NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Gadis Bercadar Gamon

Mengejar Cinta Gadis Bercadar Gamon

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Duda / CEO / Cinta Paksa / Beda Usia
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Cengzz

KISAH PERJUANGAN SEORANG LAKI-LAKI MENGEJAR CINTA GADIS BERCADAR YANG BELUM MOVEON SAMA PRIA MASA LALUNYA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cengzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21

"Lucky lepasin.... Keluarin saya.... Tolong Jangan ngekang-ngekang saya terus dong...." Bentak Bella, duduk gelisah dikursi penumpang sebelah lucky yang masih fokus mengemudi.

"Nanti saya keluarin didalem!" Ucap lucky cepat, sedetik kemudian ia membekap mulutnya, menyadari kekeliruan ucapannya yang terdengar ambigu.

"Hah?" Bella mengerjab-ngerjabkan matanya polos.

"Maksud saya keluarin kamu dari dalam mobil, bel." Buru-buru lucky meralat. "Kamu jangan mikir jorok dulu. Gak boleh mesum! Kamu pasti mikir kesana ya? Ckckck"

"Astaghfirullah. Siapa yang mikir jorok sih! Kamu ini sok tau banget jadi orang." Bella menarik napas, mencoba menetralkan detak jantungnya.

"Nggak usah pura-pura polos, bel. Kamu sudah dewasa, bukan bocah. Hal-hal seperti itu kamu pasti ngerti..... Tidak usah munafik lah." Kata lucky menekankan.

Bella tak merespon. Matanya menatap lurus kedepan. Bukannya ia tak tahu maksud lucky. Tentu saja Bella lebih paham dari itu, karena ia mempelajarinya semasa dipondok lewat kitab dan mendengar kata-kata itu dari orang-orang sekitar yang Menyelipkan makna-makna dalam bahasa gaul seolah Gurauan.

Tapi Bukan berarti Bella menikmati. Bukan berarti ia menyukai pembahasan tentang itu. Ia tak suka dengan orang-orang yang berkata seperti itu, terlebih sampai melontarkan kata-kata 'tidak usah munafik lah'

Kalimat itu terasa menusuk, seperti menuduh dirinya mempunyai dua wajah. Padahal selama ini, Bella menjaga dirinya habis-habisan. Tetapi, perkataan lucky barusan terkesan merendahkan dirinya, seolah menggangap bahwa ia sama saja dengan wanita diluar sana, tak punya harga diri.

Rahang Bella mengeras, tangannya terkepal erat dipangkuan.

"Saya nggak munafik, Lucky," ucapnya pelan tapi tajam.

"Saya cuma berusaha jaga diri. Jangan samakan saya dengan wanita lain hanya karena kamu nggak bisa jaga omongan." Dada Bella bergemuruh. Sorot matanya menajam. "Saya memang tahu tentang itu. Tapi saya tidak suka pembahasan vulgar tersebut. Dengan kamu membahas hal sedemikian, kamu sama saja tidak menghargai saya sebagai perempuan. Ibaratnya kamu melecehkan saya secara verbal. Walaupun kamu tidak berniat seperti itu." Ucap Bella dingin namun terkesan marah.

Lucky terdiam membisu, mencengkram setir mobilnya, ludahnya sulit ditelan. Aura kemarahan Bella membuatnya  merinding.

Suasana di dalam mobil hening. Bella membuang mukanya kesamping. Matanya dipejamkan, menahan gejolak amarah.

Lucky menoleh sekilas dengan raut wajah bersalah. "Bella, maafkan saya. Say-"

"Tidak sengaja? Gitu? Kamu pikir saya nggak tersinggung sama kata-kata kamu yang terkesan merendahkan saya?" Potong Bella cepat. "Lucky. Cobalah berpikir dulu sebelum ngomong. Jangan ngomong dulu baru berpikir. Kamu ini sudah berumur loh! Masa itu saja tidak mengerti. Kamu diajarin sopan nggak sih? Punya otak nggak? Kalau punya cobalah pakai. Jangan bego-bego amat jadi orang."

Kata-kata Bella bagai hantaman keras mengguncang batin lucky. Dadanya nyeri. Ia tak sanggup menatap Bella. Sorot matanya meredup.

