Olivia adalah seorang Desainer terkenal di abad ke-21, saat acara penghargaan dirinya dia tidak sengaja mengalami insiden kecelakaan di tempat acara sampai akhirnya dirinya meninggal dunia. Namun, bukannya dia pergi ke alam baka arwahnya justru terlempar ke zaman di era 80-an, memasuki tubuh istri seorang tentara yang Antagonis. Di komplek militer dia sering membuat onar sampai membuat banyak orang yang tidak menyukai dirinya. Lantas bagaimana jika Olivia masuk kedalam tubuh wanita tersebut, apakah Olivia akan bertahan? atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rs_31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sesakit itu mencintaimu Jendral?
Kabar tentang hilangnya Jendral Rakha langsung menyebar di area komplek militer terutama tempat Putri Ayu. Semua warga begitu sangat prihatin kepada Putri Ayu, meskipun dulu dia sering membuat onar tapi sekarang dia sudah berubah menjadi lebih baik bahkan sekarang banyak orang yang mengaguminya.
Sedangkan Putri Ayu setelah mendengar kabar berita hilangnya Jendral Rakha dia berubah menjadi wanita yang pendiam tidak banyak bicara jika pun dia berbicara itu hanya seperlunya saja. Tidak ada senyum manis yang selalu dia tampilkan di depan semua orang, sekarang dia bagaikan mayat hidup yang berjalan tanpa jiwa.
"Yu, Mbak turut prihatin ya kamu harus kuat sayang, mbak yakin pasti Jendral Rakha segera di temukan," kata Bu Anggun kepada Putri Ayu.
Putri Ayu hanya menganggukan kepalanya dengan pelan tanpa terlalu menanggapi ucapan Bu Anggun itu, bahkan setiap orang yang membahas tentang Jendral Rakha dia tampak biasa saja tidak seantusias dulu. Bu Anggun yang memang dekat dengan Putri Ayu merasa ada yang tidak beres dengan Putri Ayu yang sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri.
"Yu sebenarnya kamu kenapa? kenapa akhir-akhir ini kamu terlihat berbeda dari biasanya?" tanya Bu Anggun dengan perlahan supaya tidak menyingung Putri Ayu.
Putri Ayu menatap Bu Anggun sambil tersenyum miris. Lalu dia menatap lurus kedepan dengan pandangan kosong. Saat ini mereka sedang duduk di kursi kayu di depan rumah Putri Ayu. Mereka sedang menikmati senja sore hari dengan pemandangan wilayah perbatasan yang masih alami dan juga banyak pohon dedaunan yang membuat Putri Ayu merasa tenang meskipun hanya bersikap sementara.
" Aku tidak kenapa-napa kok Mbak," jawab Putri Ayu dengan singkat.
"Yu, jujur saja dengan Mbak, Mbak tahu kamu saat ini sedang tidak baik-baik saja," gumam Bu Anggun sembari menggenggam tangan Putri Ayu dengan erat seolah memberikan kekuatan kepadanya dan mamastikan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
" Mbak Aku punya rumah yang berdiri kokoh, beratap teduh dan berdinding kuat. Rumah itu dibangun dengan penuh tanggung jawab agar pondasi tetap berdiri.
Namun, di rumahku tak ada lilin yang menyala, musik yang diputar bahkan tak ada suara hangat yang menyapa.
Aku aman dari hujan, terlindungi dari terpaan angin dan panasnya matahari. Tapi, hatiku beku dalam kesunyian," kata Putri Ayu dengan suara yang sedikit bergetar.
Meskipun Putri Ayu tidak berani menatap wajah Bu Anggun tadi dia tahu kalau Putri Ayu saat ini sedang tidak baik-baik saja. Perlahan bahu Putri Ayu mulai bergetar mencoba menahan air mata yang siap jatuh kapan saja. Rasanya kenyataan ini begitu sangat menyakitkan untuknya, perasaan sakit dan sesak itu mulai menggerogoti hati sampai kedalam jiwa, bahkan Putri Ayu sampai lupa kapan dia bisa tertawa dan tersenyum lepas seperti dulu.
"Jika semenyakitkan ini hidup di dunia ini, aku lebih baik memilih mati dari pada terlahir kembali," gumam Putri Ayu dalam hati.
Bu Anggun langsung saja memeluk tubuh Putri Ayu dengan erat. Meskipun dia bingung dengan setiap kata yang Putri Ayu ucapan tapi dia yakin semua itu bersangkutan dengan Jendral Rakha.
"Ayu, meskipun Mbak tidak tahu apa masalah antara kamu dengan Jendral Rakha tapi Mbak yakin kamu pasti kuat bisa melewati semua cobaan ini. Entah kesalahan apa yang Jendral Rakha perbuat sampai kamu menjadi seperti ini," kata Bu Anggun dengan nada suara yang pelan.
