NovelToon NovelToon
Rush Wedding

Rush Wedding

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Anak Yatim Piatu / Pernikahan Kilat / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Dijodohkan Orang Tua / Slice of Life
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author:

Sebuah kecelakaan beruntun merenggut nyawa Erna dan membuat Dimas terbaring lemah di ruang ICU. Di detik-detik terakhir hidupnya, Dimas hanya sempat berpesan: "Tolong jaga putri saya..." Reza Naradipta, yang dihantui rasa bersalah karena terlibat dalam tragedi itu, bertekad menebus dosanya dengan cara yang tak terduga-menjodohkan Tessa, putri semata wayang Dimas, dengan putra sulungnya, Rajata. Namun Rajata menolak. Hatinya sudah dimiliki Liora, perempuan yang ia cintai sepenuh jiwa. Tapi ketika penyakit jantung Reza kambuh akibat penolakannya, Rajata tak punya pilihan selain menyerah pada perjodohan itu. Tessa pun terperangkap dalam pernikahan yang tak pernah ia inginkan. Ia hanya ingin hidup tenang, tanpa harus menjadi beban orang lain. Namun takdir justru menjerat mereka dalam ikatan yang penuh luka. Bisakah Tesha bertahan di antara dinginnya penolakan? Dan mungkinkah kebencian perlahan berubah menjadi cinta?

Hareudang

"Put, beliin Ibu hayam dua kilo di pasar, ya. Biar sekalian dianterkeun ku Ayah," teriak Rifa dari arah dapur.

Putri menghampiri ibunya sambil mengikat rambut.

"Beli di Kang Jono itu, Bu?" tanyanya memastikan.

Rifa mengangguk, tangannya merogoh saku celana sambil berkata, "Heeh, di Kang Jono. Nih duitnya, sekalian cek cabai kalau ada yang seger, satu kiloan juga. Tawar heula, ulah langsung dibayar."

Putri menerima uang itu dan tersenyum kecil. "Muhun, Bu."

"Geura gancang, atuh. Ayah geus nunggu di motor," sahut Rifa lagi sambil kembali ke tumpukan sayur di meja dapur.

Putri berbalik, meneguk sisa teh di gelasnya, lalu berjalan cepat ke teras. Dari kejauhan terdengar suara motor bapaknya yang sudah meraung-raung pelan, siap mengantar ke pasar.

Motor bebek tua itu melaju pelan di jalanan Desa Cibeureum, yang masih basah sisa hujan semalam. Herman fokus ke jalan, sementara Putri duduk di boncengan sambil memeluk tas belanjaan.

Sesekali mereka berpapasan dengan warga. Ada yang sedang menyapu halaman, ada pula yang tengah mengangkut tumpukan daun singkong. Sapaan-sapaan singkat terdengar:

"Pagi, Putri..."

"Hati-hati di jalan ya, Neng..."

Tapi tak banyak yang menyapa Herman. Beberapa hanya sekadar melirik atau mengangguk kaku. Herman tak menggubris, tetap diam menatap lurus ke depan.

Motor itu akhirnya masuk ke area pasar Desa Cibuntu, satu-satunya pasar yang paling lengkap di sekitaran kecamatan. Wajar kalau pagi itu begitu ramai. Suara pedagang bersahut-sahutan, bau ayam hidup, rempah, dan gorengan berbaur jadi satu.

Putri turun duluan, menepuk pelan punggung ayahnya.

"Ayah nunggu di sini aja ya, aku cari ayam dulu."

Herman hanya mengangguk, memilih berdiri di dekat tukang parkir sambil mengamati orang-orang lewat.

Sementara itu, Putri mulai menyusuri deretan penjual ayam. Matanya meneliti satu per satu gerobak, kwtika matanya mengakap sosok kang jono langganan ibunya, senyumnya merekah, kakinya bergerak menuju gerobak itu. Saat hendak sampai ke gerobak itu, tanpa sengaja pandangannya bertemu dengan sosok yang familiar di seberang lapak.

Dia—Tessa.

Tessa?" teriak Putri kaget.

Teriakan itu sontak membuat beberapa orang menoleh, termasuk Herman. Ia langsung bergegas menghampiri sang putri.

"Loh, Putri?"

"Lo ngapain Bandung?" tanya Putri cepat, masih terkejut.

