Menjadi istri pengganti calon suami kakaknya yang meninggal dalam kecelakaan karena dirinya. Alena harus merasakan siksaan dari suaminya sebagai bentuk balas dendam.
Namun, apakah yang terjadi jika akhirnya kebenaran terungkap mengenai kecelakaan itu?
Season 2
Alea Prasetya adalah anak pertama dari Shaka dan Alena. Namun kepribadiannya yang introvert membuatnya dijauhi teman dan membuat orang tuanya menjodohkannya dengan anak rekan bisnis mereka. Bagaimana kisahnya?
COVER BY NOVELTOON
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenita wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenyataan
Jderrrrrrr.....Serasa disambar petir saat Rika mendengar pernyataan kakek. Shaka langsung terdiam. Dia mulai mencerna semua ini.
"Apa istri pertama? Bagaimana mungkin Ayah? Akulah istri pertamanya." ucap Rika.
"Rika, kau dan Hamid sudah putus waktu itu karena kau lebih memilih pria lain dan kau meninggalkan Hamid dengan luka yang mendalam. Setelah sekian lama, akhirnya Hamid bisa membuka hatinya dan menjalin cinta dengan Felly lalu menikah dengannya. Namun kecelakaan membuatmu kehilangan ingatan dan kau hanya mengingat masa lalumu. Yang kau ingat adalah rasa cinta dan statusmu yang menjadi kekasih Hamid." ucap kakek.
"Apa?" Rika menggelengkan kepalanya.
"Dokter mengatakan bahwa ingatanmu tidak akan kembali selamanya. Dan pada saat itu kau meminta Hamid menikahimu karena yang kau ingat dia adalah kekasihmu. Bahkan kau mengancam akan bunuh diri jika Hamid tidak menikahimu dan menuduh Hamid telah berselingkuh." tutur kakek.
Rika menutup mulut dengan kedua tangannya. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Sedangkan Felly hanya bisa diam dan menangis melihat Rika terluka seperti itu.
"Awalnya Hamid menolak, namun Felly tetap memaksa Hamid menaikahimu karena dia tidak mau kau sampai mengakhiri hidupmu. Akhirnya Hamid menikahimu dan status Hamid yang sudah berisitri telah kami sembunyikan. Hamid menjalani pernikahan denganmu tanpa cinta. Hingga akhirnya kau mengetahui perihal Felly dan Fredi. Hamid menceraikanmu karena dia tidak mau melihatmu lebih terluka lagi."
Rika menutup wajahnya dan terus menangis. Alen mengusap pundak ibu mertuanya. Kini semua sudah jelas. Akhirnya terungkap sudah siapa Felly dan Fredi sebenarnya. Dan yang sebenarnya salah adalah dirinya. Dia yang sudah merusak kebahagiaan Felly dan Hamid selama ini.
"Dan penyakit Hamid bukanlah salah Felly. Dia mengurus Hamid dengan baik. Setelah kematian Hamid, kami didatangi pihak rumah sakit dan mereka memberitahukan bahwa yang diderita Hamid adalah penyakit kanker sama sepertiku." ucap kakek.
Rika semakin terluka mendengar semua itu. Ternyata selama ini dialah penjahatnya. Dia sudah menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka dan malah menuduh Felly sebagai pelakor. Padahal nyatanya, dialah pelakor sesungguhnya.
Rika menatap Felly. Dia memegang tangan Felly. "Felly, maafkan aku. Selama ini aku sudah menjadi orang jahat dihidupmu. Maafkan aku." ucap Rika sambil terus menangis.
"Tidak apa-apa Mbak. Aku sudah memaafkan semuanya." ucap Felly.
Mereka berdua pun saling memeluk dan menangis. Kakek bahagia melihatnya. "Shaka, Fredi, kakek sudah membagi warisan untuk kalian secara adil. Kakek minta janganlah mempermasalahkan harta dan hiduplah dengan rukun." ucap kakek.
Shaka dan Fredi sama-sama mengangguk. "Alena, cucuku jangan menangis lagi Nak. Selama ini kau sudah membuat kakekmu ini bahagia. Kakek minta, gantunglah hasil lukisanmu di ruang utama rumah itu untuk menjadi kenang-kenangan kalian. Dan satu hal lagi, percayalah bahwa cinta dapat mengalahkan ego." ucap Kakek.
Alena mengangguk dan tersenyum. Dia memegang tangan kakek dengan lembut. Dr. Dani sampai terharu melihat mereka.
Namun tiba-tiba kakek kesulitan bernafas. Tubuhnya mengejang. Mereka langsung panik. Dr. Dani menghampiri dan memeriksa kakek. Dia menatap mereka dengan raut sedih sambil menggelengkan kepalanya.
