“Anak? Aku tak pernah berharap memiliki seorang anak denganmu!”
Dunia seolah berhenti kala kalimat tajam itu keluar dari mulut suaminya.
.
.
Demi melunasi hutang ayahnya, Kayuna terpaksa menikah dengan Niko — CEO kejam nan tempramental. Ia kerap menerima hinaan dan siksaan fisik dari suaminya.
Setelah kehilangan bayinya dan mengetahui Niko bermain belakang dengan wanita lain. Tak hanya depresi, hidup Kayuna pun hancur sepenuhnya.
Namun, di titik terendahnya, muncul Shadow Cure — geng misterius yang membantunya bangkit. Dari gadis lemah, Kayuna berubah menjadi sosok yang siap membalas dendam terhadap orang-orang yang menghancurkannya.
Akankah Kayuna mampu menuntaskan dendamnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SooYuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34
Adrian semakin menunduk. Sorot matanya terpusat pada bibir ranum Kayuna yang merona.
Kemudian …
Cup!
Pria lajang itu menjatuhkan kecupan pada lengkung mulut wanita pujaannya.
Kayuna membeku, tangannya saling meremas erat. Sementara dadanya makin bergemuruh tak karuan. Pipinya memerah, matanya terpejam sesaat kala Adrian melumat lembut bibirnya.
Tiba-tiba Kayuna tersentak, kedua matanya terbuka perlahan. Adrian langsung menghentikan kecupannya, lalu menarik tubuhnya sedikit ke belakang.
Kayuna menelan ludah, lalu mengangkat wajahnya, ia mendadak cegukan. Kedua tangannya menutup rapat mulutnya. Tapi, sentakan napasnya tetap tak berhenti.
“Adrian ….”
Laki-laki itu menatapnya penuh minat yang dalam. Kayuna tercekat, tanpa kata, ia bergegas berdiri dan berlari ke kamar.
Brak!
Suara pintu kamar yang tertutup keras, membuat Adrian tersentak, wajahnya masih datar tanpa ekspresi, tapi sorot matanya jelas linglung. Tangannya memijat tengkuk dengan kuat, tak percaya atas apa yang baru saja ia lakukan.
“Apa yang kulakukan barusan?” gumamnya sambil menyentuh lembut bibirnya.
Tubuhnya lunglai bersandar di sofa. Sudut bibirnya bergetar menahan segaris senyuman nakal, sambil memeluk bantal ia bergumam pelan.
“Aku … mencium Kayuna?”
Sementara di dalam kamar, Kayuna masih berdiri di balik pintu. Bibirnya masih ternganga seolah tak percaya, jantungnya masih berpacu tak henti-henti. Matanya terus mengerjap, berusaha menelan ludah yang terasa menggumpal di tenggorokan.
“Adrian … menciumku? Kami berciuman?”
Wanita yang kini sudah berstatus janda itu pun langsung menjatuhkan diri di atas ranjang. Kedua kakinya menghentak-hentak kasur, tubuhnya berguling-guling, hingga selimut tebal membungkus penuh dirinya.
“Aaaaaaa!!!” teriaknya nyaris tenggelam di atas bantal.
***
Di ruangan yang tak sembarang orang dapat menjamahnya itu. Niko tampak duduk di kursi kerjanya, kemudian seorang wanita muda merebahkan bokongnya di atas meja — mengangka*ng di depan Niko.
Rok mininya menyingkap, hingga memperlihatkan segitiga biru yang menutupi hutan lebatnya.
“Pak Niko … sukanya gaya apa?” bisik si wanita, suaranya mendayu-dayu manja.
Tangannya terus bergerak nakal, menyentuh lembut dada — terus turun hingga mendarat ke sebuah benda menonjol yang terus berkedut di bawah sana.
“Ahhhh!!” Niko memejamkan mata sambil terus mendesah pelan.
“Terus, Ris … enak,” gumamnya terus menikmati sentuhan intim dari sekretaris pribadinya.
Riska, gadis yang menggantikan posisi Airin sebagai sekretaris Niko sekaligus menjadi pelampiasan kepuasan hasratnya.
