NovelToon NovelToon
Dijual Untuk Hamil Anak Ceo

Dijual Untuk Hamil Anak Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:11.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mira j

Liana Antika , seorang gadis biasa, yang di jual ibu tiri nya . Ia harus bisa hamil dalam waktu satu bulan. Ia akhirnya menikah secara rahasia dengan Kenzo Wiratama—pewaris keluarga konglomerat yang dingin dan ambisius. Tujuannya satu, melahirkan seorang anak yang akan menjadi pewaris kekayaan Wiratama. agar Kenzo bisa memenuhi syarat warisan dari sang kakek. Di balik pernikahan kontrak itu, tersembunyi tekanan dari ibu tiri Liana, intrik keluarga besar Wiratama, dan rahasia masa lalu yang mengguncang.

Saat hubungan Liana dan Kenzo mulai meluruhkan tembok di antara mereka, waktu terus berjalan... Akankah Liana berhasil hamil dalam 30 hari? Ataukah justru cinta yang tumbuh di antara mereka menjadi taruhan terbesar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mira j, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 22

Malam masih pekat ketika suara isakan halus membangunkan Kenzo dari tidurnya. Awalnya ia hanya menggeliat kecil, tapi ketika suara itu semakin jelas—tangis lirih yang menyayat hati—Kenzo langsung duduk tegak. Matanya langsung tertuju pada Liana yang duduk membungkuk sambil menutupi wajah dengan kedua tangannya. Bahunya terguncang, dan tubuhnya terlihat gemetar dalam balutan selimut.

“Liana?” Kenzo segera memeluknya dari belakang. “Sayang, ada apa? Apa yang sakit, hemmm?” suaranya cemas dan panik, matanya menyapu wajah istrinya yang kini basah oleh air mata.

Liana perlahan menoleh, menatap Kenzo dengan mata sembab. “Ken... aku mimpi buruk... mimpi tentang ayahku...”

Kenzo membelai rambut Liana dengan lembut, berusaha menenangkannya. Tapi Liana masih tersedu, lalu memeluk Kenzo erat, seolah tak ingin lepas.

“Aku melihat ayahku, Ken... dia menangis... tubuhnya lemah... sendirian di dalam kamar... seperti sedang menunggu ku  yang tak kunjung datang...”

Kenzo memeluknya makin erat, hatinya ikut teriris mendengar kesedihan Liana. “Itu cuma mimpi, sayang. Ayahmu pasti baik-baik saja.”

“Tapi hatiku nggak tenang, Ken...” bisik Liana lirih, suaranya tercekat. “Aku sudah lama nggak ketemu ayahku... bahkan aku pergi tanpa pamit saat itu. Aku nggak tahu bagaimana kabarnya... apakah dia sehat... apakah dia tahu kalau aku baik-baik saja... Aku ingin menjenguknya, Ken. Aku ingin melihat keadaannya dengan mata kepalaku sendiri. Aku ingin merawatnya, kalau dia masih sakit... aku harus menebus semuanya...aku tak bisa meninggalkannya sendirian dengan ibu Sandra.”.

Kenzo menghela napas dalam, matanya menatap Liana penuh iba. Wajah cantik itu kini dipenuhi rasa bersalah dan rindu yang dalam.

“Liana…” Kenzo mengangkat wajah istrinya, menatap langsung ke matanya. “Kalau itu bisa membuat kamu tenang, kita akan cari tahu kabar ayahmu. Aku akan bantu kamu menjenguk beliau. Besok pagi, kita cari tahu semuanya.”

Liana menatap Kenzo, masih dengan mata berlinang. “Benarkah? Kamu mau temani aku?”

Kenzo mengangguk mantap. “Aku suamimu, Liana. Kita ini satu sekarang. Kalau kamu sedih, aku pun ikut sedih. Aku janji, kita akan cari ayahmu, dan pastikan beliau baik-baik saja. Aku akan melakukan apapun asal kamu bahagia di kehamilan mu Liana .”

Liana kembali memeluk Kenzo erat, kali ini dengan rasa hangat yang menyelimuti di balik kesedihannya. “Terima kasih, Ken... terima kasih...”