"Eh... gue.. gue lagi ada acara keluarga." jawab Tessa gugup, matanya celingukan ke arah tempat Sindy berada.

Belum sempat Putri menanggapi, Herman sudah ikut bertanya.

"Aya naon, Put? Kunaon tereak?" tanya Herman sambil menghampiri dengan dahi mengernyit.

"Eh, Yah... teu nanaon," sahut Putri cepat, lalu kembali ke bahasa Indonesia sambil tersenyum, "Ini aku ketemu temen kuliahku Kenalin, Pak, namanya... Tessa."

Putri kemudian menoleh ke arah Tessa.

"Tess, ini ayahku."

Tessa tersenyum sopan, lalu mengulurkan tangan.

Herman menyambut uluran tangan Tessa dengan ramah. Namun saat telapak tangan mereka bersentuhan, sesuatu terasa aneh. Senyum Tessa... sorot matanya... terlihat familiar. Tapi siapa?

Tanpa sadar, Herman memandangi wajah Tessa lebih lama dari seharusnya. Tatapannya dalam, seolah berusaha menggali ingatan yang terkubur. Bahkan tangannya belum juga melepaskan genggaman itu.

"Ayah, udah atuh... lepasin tangannya Tessa," celetuk Putri, setengah malu.

Lamunan Herman seketika buyar. Ia cepat-cepat menarik tangannya dan tersenyum canggung.

“Maaf ya, Neng... barusan tuh kayak deja vu. Wajah kamu mirip pisan sama seseorang...”

Tessa ikut tersenyum, meski dalam hatinya sedikit penasaran.

"Iya nggak apa-apa, Pak. Mungkin... pernah ketemu di tempat lain?" sahutnya sopan.

Herman mengangguk pelan, masih ada kerutan di dahinya.

"Iya mungkin."

Putri mulai merasa ada yang aneh. Tatapan ayahnya terlalu lama tertuju pada Tessa. Wajahnya datar, tapi sorot matanya menyimpan sesuatu—entah curiga, terkejut, atau...

Putri mendesah pelan. Rasa nggak nyaman menjalar di dada.

"Tess, duluan ya. Gue disuruh buru-buru nih beli ayam," katanya cepat, berusaha terdengar santai meski nada bicaranya agak tegang.

Tessa menoleh hendak menjawab, tapi belum sempat bibirnya terbuka, suara lain datang dari arah belakang.

"Eh iya, tante gue juga udah selesai tuh," sahut Tessa sambil melihat Sindy yang berjalan menuju dirinya.

"Duluan yaa!" tambahnya sambil melambaikan tangan.

Putri hanya tersenyum kaku. Sementara itu, Herman masih berdiri mematung, menatap punggung Tessa yang makin menjauh. Bahkan ketika Tessa sudah menghilang di antara kerumunan, pandangan itu belum juga lepas.

Ayah kenapa sih mandangin Tessa segitunya? Ayah naksir, ya?" Sahut Putri sambil menyikut lengan ayahnya pelan.

"Euleuh, sembarangan kamu, Put..." Herman menghela napas. "Dibilangin bukan gitu maksudnya. Wajah si temen kamu itu... kayak pernah ayah kenal. Tapi teu apal di mana."

Putri menaikkan alis. "Hah? Nggak mungkin lah, Yah. Tessa tuh asli Jakarta, bukan orang sini."

"Jakarta?" Herman menoleh cepat, ekspresinya agak kaget.

Putri mengangguk. "Iya, setahu aku sih begitu. Emang kenapa?"

Herman menggeleng pelan, tapi pandangannya masih menerawang.

"Nggak, cuma... mirip pisan sama seseorang"

Putri menatap Herman heran, tapi nggak bertanya lebih jauh.

"Udahlah, atuh. Ayo beli ayam dulu. Ntar si ibuk ngomel lagi kalo kelamaan," ucap Herman sambil mulai berjalan.

Putri tergelak. "Nuhun, akhirnya inget juga belanjaannya!"

**

Di tempat lain, Rajata baru saja membuka matanya. Cahaya matahari menyelinap masuk dari celah tirai kamar. Namun, yang pertama ia sadari justru tidak adanya Tessa di sisinya.