Setelah Airin hamil, lalu perutnya semakin membuncit, Niko merasa sudah tak sudi lagi menyentuhnya. Hingga membuatnya mengembara mencari kepuasan di luar rumah.
“Pak … mmhhhh ….”
Keduanya terus melanjutkan aksi gilanya di ruangan itu, desahan hingga jeritan kecil menggema di sana. Tanpa sadar, sebuah lampu merah kecil berkedip di sudut tersembunyi — merekam setiap detail pergerakan mereka.
.
.
.
“Kenapa finansial perusahaan bisa sampai bocor?!” bentak Niko, melengking di telinga para karyawannya.
Di ruang meeting yang tak cukup luas itu. Semua karyawan tampak menegang, merasa sesak dan ketakutan.
Niko berkacak pinggang, pupilnya mengecil, aliran darahnya terasa mendidih. “Periksa semua cctv, lacak dan temukan pelaku yang menyebarkan rahasia perusahaan ke publik!”
“Baik, Pak.” Kevin menunduk, pria yang nyaris sempurna itu selalu tahu apa yang seharusnya ia lakukan. Tanpa tuannya memberi detail perintah.
“Sial! Selalu saja ada masalah yang datang!” dengus Niko kesal.
Penyusup mulai merangkak ke MH Group. Keamanan yang dikenal ketat bahkan Niko menyewa internal security dari sebuah perusahaan yang cukup kompeten. Tetapi, kecerdikan si pelaku layak diacungi jempol.
Gedung yang baru saja mereda setelah kasus si CEO yang bejat. Kini kembali riuh dan memanas, semakin kacau dari sebelumnya. Tak hanya finansial, sebagian rahasia proyek pun ikut terpublish ke media.
Membuat sebagian investor murka dan banyak protes, bahkan ada yang mengancam akan menarik kembali dana yang sudah tersalurkan.
Niko meraup kasar wajahnya, tangannya mengacak-acak rambut — frustasi menghadapi apa yang terjadi.
“Sial! Ayahku pasti akan murka setelah ini,” gerutunya, ia panik akan kemurkaan sang ayah.
Belum juga Niko kembali duduk, pintu ruangan terbuka kasar.
Brak!
“Bajingan!”
Plak!
Plak!
Plak!
Rentetan tamparan mendarat di wajah Niko.
“Akhhh!” Niko meringis perih.
Erick menatap sinis, bibirnya mengatup rapat, giginya bergemeretak. “Kau kubiarkan menduduki kursi CEO bukan untuk mengacaukan perusahaan, Brengsek!”
“Niko sedang berusaha menanganinya, Ayah,” sahut Niko sedikit gemetar.
“Apa yang sudah kau tangani?!” sungut sang ayah. “Kalau bukan Kevin yang membereskan semua kekacauan, kau takkan bisa bertahan di takhta tinggi itu, Niko. Dasar anak nggak tau diuntung!”
“Bisanya cuma ngancurin citra perusahaan, kau sudah mencoreng nama baik keluarga. Dengan skandal bejatmu, kasus kekerasan, juga kasus di masa lalu. Kau selalu menyusahkan Ayahmu!”
“Cukup! Ayah,” desis Niko. Kini ia mengangkat wajah dengan tatapan dingin. “Bukan hanya aku yang bejat di masa lalu. Ayah … juga turun tangan dan menutupinya, Ayah juga terlibat dalam kasus keji itu!”
Erick naik pitam — mengurut dadanya yang terasa nyeri, kemudian tertawa sinis. “Dasar berandal tak tahu terima kasih! Setelah menghancurkan Ayahmu, kau juga akan menyeret Ayahmu ke dasar jurang yang sama denganmu? Hah?!”
“Kenapa tidak? Aku adalah anakmu, bukankah biasanya orang tua akan melakukan apa saja demi menyelamatkan anaknya? Ayah … pasti takkan membiarkanku sendiri terperosok ke dalam jurang, ‘kan?” sindir Niko.
“Seperti yang dahulu Ayah lakukan, merahasiakan fakta tentang ayah Kayuna.”
“Kau …,” geram Erick. “Dasar pecundang!”
Brak!
*
*
Bersambung.