Kenzo membelai punggung Liana lembut, lalu membisik di telinganya, “Tidurlah lagi, sayang. Besok pagi, kita mulai hari yang baru—untuk ayahmu.”

Liana mengangguk pelan. Ia merebahkan tubuhnya kembali di samping Kenzo. Kali ini, meski matanya masih sembab, hatinya terasa sedikit lebih ringan. Di sisi pria yang kini begitu ia percaya, Liana tahu ia tidak sendiri lagi.

Setelah memastikan Liana kembali tertidur dengan tenang, Kenzo perlahan bangkit dari tempat tidur. Ia menarik selimut hingga menutupi tubuh istrinya dengan lembut, lalu mengecup kening Liana sebelum melangkah keluar kamar.

Langkahnya tegas namun pelan, agar tidak menimbulkan suara. Ia berjalan menuju ruang kerjanya yang berada di ujung lorong. Saat pintu tertutup rapat, Kenzo menarik napas dalam-dalam lalu mengambil ponselnya dari meja. Ia segera menghubungi asisten kepercayaannya, Jek.

Tak lama, suara pria dari seberang menjawab. “Ya, Tuan?”

“Jek, dengar baik-baik,” suara Kenzo rendah, namun tegas. “Besok pagi aku ingin ayah Liana dipindahkan dari rumahnya. Cari rumah yang lebih layak, yang tenang dan nyaman, jauh dari pengaruh orang-orang yang selama ini menyakitinya.”

“Baik, Tuan. Saya mengerti.”

“Dan satu lagi…” Kenzo melanjutkan, kali ini nadanya lebih dingin, “Pastikan istrinya—Sandra—tidak tahu di mana dia berada. Aku tidak ingin wanita itu menyentuh atau melihatnya lagi.”

“Siap, Tuan. Akan saya atur agar proses pemindahan dilakukan diam-diam. Saya juga akan mengirimkan perawat terbaik untuk mengurus beliau.”

Kenzo menyandarkan punggungnya di kursi kerja. Tatapannya menembus jendela ke arah gelapnya malam. “Jangan tunggu siang, Jek. Aku ingin semua beres sebelum matahari terbit. Ayah Liana harus sudah berada di tempat yang aman dan tenang. Dia sudah terlalu lama menderita.”

“Perintah diterima, Tuan. Saya akan laporkan segera setelah semuanya selesai.”

“Bagus.” Kenzo memutuskan sambungan. Ia menunduk sejenak, membenamkan wajahnya dalam kedua tangannya. Ada perasaan lega bercampur pilu. Betapa Liana telah mengalami begitu banyak luka, dan ini… ini adalah salah satu cara paling sederhana yang bisa ia lakukan sebagai penebusan.

Tak lama kemudian, ia kembali ke kamar. Wajah Liana masih tertidur damai, namun jejak air mata tadi masih terlihat samar. Kenzo mendekat dan duduk di sisi ranjang. Ia menggenggam tangan istrinya, menatapnya dalam diam.

“Besok kamu bisa lihat ayahmu, Liana,” bisiknya pelan. “Dia akan dirawat dengan layak… seperti yang seharusnya dari dulu.

Pagi itu, matahari masih enggan menyinari bumi ketika Kenzo sudah terlebih dulu terbangun. Ia tidak langsung beranjak dari tempat tidur. Justru ia memandangi wajah Liana yang tengah terlelap di sampingnya. Wajah itu begitu damai, seolah tak pernah menyimpan luka atau tangis di balik senyumnya yang lembut.

Kenzo menghela nafas panjang. Hatinya bergejolak—bukan karena marah atau kecewa, tapi karena bingung.

Cinta? Apakah ini cinta?

Ia bertanya dalam hati.

Dulu semua ini hanyalah rencana. Perjanjian. Ia bahkan tidak pernah berpikir akan sampai sejauh ini bersama Liana. Tapi kini, saat melihat perempuan itu tertidur dengan wajah polosnya, Kenzo tak bisa menahan rasa hangat yang mengalir dari dadanya.

“Apakah aku benar-benar mencintaimu?” bisiknya lirih.

Terlalu dini baginya untuk mengakuinya, tapi rasa nyaman, keterikatan, dan keinginan untuk melindungi Liana… itu semua bukan hal biasa. Apalagi kini, ia tahu ada darah dagingnya yang sedang tumbuh di dalam tubuh perempuan itu.