“Kemana dia?” Gumamnya lirih

Ia bangkit perlahan, duduk sejenak di pinggir ranjang. Matanya menatap sekeliling kamar yang terasa asing tapi nyaman. Kamar tamu di rumah keluarga besar Naradipta.

Dengan langkah pelan, Rajata keluar dari kamar dan mulai menyusuri rumah, mencari keberadaan istrinya. Namun tak ada tanda-tanda Tessa di ruang tamu, dapur, atau teras.

Rumah itu terasa sangat ramai. Beberapa sanak saudara tampak lalu-lalang, sibuk mempersiapkan acara untuk siang nanti—acara selamatan ulang tahun Eyang Lastri.

Tiba-tiba, terdengar suara riang dari balik tangga.

"Weh, Bang Rajata udah bangun!" seru Lintang, anak dari Bima Naradipta—adik kandung ayah Rajata.

Rajata mengangguk kecil. "Lo liat Tessa nggak?" tanyanya to the point.

Lintang berpikir sejenak, lalu menjawab santai, "Oh, Kakak Ipar? Kayaknya tadi ikut Tante Sindy ke pasar deh."

Rajata hanya mengangguk, meski dalam hatinya tetap ada sedikit kegelisahan, apalah Tessa aman diluar sana. Ia juga belum terbiasa dengan suasana keluarga besar seperti ini.

Keluarga Eyang Lastri memang bukan keluarga kecil. Perempuan tua itu diberkahi dengan empat orang anak—tiga laki-laki dan satu perempuan—yang kini telah tumbuh menjadi orang yang sukses dalam hidup masing-masing. Meski sudah menua, Eyang Lastri tetap menjadi poros tempat semuanya berpulang. Rumah besarnya tak pernah benar-benar sepi, apalagi menjelang acara keluarga seperti hari ini.

Anak sulungnya, Teguh Naradipta, dikenal sebagai sosok paling disiplin di antara saudara-saudaranya. Bersama istrinya, Sindy, mereka membangun keluarga yang terlihat sempurna dari luar. Dua anak mereka menjadi kebanggaan: Gema, anak laki-laki yang pendiam tapi cerdas, dan Gendis, si bungsu yang manja namun penuh pesona.

Anak kedua adalah Reza Naradipta, ayah dari Rajata. Reza lebih pendiam, jarang muncul dalam acara keluarga besar. Hanya Reza lebih memilih hidup jauh dari keramaian keluarga—alasan yang sampai sekarang belum pernah benar-benar dijelaskan.

Lalu ada Bima Naradipta, si anak ketiga. Bersama istrinya Windy, mereka justru paling aktif dalam urusan keluarga besar. Bima dikenal ramah dan santai, kebalikan dari Teguh. Anak-anak mereka, Liliana dan Lintang, tumbuh akrab dengan sepupu-sepupu mereka. Lintang, yang baru saja menyapa Rajata tadi, selalu jadi sumber informasi tercepat di rumah ini.

Dan yang terakhir, Betari Naradipta, satu-satunya anak perempuan Eyang Lastri. Hidupnya tidak semulus yang lain. Setelah pernikahannya kandas, ia memilih membesarkan anak semata wayangnya sendirian. Jennifer Caroline, atau yang akrab disapa Jenny, tumbuh jadi gadis yang kuat dan mandiri—mewarisi banyak sifat ibunya. Usianya seumuran dengan Lintang, dan mereka kerap terlihat bersama.

Meski tak selalu kompak, keluarga Naradipta tetap berdiri dalam satu lingkar yang utuh. Banyak cerita, banyak luka, banyak rahasia, namun semuanya kembali ke tempat ini: rumah besar yang dibangun oleh Eyang Lastri dan suami nya Tjokro Adi subagyo, tempat segala pertemuan dan perpisahan dimulai.

Tak lama, suara mesin mobil terdengar dari halaman depan. Rajata yang sedang berada di ruang tengah langsung bangkit berdiri. Spontan, langkahnya dipercepat menuju pintu.

Begitu pintu mobil terbuka, benar saja—orang yang sejak tadi ia cari akhirnya muncul. Tessa turun dari kursi penumpang sambil membawa beberapa kantong belanjaan. Di sampingnya, Sindy juga ikut turun sambil menenteng tas belanja pasar.

