Rere seorang Gadis yang berasal dari keluarga Sederhana dan cukup tapi takdir berpihak kepadanya, dia Yang anak kandung diperlakukan seolah dirinya orang lain, sedangkan orang yang seharusnya tidak menggantikan tempatnya menjadi kesayangan semua keluarganya.
Bagaimanakah kisah hidupnya, akankah dia mendapatkan kebahagian yang dia cari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
Rere menggelengkan kepalanya, dia tidak mungkin memberitahu keluarganya masalah itu, baginya dia sudah keluar dari sana maka dia tidak akan kembali lagi lagi, sudah cukup dia menderita di tengah mereka, dia tidak akan melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.
"Baguslah, aku tidak mau mereka mempermasalahkan rumah kamu itu, mereka sudah sangat jahat padamu padahal kamu anak kandung mereka". Kesal Laras mengingat bagaimana perlakuan mereka kepada Helena selama ini.
Apalagi mengingat tingkah Marsya si anak pungut yang tidak tahu diri menurutnya.
"Tapi Ras, mereka tetap keluarga Aku, aku akan butuh ayah kandungku ketika nanti aku menikah, minimal kakak kandungku". Rere menghela nafasnya.
Tadinya dia ingin berhenti memikirkan keluarganya tapi sebagai seorang anak dan adik, tetap saja, dia tidak bisa lepas begitu saja apalagi dia perempuan. Dia membutuhkan ayah dan kakaknya untuk menjadi wali saat dia menikah ketika usianya sudah cukup
"Nanti sajalah jika itu dipikirkan Re, yang penting sekarang, kamu lepas dulu dari mereka karena mereka tidak pernah memperlakukan kamu dengan baik". Sungut Laras dengan kesal.
Entah mengapa setiap kali membahas keluarga sahabatnya itu dia selalu emosi.
Helena hanya mengangguk lesu mendengar perkataan sahabatnya itu, perkataan itu seolah menyadarkan bahwa dirinya bukan apa-apa dan siapa-siapa bagi keluarganya selama ini.
"Jangan sedih Re, maaf yah, aku malah buat kamu sedih seperti ini". Laras mengelus tangan sahabatnya itu dnegan penuh perhatian.
Dia sangat tahu bagaimana beratnya kehidupan sahabatnya ini di tengah keluarganya sendiri, dia tak mau menambah beban pikiran sahabatnya dengan mengingat keluarganya.
"Bagaimana menurutmu dengan permintaan kak Aska agar aku datang di acara lamarannya minggu ini??, dia memintaku untuk ikut".
Mata Laras langsung melotot tajam kepada sahabatnya itu, sedangkan Rere yang ditatap seperti itu hanya meringis kikuk, dia tahu sahabatnya itu tidak akan setuju.
"Dia masih tidak berhenti mengganggumu Re?? ".
"Dia tidak mengganggu Ras, hanya saja dia mengirimkan aku pesan untuk datang ke acara lamarannya nanti akhir pekan ini, kasihan juga kalau begitu, aku pikir akan datang".
"Kamu yakin akan datang Re??, aku khawatir jika mereka membuat masalah kembali padamu, kamu tahu sendiri bagaimana mereka". Laras menggeleng pelan tanda dia tak setuju dengan ide sahabatnya itu.
"Tapi Ras, biar bagaimanapun kak Aska adalah kakak lelaki tertuaku, dia bisa wali nikah aku nantinya jika ayah ku menolak menikahkan aku dengan calon pilihanku".
"loh memang kau sudah punya calon dan akan menikah??". Kini Laras meninggikan suaranya tanpa sadar.
"Astaga Laras, aku ini memikirkan masa depanku, biar bagaimanapun pasti aku akan menikah, jika tidak disiapkan dari sekarang nanti bagaimana". Rere terkekeh geli melihat ekspresi sahabatnya yang melongo sambil membuka mulutnya.
"syukurlah". Cicitnya pelan
Perbincangan mereka terhenti saat terdengar ketukan dari luar ruangan keduanya. Mereka berdua memang sengaja ditempatkan diruangan yang sama untuk bisa menentukan langkah apa yang mereka ambil.
"Kalian sedang membahas hal apa?? ". Sang bos masuk kedalam ruangan itu dengan tatapan menyelidik.