Kenzo menepis pikirannya dan menatap jam di dinding. Hari ini ia sudah mempersiapkan sesuatu—kejutan kecil untuk Liana. Ia ingin melihat wanita itu tersenyum pagi ini. Ia ingin menebus sedikit dari semua luka masa lalu Liana.

Dengan lembut, Kenzo membelai pipi Liana. “Liana, ayo bangun sayang,” ucapnya pelan, nyaris seperti bisikan.

Liana menggeliat kecil, kelopak matanya berkedip beberapa kali sebelum akhirnya terbuka perlahan. Pandangannya yang masih buram menatap Kenzo, dan senyum kecil langsung menghiasi wajahnya saat menyadari suaminya ada di sana.

“Hmmm… sudah pagi ya?” gumamnya pelan.

Kenzo tersenyum. “Pagi, sayang. Aku punya kejutan untukmu hari ini.”

Liana memiringkan tubuhnya, menatap Kenzo dengan rasa penasaran. “Kejutan? Apa itu, Ken?”

Kenzo menggeleng sambil mengacak rambutnya sendiri. “Kalau aku bilang sekarang, bukan kejutan dong,” jawabnya menggoda.

Liana tertawa kecil, dan Kenzo merasa sesuatu di dadanya meleleh. Tawa Liana… begitu murni, begitu menyenangkan. Ia tak yakin ini hanya sekadar nyaman.

Mungkin… mungkin saja cinta itu mulai tumbuh, perlahan namun pasti.

“Sekarang ayo mandi dan bersiap. Aku mau kamu lihat kejutan ini dengan senyum terbaikmu,” ujar Kenzo sambil mencubit lembut hidung Liana.

“Oke, Tuan Besar,” sahut Liana sambil terkikik.

Hari ini, dunia mereka terasa begitu hangat—seolah pagi itu, tak ada satupun rahasia kelam yang menyelimuti mereka.

 Dengan gerakan pelan, ia bangkit dari tempat tidur, lalu melangkah ke kamar mandi. Saat menyentuh perutnya yang masih datar, Liana menyadari sesuatu—hari ini, tidak ada rasa mual seperti biasanya. Tak ada dorongan ingin muntah, tak ada rasa pusing. Ia menatap bayangannya di cermin, sedikit bingung tapi juga lega.

Mungkin aku memang sudah lebih baik sekarang... gumamnya sambil mencoba tersenyum.

Ia menepis perasaan aneh yang sempat menyusup di hati, lalu mulai membersihkan diri dan bersiap untuk kontrol ke rumah sakit hari ini. Setelah mengenakan pakaian santai namun rapi—sebuah blus berwarna lembut dan celana kain longgar yang membuatnya tetap nyaman—ia keluar dari kamar mandi.

Kenzo, yang masih duduk di pinggir tempat tidur, menatap Liana dengan sorot mata tak biasa. Ada kekaguman dan sedikit rasa was-was.

"Liana... kamu mau ke mana berpakaian seperti itu?" tanyanya datar, tapi matanya berbicara lain.

Liana mengerutkan kening. "Memang kenapa, Ken? Ada yang salah dengan pakaianku?"

Kenzo bangkit dan mendekatinya. Ia menyentuh ujung rambut Liana yang masih basah, lalu tersenyum tipis.

"Kenapa kamu... secantik ini pagi-pagi begini, hmm?" bisiknya pelan. "Aku nggak suka kalau nanti semua mata tertuju ke kamu. Kamu cuma milikku, Liana."

Liana tertawa kecil, geli melihat tingkah Kenzo yang seolah berubah menjadi posesif dalam semalam. "Kamu kenapa sih? Tumben banget ngomong kayak gitu."

"Aku juga nggak tau," gumam Kenzo jujur. "Mungkin... aku cuma mulai merasa takut. Takut kehilangan."

Liana terdiam mendengar pengakuan itu. Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat. Ada perasaan hangat menjalar di dadanya. Kenzo, yang biasanya kaku dan sulit menunjukkan perasaan, kini mulai berubah. Ia tak lagi hanya suami di atas kertas. Ia menjadi seseorang yang mulai menunjukkan cintanya, bahkan jika ia sendiri belum sepenuhnya sadar.

