NovelToon NovelToon
Putri Yang Kembali, Kaisar Yang Menanti

Putri Yang Kembali, Kaisar Yang Menanti

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:11.3k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Dikhianati oleh suami dan adiknya sendiri, Putri Wei Lian menyaksikan keluarganya dihukum mati demi ambisi kekuasaan. Di saat nyawanya direnggut, ia berdoa pada langit—dan mukjizat terjadi. Ia terbangun sebulan sebelum perjodohan maut itu terjadi. Dengan tekad membara, Wei Lian berjuang membatalkan takdir lamanya dan menghancurkan mereka yang menghancurkannya. Tanpa ia tahu, seorang pria misterius yang menyamar sebagai rakyat biasa tengah mengawasinya—seorang kaisar yang hanya menginginkan satu hati. Saat dendam dan cinta bersilangan, akankah takdir berubah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Tengah malam, kediaman rahasia penginapan di Luoyang

Wei Lian duduk di depan meja rendah, menelaah kembali laporan dari Zhao Jin. Di sekelilingnya ada lembaran peta militer, daftar nama-nama pejabat yang dulunya terafiliasi dengan Ren Yao, serta catatan-catatan intel Hanbei yang dikirim lewat sandi rahasia.

Mo Yichen duduk di seberangnya, memandangi wajah serius wanita yang kini menjadi pusat badai kekaisaran.

“Jadi menurut laporan ini…” Wei Lian menunjuk pada satu bagian, “...logistik istana terutama gudang senjata timur dan cadangan beras kota bagian utara telah mulai dialihkan secara diam-diam sejak dua minggu lalu. Pelakunya orang dalam.”

“Dan semuanya mengarah pada satu nama,” Mo Yichen menimpali. “Menteri Gao.”

Wei Lian mengangguk pelan. “Dulu dia sahabat ayahku. Bahkan diam-diam ikut menyelamatkan kami dari penangkapan besar-besaran. Tapi kini… dia menghilang dari sidang, dan semua jalur distribusi kunci lewat tangannya.”

Mo Yichen bergumam, “Pengkhianat tak selalu datang dari lawan. Kadang, dari tangan yang pernah menggenggam tanganmu sendiri.”

Ketika mereka masih tenggelam dalam analisis… terdengar ketukan cepat di jendela belakang.

Zhao Jin langsung melompat, tangan sigap pada gagang pedang. Tapi suara dari luar menyelusup lembut:

“Ini aku… seorang sahabat lama.”

Wei Lian membuka jendela dan terperanjat.

Dayang Mingzhu mantan dayang tepercaya ibunda Wei Lian muncul dari balik semak, wajahnya pucat, pakaiannya compang-camping. Ia terengah dan menggenggam gulungan kecil.

“Kalian… harus pergi dari sini. Sekarang.” ujarnya penuh kecemasan

Yan’er langsung muncul dari samping. “Apa maksudmu?”

Mingzhu menyerahkan gulungan yang dibungkus kain minyak tipis. “Ini surat rencana penyerangan istana oleh pasukan bayangan milik Ren Yao. Akan dimulai dari dalam, oleh tangan-tangan tua yang masih punya jabatan. Dalam tiga hari… mereka akan meledakkan dapur istana dan gudang senjata, memancing kerusuhan… lalu menyalahkan orang Hanbei.”

Wei Lian membuka surat itu cepat. Tulisan khas Menteri Gao. Rinci dan dingin.

“Apa kau tahu ini dari mana?” tanya Mo Yichen tajam.

Mingzhu mengangguk. “Aku diselundupkan sebagai pembantu dapur, dan mendengar langsung mereka membicarakan rencana itu. Mereka pikir aku bisu.”

Air mata tipis mengalir di pipinya.

“Mereka akan menyalahkan kalian. Dan begitu rakyat percaya, perang saudara tidak bisa dihindari.”

Pagi harinya

Wei Lian dan Mo Yichen mengatur rencana gerak cepat. Zhao Jin dan Yan’er akan menyusup ke gudang senjata lebih dulu untuk memastikan kebenaran lokasi bahan peledak. Sementara Wei Lian dan Mo Yichen akan menghadiri undangan perjamuan istana, menyamar sebagai duta penengah untuk mengalihkan perhatian.

Ah Rui? Ia sibuk mempersiapkan jebakan minyak dan… jebakan terigu.

“Apa kau yakin ini perlu?” tanya Yan’er ragu.

Ah Rui menjawab penuh semangat, “Kalau perang pecah, kita harus punya senjata psikologis! Tidak ada yang tahan terkena tepung di wajah saat berkeringat!”

Zhao Jin bergumam lirih, “Aku lebih takut pada dia daripada musuh…” sembari menggidik ngeri melihat Ah Rui

Sore itu, Istana Luoyang

Wei Lian melangkah masuk ke aula samping tempat jamuan diadakan. Ia memakai gaun panjang Hanbei yang elegan tapi tidak mencolok, rambutnya disanggul rendah, hanya dihiasi sepasang giok kecil pemberian mendiang ibunya.