Tanpa basa-basi, Rajata segera menghampiri.

“Kenapa lo nggak bilang kalau mau keluar?” tanyanya cepat sambil meraih kantong belanjaan dari tangan Tessa.

Sindy hanya tersenyum kecil sambil menggeleng pelan. “Tante yang ajak dadakan tadi. Jangan dimarahin dong,” katanya ringan, lalu buru-buru berlalu ke dalam rumah—memberi ruang untuk dua ‘pasutri baru’ itu.

Rajata masih mendengus, menatap Tessa kesal. “Tapi tetep aja, minimal lo bilang. Biar gue nggak nyariin lo.”

Tessa menatapnya, memiringkan kepala dengan mata menyipit curiga, seperti sedang menggoda sambil membaca ekspresi Rajata.

“Siapa suruh lo tidur?”

“Lagian, ngapain juga sih lo nyariin gue?”

Rajata sempat terdiam. Ada rasa gugup yang tak bisa ia sembunyikan.

“Gue… gue nyariin lo karena mau minta bikinin kopi!” jawabnya cepat, nyaris terdengar seperti alasan yang dibuat-buat. Matanya tak berani menatap langsung, justru melirik ke arah lain—ke mana pun asal bukan ke mata Tessa.

“Lagian kan… lo istri gue,” tambahnya akhirnya, suaranya lebih pelan. “Wajar dong, kalau gue nyariin lo.”

Kini giliran Tessa yang terdiam. Tidak ada senyum menggoda, tidak ada sindiran balik. Mereka hanya saling menatap, dalam dan diam. Seolah dalam pandangan itu, ada banyak hal yang tidak sempat mereka ucapkan. Ada perasaan yang masih mengambang, belum sepenuhnya mereka akui.

Namun momen itu buyar oleh suara nyaring dari dalam rumah.

“Hei… kalau mau pacaran, belanjaannya bawa masuk dulu dong!” seru Tante Sindy dari arah dapur sambil tertawa kecil.

Rajata langsung berpaling, memecah tatapan mereka. Ia berdehem pelan, lalu meraih tas belanjaan dan melangkah masuk.

Tessa menyusul dari belakang, masih dengan senyum tipis di sudut bibirnya—senyum yang hanya muncul saat bersama Rajata.

Namun di balik momen manis itu, ada sepasang mata yang menatap tak suka.

Dia—Jenny.

Sejak kecil, Jenny menyimpan rasa untuk Rajata. Perasaan yang tumbuh diam-diam, berawal dari perhatian kecil yang dulu kerap Rajata berikan. Saat mereka masih kecil, Rajata sering mengajaknya membeli es krim, menyeka noda cokelat di sudut bibirnya dengan ujung tisu.

"Kamu mau es krim?"

"Kalau makan jangan belepotan dong, nanti cantiknya hilang."

Hal-hal kecil itu—yang bagi Rajata mungkin hanya candaan polos—tumbuh menjadi benih harapan dalam hati Jenny. Ia percaya, suatu saat, Rajata akan memilihnya.

Namun waktu berjalan. Rajata pindah ke Jakarta. Dan perlahan, semua jadi asing.

Setiap kali ada acara keluarga, sikap Rajata tak lagi hangat seperti dulu. Bahkan pesan-pesan yang Jenny kirim—balasan story, ucapan ulang tahun, atau sekadar "lagi di mana?"—lebih sering diabaikan ketimbang dijawab. Kalaupun dibalas, dingin dan seadanya.

Lalu sekarang... Rajata datang, membawa perempuan asing. Bukan sekadar pacar, tapi istri.

Kata itu menghantam Jenny seperti pisau tajam yang menusuk relung hatinya. Istri.

Jenny menyipitkan mata, memandangi Tessa dari balik jendela dapur. Celana baju tidur kotak-kotak, kaos oversize putih yang digulung di lengan, dan sandal hitam bulu. Rambutnya pun hanya dikuncir asal, beberapa helai jatuh menutupi wajah.

‘Dan itu yang dia pilih?’ batin Jenny mencibir, sudut bibirnya terangkat sinis.

Perempuan tanpa usaha sedikit pun untuk tampil layak… bahkan di rumah keluarga Naradipta.

Ia mendengus kesal, tangannya kini terlipat di dada.