"Kamu Memang akan  Kehilangan aku, Ken..." Liana berbisik. "tinggal tunggu waktu saja ."

Kenzo memeluk Liana, erat, hangat. Tanpa kata. Hanya ada detak jantung mereka yang saling menyatu.

Liana tersenyum manis, walau dalam hatinya masih terselip rasa penasaran.

“Kamu sudah siap dengan kejutan dari aku?” tanya Kenzo sambil mendekat, menyentuh pipi Liana dengan lembut.

“Aku siap, Ken. Aku selalu siap kalau itu datangnya dari kamu,” jawab Liana, sedikit berdebar. Ia memang merasa lebih sehat pagi ini, tidak seperti hari-hari sebelumnya yang selalu mual dan lemas.

“Bagus. Aku mandi dulu sebentar, setelah itu kita langsung berangkat. Siang ini kita ada janji di rumah sakit, dan aku juga ada meeting penting sore nanti. Jadi, sebelum itu, aku mau ajak kamu ke tempat yang... mungkin akan mengubah hidupmu.” Kenzo tersenyum kecil, tak sabar melihat reaksi Liana nanti.

Setelah Kenzo selesai bersiap, mereka pun turun ke halaman villa. Sebuah mobil mewah sudah terparkir rapi. Beberapa penjaga vila dengan sigap membukakan pintu dan pagar.

Kenzo menggandeng tangan Liana erat. Ia seperti tak ingin melepaskan.

Liana duduk di dalam mobil, memandangi jendela dengan perasaan yang campur aduk. Tak biasanya Kenzo seserius ini jika menyangkut ‘kejutan’.

“Ken, kamu yakin aku bisa menerima semua ini? Aku bukan siapa-siapa...” gumam Liana pelan.

Kenzo yang duduk di sampingnya hanya menoleh, menggenggam tangan Liana lalu mengecupnya hangat.

“Kamu adalah istri dan ibu dari anakku, Liana. Itu sudah cukup membuatmu jadi segalanya bagiku.”

Liana tak bisa membalas. Hatinya terasa hangat, ada sesuatu yang mengalir dalam dadanya, antara haru, bahagia, dan takut.

Mobil terus melaju membawa mereka menuju tempat yang akan mengubah kehidupan Liana selamanya.

1
Blu Lovfres
Next episode
Blu Lovfres
Next thor
Blu Lovfres
berati kenzo. ceo. ben**ng dn bodoh
masah ga tau dn ga curiga dgn istrinya, keluar masuk luar negri, dgn bebas🤣😅🤭😁😂
Blu Lovfres
nara,orang baik thor jangan seret dia,ke jalan rinto yg jahat
Blu Lovfres
novel yg sangat bagus
Blu Lovfres
,good novel 👍❤️❤️❤️
Adinda
semoga liana lebih pintar menyembunyikan anaknya dan lari menyelamatkan anaknya
partini
cantik tapi murahan macam pelacur cihhhh ,,dia tau Kenzo tuh bego makanya dia PD bangtt
partini
helelh paling kamu mau pakai jurus obat perangsang kaya yg lainnya
kalau yg lain beruntung sih so lihat apakah kamu akan sama yg lain Vika
Adinda
ternyata istri tercintamu hanya mengincar harta mu kenzo
watashi tantides
Nyesel ya pak gara gara nikah lagi😔 Kasian nasib Liana anak kandungnu pak😭
watashi tantides
Sakit banget💔😭 Liana 🫂
watashi tantides
Semoga Kenzo jatuh cinta ke Liana🥰 maaf Claudia istri sah itu semua karna kamu yang mepersatukan Kenzo dan Liana dan yang terlalu tega ke mereka😔
watashi tantides
Sakit banget💔😭
watashi tantides
Please ini mengandung bawang😭
watashi tantides
Mulai tumbuh benih sayang Kenzo ke Liana🥹🤍
Mira j: trimakasih KK dah singgah 🙏🏻💞
total 1 replies
watashi tantides
Liana😭❤️‍🩹
watashi tantides
Liana😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!