Semua terkejut dan mulai menangis. Rika dan Felly saling merangkul dan terus menangis. Alena duduk dan mulai membisikkan. "La ilaha illallah." Suaranya bergetar dan air matanya terus mengalir. Dia berusaha tetap kuat agar bisa membimbing kakek melafazkannya.
Kakek mulai mengucapkannya secara terbata-bata. Dia menggunakan kekuatan terakhirnya untuk melafazkannya. "La...i...la...ha...i....llal....lah." Akhirnya kakek menghembuskan nafas terakhirnya dan menutup mata untuk selamanya.
Semua langsung menangis, terlebih lagi Felly dan Rika. Mereka tampak histeris. Mereka memeluk tubuh kakek yang sudah terbujur kaku. Alena terdiam. Dia masih belum percaya bahwa orang yang baru dilukisnya siang ini sudah meninggalkannya untuk selamanya.
Shaka menangis sekuat-kuatnya. Tangisannya begitu memilukan karena dia tidak pernah menangis seperti itu. Dia memeluk tubuh kaku kakek. Dia tidak pernah merasakan luka yang teramat dalam seperti ini. Dia beralih ke dinding ruangan itu dan memukul-mukulanya sebagai tanda kehancuran hatinya.
Alena berdiri dan menyentuh bahunya. "Kuatkan dirimu. Jangan terlalu meratapi agar kakek bisa pergi dengan tenang." ucap Alena.
Shaka mengentikan pukulannya. Dia berbalik dan menghadap Alena. Dia menatap mata Alena yang sangat sembab karena sejak dari rumah dia tak henti-hentinya menangis. Dia tau Alena terluka, namun Alena berusaha tegar demi kakek. Shaka yang tidak bisa menahan kesedihannya langsung memeluk Alena.
Alena yang memaklumi kondisi Shaka saat ini membiarkan Shaka memeluknya. Dia tau betapa sedihnya hati Shaka ditinggal oleh orang yang dia sayangi.
Setelah semua agak tenang, mereka pun membawa jenazah kakek ke rumah duka yaitu rumah kakek. Disana para kerabat sudah berdatangan. Mereka begitu menghormati kakek sehingga waktu yang sudah larut tidak menghalangi mereka datang dan mengucapkan bela sungkawa.
Ayah dan ibu tiri Alena juga datang malam itu. Alena langsung menhambur memeluk ayahnya sambil menangis. Sarah, ibu tirinya melihat sinis ke arahnya. Saat Alfian, ayah Alena menemui besannya, Sarah mendekati Alena dan membisikkan kalimat mengejutkan. "Sudah ku bilang kan bahwa kau itu pembawa sial. Setelah Ibumu dan Nadia, kini Tuan Arjuna yang tertimpa kesialanmu. Mereka harus kehilangan nyawa karena hidup bersamamu. Cih dasar pembawa sial. Setelah ini siapa yang akan meninggal karenamu? Shaka? Atau ibunya? Kasihan sekali mereka. Kenapa tidak kau saja yang mati agar tidak ada korban yang berjatuhan karena kesialan yang ada pada dirimu." ucap Sarah sambil melangkahkan kakinya menyusul suaminya yang sedang menemui ibu mertua Alena.
Alena terdiam setelah mendengar kalimat yang cukup menyakitkan dari ibu tirinya. "Benarkah aku pembawa sial? Aku sudah membuat semua yang berada didekatku meninggal?" Alena kembali menangis.
Tiba-tiba ada yang berdiri di belakangnya. Alena menoleh. Ternyata dia adalah Shaka yang sejak tadi mendengar apa yang ibu tiri Alena ucapkan. "Tidak ada yang namanya pembawa sial. Kau bukanlah pembawa sial. Hidup dan mati ada ditangan Tuhan, bukan ditangan manusia." ucap Shaka.
Alena mengangguk. Dia menghapus air matanya lalu duduk disamping jenazah kakek dan mulai membaca lantunan ayat suci untuk kakek. Shaka menyusulnya dan duduk memandangi jenazah kakek sambil sesekali menitihkan air mata.
Disisi lain, Seorang wanita tengah melayani seorang pria disebuah kamar hotel. Dia menangis menahan sakit karena pria itu bermain dengan kasar. Setelah puas, pria itu mencampakkan sejumlah uang diwajah wanita itu dan pergi. Setelah wanita itu memakai kembali pakaiannya, dia melangkah keluar. Namun didepan pintu sudah ada seorang pria yang sedang menunggunya. Pria itu merampas uang itu dan mencium kening wanita itu. Dia merangkul wanita itu dan membawanya pergi untuk melayani pria hidung belang ditempat lain.