“Bang Rajata… hanya boleh jadi milik gue!”

Kira kira outfit Tessa gini yang bikin Jenny Hareudang 🔥🔥🔥🔥

Ada yang panas, tapi bukan matahari. Hareudang, hareudang, Bun… 🔥

Ujian rumah tangga makin ramai aja, ya.

Kalian penasaran nggak sih… sebenernya Pak Herman dan Tessa itu ada hubungan apa? Tatapannya tadi kok beda? 🤔

Coba tebak di kolom komentar!"**

1
IG : @dadan_kusuma89
sepatu kamu tampokin aja ke muka dia Tessa ! 😁
IG : @dadan_kusuma89: 😄😄😄, takutnya malah sepatunya yg rusak ya ?
Muffin: Jangan dong sayang sepatu ya hah
total 2 replies
Opi Sofiyanti
kak ini Sunda nya Sunda mna??? asa rancu ngadangu na.... 😂😂😂😂
Muffin: kwkkw mohon dimaklumi karena bukan orng sudna asli 🙏🏼
total 1 replies
Opi Sofiyanti
nyesek bgt y Tess......... hrs nya... hrs nya ini mah y, rajata g udh nolong2 lg s ulet ke2t.. mo apapun alesan nya, biar g di salah arti kan...
Opi Sofiyanti
se mini itu kah Tessa???? 😂😂😂
Muffin: Tingginya 165cm kak kwkw
total 1 replies
sjulerjn29
thor namanya sama🤭😂
jangan2...
Muffin: Aduh mana sama bar bar nya haha jangan jangan iyaaa lagi🤣
sjulerjn29: jangan jangan raisa cerita ku temenan sama tessa🤭
total 3 replies
⭐⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ 𝙿𝚊𝚝𝚛𝚒𝚌𝚔_
So switt
Rezqhi Amalia
smngt thor
SHanum
ya begitulah rasanya tidur di sofa selamat, skrg tau kan rasanya
SHanum
/Sob//Sob//Sob/
SHanum
bu Renata punya anak gadis juga loh, coba bayangan klu anak ibu yg digituin
SHanum: nnti bilangin ke bu Renata ya
Muffin: Iya yaaa nggak mikir kesana mungkin dia kak kwkw
total 2 replies
SHanum
Ya Allah jangan sampai aku dipertemukan calon mertua seperti bu Renata /Sob/
SHanum: Aamiin..
/Facepalm//Facepalm/
Muffin: Semoga yaaa kak. Semoga dipertemukan dengan mertua yang baik. Btw ini renata blm apa apa loh hehe
total 2 replies
SHanum
seperti ini yang dinamakan sahabat sllu ada baik suka maupun duka
SHanum
mulai nih breaking news/Facepalm/
Ningsih,💐♥️
baru awal jadi menantu, sudah dimusuhi mertua....
kasihan, malang benar nasibmu Tessa
Muffin: Ada rajata nnti yang jadi pahlawan kesianhannya kak hehe
total 1 replies
Opi Sofiyanti
kadang orng tuh hrs di gtu in dl y, br keluar tanggung jwb nya...
Muffin: Bener sih. Emng harus dikasih paham dulu br ngerti
total 1 replies
Opi Sofiyanti
🥰🥰🥰🥰
Dewi Ink
kasian Tessa, punya mertua kayak Renata
Muffin: Justru yang diindosiar itunudh dibuat soft banget kak. Realitanya lebih parah. Pantengin aja terus Renata nnti aku kasih paham mertua kalo di real life gimana aslinya kekw
Dewi Ink: seperti kisah indosiar/Grin/
total 3 replies
Lonafx
nahh gini kan keren si Rajata 😎 Semoga bisa selalu jadi pelindung Tessa dari mertua yg terdeteksi 'bukan mertua idaman'/Facepalm/
Lonafx: kalau nakal, getok aja palanya Thor 😅
Muffin: Semoga rajata baik terus yaa😌😌
total 2 replies
Ella
Mertua modelan bgni cocok suntik rabies klau bukan krna ulah suamimu, tesa tdk akan jdi anak yatim piatu.dasar nene garong🤣
Muffin: Nah bener, agak gatau diri emng hehe
total 1 replies
Alsyafara Khalisa
baru di awal bab udah di buat mewek aja.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!