emang lo berangkat dari sekolah atau ambil cuti?" tanya Cia
"Sekolah. Gue kebanyakan cuti, jadi kek nya udah nggak bisa,"
"Yaudah bareng lo aja. Nanti tinggal bilang ke Kak Juju buat langsung berangkat kesana," ujar Cia yang kemudian melanjutkan makannya
"Kalian emang mau kemana?" tanya seseorang yang baru saja bergabung namun sudah ingin tau banyak hal.
"Kepo!" ketus Cia
"Cia, padahal aku nanya nya baik-baik loh," sedihnya saat dijawab ketus oleh Cia
"Bagas, aku salahkah kalau cuma tanya karena ingin tau?" ujarnya sambil memegang tangan Bagas yang berada di atas meja
Bagas yang melihat itu segera menarik tangannya. Cia dan Aura yang melihat itu menahan tawa mereka agar tak meledak.
"Maaf ya, lo siapa?" tanya Aura
"Aku Neila, masa kalian nggak tau aku sih. Kita pernah satu kelas waktu kelas 1, masa kalian lupa," ujarnya dengan sangat percaya diri
Mendengar itu, membuat yang lain yang mendengarnya menjadi jengah.
"Sorry, gue nggak kenal sama lo!" ujar Cia dan Aura secara bersamaan. Hal itu membuat Yufran, Andri, dan Bagas tertawa. Wajah Neila langsung merah padam karena malu.
"Kalian ini kenapa sih, Neila kan cuma tanya aja. Lagian kita ini teman bukan?" bela Ellie. Dirinya tak terima saat temannya diejek seperti itu.
"Sorry ye, tapi kita emang nggak kenal. Dan lagi, dia temen lo bukan kita," ketus Aura
"Betul, gue juga nggak merasa punya temen kek dia terutama lo, Ellie!" Cia mendukung sekali Aura yang ingin mengusik Ellie dan Neila
Wajah Ellie dan Neila langsung merah padam. Antara marah dan malu menjadi satu.
Kemudian tatapan Ellie mengarah ke Reva. Reva yang hanya diam dan bermesraan dengan Mason membuat Ellie kesal.
'Lihat aja, gue bakal rebut Mason dari lo Reva. Mason itu milik gue!' batin Ellie
Merasa ada yang menatapnya tajam, Reva beralih menatap Ellie. Dia menelengkan kepalanya dan memberikan wajah polosnya seolah tak mengetahui apa-apa
Sret!
"Saya sudah selesai, saya permisi!" ujar Erika yang berlalu pergi dengan membawa piring bekas makannya.
Laila menjadi tertarik dengan sikap Erika. Erika terlihat lemah, namun sepertinya tidak sesederhana itu.
"Semakin tertarik?" bisik Reva
"Tentu. Namun, info dia sangat susah dicari. Berbeda dengan Ellie," bisik Laila
Ya, informasi mengenai identitas Erika sangat susah dilacak oleh Laila. Berbeda dengan Ellie, yang sangat mudah didapat padahal dia adalah anak dari keluarga Quinlan yang seharusnya identitasnya sulit di lacak seperti Reva.
"Dia tidak sesederhana penampilannya, kita harus tetap waspada padanya," bisik Laila
Reva hanya diam. Dia memikirkan startegi yang harus dia jalankan. Posisi saat ini hanyalah posisi aman sementara. Dirinya ingin aman selama hidup di dunia novel ini. Selain itu, dia juga harus membuat salah satu alur novel berjalan semestinya, yaitu Mason dan Ellie harus memiliki hubungan. Dengan begitu dia bebas dan dia bisa menghancurkan ibunya Mason yang serakah itu. Hal itu juga bisa membebaskan Mason dari penderitaan yang ada selama ini.
'Sebaiknya alur pendekatan mereka kubuat sedikit berbeda dengan alur sebenarnya. Jika sesuai dengan alur yang ada, akan sangat susah karena adanya perbedaan yang telah kubuat,' pikir Reva
Merasa ada yang disembunyikan Reva, Mason memandang Reva yang sedang melamun.
"Ada apa Reva? Ada masalah?" tanya Mason
Reva yang tersadar dari lamunannya sendiri memandang Mason dengan tenang.
"Tidak ada, hanya memikirkan kafe milikku. Sudah lama aku tidak mengeceknya," elak Reva
"Bagaimana jika nanti kau kesana. Nanti aku temani," usul Mason
"Benarkah? Kau mau menemaniku kesana?"
"Tentu, aku menemani tunanganku sendiri. Mana mungkin aku tidak bersedia, bukan!"
Ellie yang melihat pemandangan yang sangat menyakiti matanya sendiri. Melihat Mason dan Reva bermesraan membuat Ellie ingin sekali menendang Reva menjauh. Dan tatapan itu tak lepas dari penglihatan Reva. Diam-diam iya menyeringai senang saat melihat Ellie yang cemburu saat dirinya berada di dekat Mason. Sungguh hiburan yang sangat menyenangkan baginya.