Putri Ayu membalas pelukan Mbak Anggun dengan tidak kalah kuat, tangisannya pecah dalam dekapan Anggun. Putri Ayu saat ini bener-bener membutuhkan sadaran untuk didengarkan bukan untuk dipertanyakan.
"Sesakit itu menyayangimu Jendral. Aku sudah mencoba untuk mundur, tapi hatiku masih memberimu kesempatan."
Jiwa Putri Ayu terguncang saat mendengar kabar tentang hilangnya Jendral Rakha. Tapi hatinya lebih hancur saat mendengar bahwa alasan Jendral Rakha hilang karena seorang wanita pujaan hatinya.
Putri Ayu meringis memegangi perutnya yang saat ini sudah membesar bahkan beberapa lagi Putri Ayu sudah siap untuk melahirkan. Dia memeluk tubuh Anggun dengan tubuhnya yang mulai bergetar tak karuan karena menahan rasa sakit yang dia tahan.
"Ayu kamu kenapa? " tanya Anggun dengan panik.
"Mbak, sakit," jawab Putri Ayu dengan suara yang sedikit lemah.
Anggun melototkan matanya dia menatap ke arah bawah celana Putri Ayu tapi, tidak ada tanda-tanda Putri Ayu akan segera melahirkan. Anggun begitu sangat panik saat melihat Putri Ayu yang mengalami Kontraksi.
"Paman, Bibi, Aku sudah kontraksi," teriak Bu Anggun dengan santai keras suaranya terdengar sampai ke ujung komplek itu. Bahkan Beni dan Vano yang bertugas menjaga Putri langsung saja berlari menghampiri Anggun dan Putri Ayu yang terus saja merintih kesakitan.
"Aww kak sakit," rengek Putri Ayu sembari memegangi perutnya dengan kuat.
Vano dan Beni melototkan matanya mereka tidak percaya bahwa Putri Ayu akan melahirkan secepat itu.
"Mas, sekarang kamu siapkan mobil untuk mengantarkan Ayu kerumah sakit kota," kata Anggun kepada suaminya.
"Baik aku pergi sekarang untuk menyiapkan mobilnya."
"Dan kamu Beni, Bani Mbak mengangkat Ayu ke dalam mobil nanti, kita harus bawa Ayu secepat mungkin ke rumah sakit Mbak takut dia kenapa-napa." Anggun begitu sangat panik saat melihat Putri Ayu seperti itu apalagi saat ini Putri Ayu sedang tidak baik-baik saja, Anggun hanya takut kalau Putri Ayu itu menyerah dan putus asa.
"Siap Mbak,"
Dari dalam rumah Mama dan Papa Jendral Rakha keluar berjalan dengan sedikit berlari ke arah Anggun dan menantunya.
"Apa yang terjadi, Ayu kamu baik-baik saja sekarang sayang?" tanya mama mertuanya dengan sangat khawatir.
Putri Ayu mengelengkan kepalanya dengan kuat." Sakit Ma, rasanya Ayu sudah tidak kuat Ma," teriak Putri Ayu.
Beni yang berdiri di samping Putri Ayu menjadi sasaran, tangan Putri Ayu yang sudah mulai mencubit pinggangnya dengan sangat kuat membuat Beni hampir saja berteriak kesakitan.
"Astaga Jendral cepatlah kamu kembali, lihatlah istrimu begitu sangat ganas sekali, " kata Beni dalam hati sembari memejamkan matanya mencoba menahan rasa sakit yang Ayu saluran kepadanya.
"Ayo, kita berangkat sekarang," ucap Vano saat dia sudah berada di samping kemudi mobil dinas milik markas itu.
Tanpa menunggu lama, Beni langsung saja mengangkat tubuh Putri Ayu dengan hati-hati membawanya masuk kedalam mobil bersama dengan Mama mertuanya dan juga Anggun.
"Jendral apa yang sedang kamu pikirkan sebenarnya, kenapa kamu tega kepada istrimu sendiri," pikir Vano.
Vano tidak habis pikir dengan jalan pikiran atasannya itu, bagaimana bisa dia tega memperlakukan istrinya seperti ini. Semua orang tahu kalau jendral Rakha hilang bersama dengan Dokter Novi, tapi kenyataannya justru tidak sesederhana itu. Jendral Rakha tidak pernah hilang bahkan dia sudah kembali bertugas. Tapi kenapa dia tidak pernah kembali bahkan meninggalkan istrinya dalam keadaan hamil seperti ini.
"Jendral menikah itu nasib,mencintai itu takdir... Kamu bisa berencana menikah dengan siapa. Tapi,kamu tidak bisa merencanakan cintamu untuk siapa.Jika pernikahan kalian hanyalah kesalahan lantas kenapa kamu masih mempertahankan pernikahan ini?"
k