NovelToon NovelToon
Sistem Mafia: Misi Menjadi Orang Baik

Sistem Mafia: Misi Menjadi Orang Baik

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Sistem
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: dina Auliya

Bima Satriya mati konyol, tapi terbangun di tubuh Dante Romano, bos mafia paling kejam di Sisilia. Saat semua orang menunggu perintah pembantaian darinya, sebuah suara asing bergema:
“Misi pertamamu: Jadilah orang baik, atau mati selamanya.”
Bisakah jiwa polos Bima mengubah dunia penuh darah menjadi jalan penebusan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bayangan Balas Dendam

Malam yang Sunyi, Luka yang Tersisa

Dermaga Romano malam itu dipenuhi puing-puing, bau asap, dan air asin bercampur darah. Anak buah keluarga berusaha membersihkan reruntuhan. Ada yang menyingkirkan kontainer gosong, ada yang merawat luka rekan mereka dengan peralatan seadanya.

Di tengah hiruk pikuk itu, Dante berjalan perlahan, tubuhnya masih penuh perban. Setiap langkah seperti mengingatkan betapa dekatnya ia dengan kematian beberapa jam lalu. Namun, semua sorot mata tertuju padanya—sorot hormat, kagum, bahkan takjub.

“Boss Dante… selamat malam ini.”

“Kami berhutang nyawa padamu, Boss.”

Dante hanya mengangguk. Dalam hati ia menahan gejolak aneh: rasa bersalah.

Kalau aku tidak reinkarnasi ke tubuh Dante Romano… mungkin semua ini sudah berakhir. Tapi apa benar aku hanya jadi penyelamat, atau aku malah memperpanjang lingkaran darah ini?

Sistem, seolah membaca pikirannya, berbunyi lembut.

> [Catatan: Poin Kebaikan +2000 diterima]

[Peringatan: Langkah-langkah kebaikanmu mengundang kebencian lawan. Hati-hati.]

Dante menarik napas panjang. “Aku tahu… balasan Vittorio pasti lebih kejam setelah ini.”

---

Rapat Keluarga Romano

Keesokan paginya, ruang rapat besar keluarga Romano dipenuhi para kapten dan penasihat senior. Giovanni duduk di kursi sebelah kanan, Marco di kiri, sementara Dante—untuk pertama kalinya—menduduki kursi pusat, kursi kepala keluarga.

Beberapa wajah tampak heran. Ada yang berbisik-bisik. Dulu, kursi itu hanya boleh diduduki oleh ayahnya, Lorenzo Romano. Tapi kini, Dante duduk di sana, meski dengan tubuh penuh perban.

Giovanni berdiri, menyela bisik-bisik.

“Semalam, kalau bukan karena Dante, kita semua sudah jadi abu. Aku sendiri saksi mata bagaimana kapal bom itu berbelok detik terakhir. Jadi kalau ada yang meragukan kepemimpinannya, lebih baik keluar dari ruangan ini.”

Suasana hening. Tak seorang pun berani berdiri.

Dante menyandarkan tubuh, menatap semua orang. “Aku tidak peduli siapa yang meragukanku. Yang aku pedulikan hanya satu: keluarga Romano tetap berdiri. Tapi jangan salah paham… aku bukan Lorenzo. Aku punya cara sendiri. Dan siapa pun yang tidak sanggup ikut caraku, bebas pergi.”

Seorang kapten tua dengan rambut perak mengangkat tangan. “Boss Dante, caramu mungkin berhasil semalam. Tapi jangan lupa, Vittorio masih memiliki tiga kali lipat pasukan kita. Mereka tidak akan tinggal diam.”

Dante mengangguk. “Benar. Justru itu aku kumpulkan kalian di sini. Kita tidak akan hanya bertahan. Kita akan menyerang.”

Ruang rapat riuh. Beberapa terkejut, sebagian setuju, sebagian ragu.

Giovanni menepuk meja. “Boss, apakah ini waktunya? Luka-luka kita belum sembuh—”

Dante memotong dingin. “Justru karena luka belum sembuh, kita harus menyerang. Kalau kita diam, Vittorio akan menyerang ketika kita rapuh. Lebih baik kita yang menentukan waktu.”

---

Perayaan di Balik Luka

Malam itu, keluarga Romano mengadakan perjamuan kecil. Bukan sekadar pesta, tapi tanda bahwa mereka masih hidup. Musik jazz berdentum, gelas-gelas sampanye terangkat, dan tawa—meski hambar—mewarnai ruang perjamuan.

Marco mendekati Dante dengan wajah sumringah. “Boss, kau lihat sendiri kan? Semua mulai percaya padamu. Bahkan kapten tua itu tak lagi berani meremehkanmu.”

Dante hanya tersenyum tipis. “Itu bagus. Tapi aku tak bisa lengah.”

Saat itu, seorang pelayan membawa botol anggur baru ke meja Dante. Anehnya, pelayan itu tidak dikenali oleh Marco maupun Giovanni.

Insting Dante berteriak. Ia meraih pistol di pinggang, menodongkan ke kepala pelayan itu.

“Siapa kau?”