Mo Yichen berjalan di sampingnya, tetap menyamar sebagai penasihat dari utara.

Beberapa pejabat menatap mereka penuh curiga. Namun tak ada yang berani menyebut nama mereka secara langsung.

Permaisuri hadir, tapi tak banyak bicara.

Dan di balik aula… mata-mata mulai bergerak.

Sementara itu, di gudang senjata belakang istana

Zhao Jin dan Yan’er menemukan satu tong besar berisi bahan mesiu yang disembunyikan dalam karung beras. Di sekitarnya, cap palsu bertuliskan "Persediaan medis" digunakan untuk menyamarkan isinya.

“Tepat seperti dalam surat,” gumam Zhao Jin.

“Kalau ini meledak malam jamuan berlangsung… tak akan tersisa banyak,” ujar Yan’er dengan suara rendah.

Mereka bergerak cepat, meninggalkan penanda pada bahan berbahaya, dan kembali melalui lorong rahasia.

Kembali ke jamuan

Saat para pelayan mulai menyajikan makanan, Wei Lian melihat satu wajah asing di antara pelayan wajah yang pernah ia lihat sebagai informan tentara bayaran utara yang dibunuh saat perang perbatasan.

“Bukan pelayan…” gumamnya.

Mo Yichen membaca isyarat matanya. Mereka berdua bangkit nyaris bersamaan.

“Maafkan kami,” ujar Mo Yichen pada Permaisuri. “Kami harus meninggalkan jamuan.”

Mereka melangkah cepat keluar aula… dan beberapa detik kemudian—

Ledakan kecil mengguncang sayap dapur istana.

Tapi bukan dari bahan peledak musuh…

Melainkan dari jebakan terigu dan minyak goreng buatan Ah Rui.

Asap putih mengepul ke udara. Para pelayan berteriak. Wajah mereka dipenuhi tepung.

Ah Rui muncul dari balik tembok, berteriak, “PENYUSUP TERUNGKAP! RENCANA GAGAL! DAN… TEPUNG MENANG!”

Mo Yichen dan Wei Lian tiba di tempat tepat waktu. Beberapa penjaga mengepung pelayan asing yang kini tertangkap. Dari tubuhnya ditemukan surat kecil:

“Ledakkan dapur. Provokasi rakyat. Salahkan Hanbei. Jalankan sebelum tengah malam.”

Permaisuri berdiri di hadapan semua orang malam itu, menyaksikan bukti nyata.

“Kita… hampir dihancurkan oleh anak sendiri,” katanya pelan.

Wei Lian menunduk.

Mo Yichen hanya menatap langit.

Tapi semua tahu: musuh belum tertangkap.

Di pegunungan selatan

Ren Yao menerima kabar dari mata-matanya.

Ia membanting meja.

“Mereka bergerak lebih cepat dari dugaanku…”

Menteri Gao berdiri di belakangnya, diam.

Ren Yao mencengkeram pedangnya.

“Kalau begitu, kita tak bisa menunggu. Saatnya… menyerang langsung.”

bersambung

1
Osie
masih ada misteri lanjutan..kapan wei lian bisa hidup tenang n damai
Osie
eh kok ada Ah Rui? bukannya Ah Rui sdh meninggoi ya? apa aku yg gagal paham nih sama bab saat rombongan wei lian di sergap
Cindy
lanjut kak
Osie
waaaahh masih sangat banyak misteri
Osie
wei lian amazing
Kusii Yaati
bukannya Wei Ruo sudah meninggal waktu bertarung dengan Wei Lian ya 🤔...kok masih hidup???
Osie
moga tdk ada pertumbuhan darah lagi..dan moga wei lian nantinya dpt berkah baby twins
Kusii Yaati
gara gara ganti cover aq sampai bingung ini cerita yang mana 😂
Osie
tinggal menuju istana hanbei menghancurkan para pengkhianat
Osie
beraaaaattnya perjuangan wei lian cs
Osie
wei lian jgn ksh ampun tuh jenderal
Cindy
lanjut kak
Osie
wuuuaaaww
Cindy
lanjut kak
sahabat pena
putri seorang jenderal hebat memang cocok nya sama kaisar muda, kutub, setia dan bucin bukan sama putra mahkota 🤣🤣🤣
Cindy
lanjut kak
Osie
gagal fokus sama pet8 kedua..minyak menyala...kagak kebayang senjata pamungkas buatan ah rui
Cindy
lanjut kak
Kusii Yaati
kalau adiknya model Wei ruo walau ada kehidupan kedua pun ogah aq terikat persaudaraan dengannya, apalagi matinya karena ambisi yang belum terwujud, pasti tuh di kehidupan kedua pun ambisi gilanya masih ke bawa😒
Tiara Bella
akhirnya metong jg tuh si Wei Ruo....tinggal ngadepin putra mahkota aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!