"Kamu mau minta maaf lagi? Minta maaf terus? Kamu kira saya bakalan memaafkan kesalahan kamu yang bejat itu?"

"Saya tahu saya salah, bel." Suara lucky lirih. "Tapi saya juga manusia, bel. Nggak ada manusia yang luput dari kesalahan. Saya tahu itu, dan saya nggak membenarkan kalimat itu. Saya sadar bel. Saya juga lagi berusaha untuk belajar dari kesalahan..... Tapi tolong. jangan nilai saya dari kesalahan saya terus. Ajarilah saya, tegur dengan lembut. Siapa tau saya bisa luluh dan berubah menjadi lebih baik kalau kamu sabar dan memberi kehangatan pada saya."

Bella menoleh sejenak. Ia menatap lucky dengan sorot mata sinis. "Mengajari? Tegur dengan lembut? Bisa luluh? Itu hanya akal-akalan kamu saja lucky. Emangnya saya gak tau kalau kamu lagi modus!"

Lucky tercengang seketika. Rasa sedih yang tadi menggelanyut didadanya, langsung lenyap kala mendengar tuduhan tak masuk akal darinya.

"Nggak boleh suudzon, Bella." Tegur lucky lembut.

"Bukan suudzon. Tapi kenyataannya gitu. Kamu memang sering modus. Saya sudah hapal sekali sama kelakuan kamu, lucky. Jangan kamu kira saya ini orang yang gampang dibodohi." Bella melipat tangannya, tak menoleh.

"Siapa yang ngira kamu bodoh, Bella. Kamu ini berprasangka buruk melulu ke saya."

"Diamlah, lucky. Saya muak sama kamu."

"Manggilnya kok lucky? Saya lebih tua 10 tahun dengan kamu loh. Harusnya kamu panggil saya bang kek, mas, AA atau apa gitu."

"Saya nggak nyaman. Kamu bukan siapa-siapa saya! Manggil nama lebih pantas." Ujar Bella dingin.

"Suka-suka kamu sajalah! Saya capek ngeladenin wanita sensitif seperti kamu!" Ketus lucky kesal sendiri.

"HM!"

Disela menyetir, lucky tampak berpikir, mencari-cari topik kembali. "Biasanya kalau orang yang gampang sensitifan tuh..... Lagi lapar ya?"

Bella tak menjawab, malas menanggapi.

Lucky menggulum senyum. Meski Bella tak menjawab, ia menduga kalau gadis disampingnya ini sedang dilanda kelaparan. Makanya sejak tadi marah-marah melulu, sensitif tak karuan.

Seperti wanita datang bulan. Pikir lucky.

Mobil lucky terparkir disebuah restoran. Lucky turun dan membukakan pintu mobilnya untuk Bella bak pangeran.

Diperlakukan semanis ini, Bella tak merasa ada getaran, tak ada degup jantung, apalagi baper. Ia turun begitu saja tanpa mengucap terima kasih.

Lucky mengganga lebar. Ia tak menyangka sikap manisnya dibalas dengan dingin, datar? Bahkan ditinggalin sendirian.

"Kamu nggak baper sama saya?" Tanya lucky mensejajarkan langkahnya dengan Bella.

Bella menoleh sebentar, alisnya terangkat. "Buat apa?"

"Baper kok buat apa?" Tanya lucky menahan denyutan dalam hati.

Setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya seperti pisau tajem, langsung menggores ke relung hati.

Bella tak merespon ia mempercepat langkahnya.

Lucky mendesah pelan, mengejarnya lagi. "Bel!"

Bella bergumam sengit.

Lucky menelan ludahnya, namun harus memberanikan diri untuk bertanya. "Setiap deket-deket saya, kamu ngerasa ada getaran nggak? Atau detak jantung yang berdebar kayak lampu petasan disco?" Ia menghela nafas pelan, setengah menyesal melontarkan pertanyaan itu.

Bella tak langsung menjawab. Ia melirik arlojinya. "Yang getar cuman ponsel, sama alarm dari jam tangan."

Lucky terbungkam seribu Bahasa. Sejak awal ia sudah tau kalau Bella tak akan baper. Namun terus berharap hal yang sia-sia.

'siapa ya masa lalu dia? Sehebat apa sih? Perasaan susah banget naklukin cewek gamon satu ini. Gak semudah naklukin cewek-cewek gamon yang lain.' batin lucky heran setengah mati dengan perempuan ini.