Pelayan itu gemetar, lalu mendesis, “Pesan dari Vittorio…”

Seketika tubuhnya meledak. Bukan tubuh manusia, tapi rompi bom yang tersembunyi di balik seragam. Dentuman keras mengguncang ruang perjamuan. Meja-meja terbalik, kaca pecah, dan jeritan terdengar.

Untung Dante sempat menendang kursi, berlindung bersama Marco dan Giovanni.

“Serangan! Semua siaga!” teriak Giovanni.

---

Bayangan Vittorio

Malam itu keluarga Romano baru sadar: Vittorio tidak akan menyerang dengan pasukan besar lebih dulu. Ia memilih taktik licik—serangan bunuh diri, penyusupan, racun, bahkan propaganda.

Dalam waktu beberapa hari, empat gudang Romano terbakar, dua informan tewas, dan satu anak buah setia diculik.

Dante duduk di ruang kerjanya, wajahnya muram. Sistem terus memberi notifikasi.

> [Keluarga Romano Kehilangan 15% Aset]

[Moral Pasukan: Turun]

Marco masuk dengan wajah kusut. “Boss, kita tidak bisa bertahan lama dengan cara ini. Mereka menghantam sisi lemah kita, bukan perang terbuka.”

Dante menutup matanya sejenak. “Itu berarti… Vittorio takut. Kalau dia benar-benar yakin kuat, dia akan langsung menyerang. Taktik licik artinya dia tidak mau ambil risiko. Kita bisa manfaatkan itu.”

Giovanni menghela napas, menyalakan rokok. “Dan kau punya rencana apa kali ini, Boss?”

Dante membuka matanya, tajam. “Kita akan memancing Vittorio keluar. Dengan umpannya sendiri.”

---

Umpan Berdarah

Dante memerintahkan anak buahnya menyebarkan kabar palsu: bahwa keluarga Romano akan mengirimkan konvoi uang hasil bisnis gelap melalui jalur darat. Jumlahnya dikabarkan mencapai puluhan juta dolar.

Giovanni sempat menolak. “Itu gila. Kalau Vittorio menyerang sungguhan dan kita gagal mempertahankan, kita benar-benar bangkrut.”

Dante menatapnya dingin. “Giovanni, kita tidak punya pilihan. Kalau terus bertahan, aset kita habis satu per satu. Lebih baik kita bertaruh besar sekali.”

Konvoi itu bergerak malam hari, truk-truk penuh peti besi melaju di jalanan kota. Seperti yang sudah diduga, pasukan Vittorio menyerang di tengah perjalanan.

Namun, ketika mereka membuka peti besi, isinya bukan uang… melainkan gas beracun yang membuat mereka lemas.

Di saat yang sama, Dante dan pasukan intinya muncul dari balik gedung-gedung tua, menyergap mereka.

“Selamat datang di perangku,” ujar Dante dingin sebelum memimpin serangan.

---

Pertempuran Jalanan

Suara tembakan memenuhi udara. Jalan kota berubah menjadi medan perang. Truk terbakar, peluru memantul di dinding beton, dan teriakan memenuhi malam.

Dante bergerak seperti bayangan. Dengan skill Mata Elang dan Komando, ia mengatur pergerakan pasukannya dengan presisi.

“Marco, tutup jalur kanan!”

“Giovanni, bawa timmu ke atap!”

Dalam waktu singkat, pasukan Vittorio terjepit. Banyak yang menyerah, tapi ada pula yang mati melawan.

Namun, tepat ketika Dante hampir merayakan kemenangan kecil itu, suara ledakan besar terdengar. Dari salah satu gedung, muncul truk lapis baja penuh bahan peledak, meluncur ke arah konvoi.

“Boss! Itu bom!” teriak Marco.

Dante berlari sekuat tenaga, melompat ke truk itu, menembak mati sopirnya, lalu dengan sisa tenaga menarik rem darurat. Truk berhenti hanya beberapa meter dari pasukannya.

Ledakan besar tetap terjadi, tapi Dante sempat melompat keluar sebelum api melahap kendaraan itu.

Tubuhnya terlempar keras ke jalan, perih menusuk seluruh tubuh.

---

Setelah Pertempuran

Api masih berkobar, asap menutupi langit kota. Pasukan Romano akhirnya menang, tapi dengan harga mahal. Puluhan anak buah tewas, puluhan lainnya luka parah.

Dante duduk di aspal, nafasnya terengah. Giovanni mendekat, wajahnya penuh darah dan debu.

“Kau gila, Boss… tapi aku rasa hanya kau yang bisa lakukan itu.”

Dante tersenyum lemah. “Kalau bukan aku, siapa lagi?”

Sistem berbunyi.

> [Tantangan Sampingan Berhasil: Menggagalkan Serangan Konvoi]

[Hadiah: Skill Baru – Insting Tempur Lv.1]

[Level Naik: 13 → 14]

Di balik asap, Dante menatap langit malam. Ia tahu satu hal: perang ini baru permulaan. Vittorio tidak akan berhenti sebelum keluarga Romano benar-benar hancur.

Dan ia pun bertekad… tak akan berhenti sebelum Vittorio jatuh ke neraka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!