Mereka saling memandang saling memberikan sinyal jika mereka harus tutup mulut dan tidak memberi tahu bos mereka apa yang mereka bahas barusan, jangan sampai bosnya malah marah mereka membahas yang bukan pekerjaan
"Kami membahas tentang tugas terakhir bos, saat kami melaksanakannya, kami banyak mendapatkan pelajaran". Rere langsung menjawab pertanyaan bosnya agar sahabatnya tidak membahas keluarganya.
Sang bos hanya mengangguk, dia memberikan rincian berkas kepada keduanya untuk diteliti dan dipelajari, dia merasa laporan ini tidak beres dan dia akan diskusikan dengan kedua gadis cantik itu, walau dia bos, Rere dan Laras adalah orang yang bisa dia ajak diskusi dan kerjasama dan yang paling penting bisa dipercaya.
"kalian pelajari dulu, nanti setelah makan siang, kalian berdua keruangan, ada yang tidak beres dengan laporan itu, beritahu aku jika kalian sudah menemukannya". Ucapnya dengan penuh harap.
Laporan ini dibuat oleh keluarganya diluar negeri, dia mengambil semua laporan itu melalui orang kepercayaannya karena dia merasa ada yang janggal dengan perusahaan mereka yang ada diluar negeri.
Rere dan Laras langsung mengambil kedua laporan yang lumayan banyak itu, mereka penasaran apa yang terjadi, jika bos nya memberikan laporan tebal seperti ini pasti akan ada masalah besar dan mereka akan langsung turun ke lapangan seperti biasa.
"Ini laporan luar negeri pak, apa kali ini urusannya dengan perusahaan kita yang berada diluar negeri?? ". Rere menatap Sang bos dengan penasaran.
Dia membolak-balikan kertas laporan itu dengan seksama, Rere dan Laras memang terkenal dengan karyawan dengan kemampuan bahasa Inggris yang bagus sehingga mudah memahami laporan itu apalagi sang bos membekali mereka dengan orang yang berkompeten saat mengajari mereka.
"Kamu benar, ini 2 laporan dari tempat yang sama tapi isinya berbeda, dilihat sekilas sangat mirip, aku bahkan terkecoh, maka dari itu aku ingin bahas dengan kalian, nanti siang jam dua atau tiga siang kita bahas bersama diruangan ku, kalian tidak keberatan?? ". Arthur menatapnya dengan tatapan memohon.
Dia sangat pusing dengan banyaknya agenda ditambah lagi keluarganya juga seperti nya membuat masalah diperusahaan utama yang ada diluar negeri.
"Siap pak bos, ini pekerjaan sudah biasa, kayak bos baru pertama kali aja nyuruh kita urus beginian". Laras terkekeh pelan melihat ekspresi bosnya itu.
Mereka bertiga memang seperti kawan jika diluar kontes pekerjaan, saat mereka mode kerja maka mereka akan sangat menghormati bosnya ini.
"Yah sudah makasih yah, aku keluar dulu, aku ada rapat, kalian pelajari saja dulu, nanti ku pesankan makanan, kalian tidak usah keluar untuk makan siang". Perintah sang bos dengan berwibawa.
Keduanya tersenyum lebar, mendapatkan traktiran dari bos mereka, memang bosnya ini sangat loyal kepada keduanya selama ini, itu sebabnya mereka bekerja dengan sungguh-sungguh.
"Siap pak bos, ayo kita kerja sekarang". Semangat Helena menggandeng Laras menuju meja mereka apalagi saat mendengar kata bosnya tentang traktir makanan
Arthur terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya melihat kedua karyawan kepercayaannya itu, mereka memang seperti itu jika mendengar kata traktir.
"Ya sudah saya keluar yah, kalian chat saja saya mau makan apa, akan saya pesankan lewat aplikasi".
Keduanya mengangkat jempolnya tanda setuju kepada sang bos, Arthur hanya bisa terkekeh geli kemudian keluar dari ruangan itu.
Setelah berkutat beberapa jam mempelajari laporan keduanya, saling melirik dan tersenyum misterius.
"Orang ini menggelapkan dana perusahaan cukup besar, dan dia sangat pintar membuat laporan keuangan, bahkan laporannya sangat rapi".
"Benar kita harus kasih tahu bos sebentar, dan kita pelajari lagi".