Lucky masuk kedalam restoran, memesan ruangan private. Kedekatan duanya tak luput dari perhatian para pengunjung. Diam-diam ponsel menyala, merekam momen ini tanpa izin.

Lucky duduk dihadapan Bella yang tengah membaca buku dengan tenang, seolah mengabaikan kehadirannya disini. Belum sempat lucky berkata. Pintu ruangan terbuka, seorang pelayan datang dengan langkah sopan, membawa nampan berisi makanan dan minuman yang dipesankan.

"Ini Pesanannya, tuan, nyonya." Ucapnya ramah sambil meletakkan hidangan makanan, disusul minuman.

Lucky mengganguk kecil, Bella mengucap terima kasih dengan sopan. Pelayan itu pamit dan pergi keluar ruangan, menyisakan keheningan didalam ruangan.

"Kamu nggak makan?" Tanya lucky menyeruput minuman. Ia memerhatikan Bella yang tengah menengadahkan kedua tangannya rapat dengan mata terpejam.

Bella tak berkata apa-apa. Ia menyingkap cadarnya sedikit, menyesap minumannya karena sejak tadi tenggorokannya terasa kering, terlebih marah-marah terus, membuat rasa kering itu makin menjalar.

"Oh, kamu habis doa ya?" Tanya lucky baru paham.

Bella mengganguk kecil, gadis itu menyantap makanannya dengan tenang, tanpa banyak bicara.

Lucky berusaha fokus makan, sesekali matanya melirik, memperhatikan cara Bella makan. Setiap kali menyuap, cadarnya sedikit disingkap, hanya cukup untuk menyelipkan makanan. Namun tak pernah benar-benar menunjukkan paras indahnya.

Tanpa sadar senyum tipis terbit di wajah tampannya. Hatinya tersirat kekaguman luar biasa, takjub dan bangga dengan cara Bella menjaga dirinya.

'dia indah!' puji lucky dalam hati, penuh ketulusan.

Biasanya laki-laki akan memberanikan diri menyuapi si wanita dengan modus 'ini makanannya enak, cobain deh'

lucky tak melakukannya. Bukan tak melakukan, lebih tepatnya ia sudah pernah melakukan berulang kali. Namun ditolak habis-habisan, bahkan dimarahin dan dibentak olehnya, akhirnya lucky menyerah. Percuma saja bersikap sedemikian kalau seorang wanitanya tak suka dengan kita.

Dari situ, lucky bisa mengambil kesimpulan kalau Bella ini bukanlah wanita sembarangan yang suka diperlakukan dengan hal-hal romantis.

Lucky hampir pernah menyeka sudut bibir Bella yang tertutup cadar. Namun, niatnya langsung dipatahkan oleh tatapan tajam dan bentakan gadis itu.

Masih terngiang jelas di kepala Lucky. tajam, menusuk, dan meninggalkan luka malu yang tak mudah hilang

"Saya bukan perempuan murahan yang bisa kamu sentuh cuma karena kamu sok peduli. Niat baik kamu nggak jadi pembenaran buat bersikap lancang."

Kalimat itu bukan sekadar penolakan, tapi tamparan keras bagi ego Lucky. Tak ada ruang untuk basa-basi manis, apalagi sentuhan tanpa ikatan. Sejak saat itu, Lucky paham… Bella bukan sekadar sulit didekati—dia terlalu mahal untuk disentuh oleh niat yang setengah matang.

'Emang unik.' batin lucky, meski unik ia tetap terkagum-kagum dengan gadis itu.

Selesai makan. Lucky mengajak Bella keluar. Ia membayari tanpa basa-basi. Bella sempat menolaknya, mau bayar sendiri. Namun lucky menolak dan mengatakan 'anggap saja rezeki'

Bella menyapu pandangannya, menatap sekitar. Beberapa wanita melayangkan tatapan tajam, sinis, seolah menyimpan dendam pada Bella yang bisa dengan mudahnya didekati lucky Raze, mereka fans yang jatuh hati dengan idolanya.

Bella meringis pelan, mengalihkan pandangannya tanpa berani menatap balik, takut, gelisah bahkan dalam pikirannya ia takut di.

Byur!

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!