NovelToon NovelToon
Transmigrasi Jiwa Baru Aqinfa

Transmigrasi Jiwa Baru Aqinfa

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: amethysti

"Aku terbangun di dunia asing. Tanpa ingatan, tanpa petunjuk, tapi semua orang memanggilku Aqinfa—seolah aku memang gadis itu."

Namun, semakin lama aku tinggal di tubuh ini, semakin jelas satu hal: ada sesuatu yang disembunyikan.

Wajah-wajah yang tampak ramah, bisikan rahasia yang terdengar di malam hari, dan tatapan pria itu—Ziqi—seolah mengenal siapa aku sebenarnya... atau siapa aku seharusnya menjadi.

Di antara ingatan yang bukan milikku dan dunia yang terasa asing, aku—yang dulu hanya Louyi, gadis sederhana yang mendambakan hidup damai—dipaksa memilih:
Menggali kebenaran yang bisa menghancurkanku, atau hidup nyaman dalam kebohongan yang menyelamatkanku.

Siapa Aqinfa? Dan… siapa sebenarnya aku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon amethysti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Test 3 sparing antara murid.

Langit siang itu membentang tenang di atas akademi. Bayangan pohon giok merah bergoyang ringan diterpa angin lembut. Murid-murid berkumpul di lapangan utama, wajah-wajah mereka dipenuhi rasa penasaran dan antusias.

Pemimpin akademi berdiri di atas panggung batu putih, jubahnya berkibar pelan. Suara tenangnya menyapu lapangan dengan kekuatan yang cukup untuk membuat semua berhenti bicara.

"Tes kedua telah selesai."

Para murid mendongak.

"Selamat untuk kalian yang telah lolos. Meski beberapa hasil mencengangkan, seperti satu alat pengukur qi yang rusak... tetap saja, kalian semua menunjukkan potensi luar biasa."

Beberapa tatapan secara otomatis melirik ke Aqinfa, yang berdiri agak di belakang sambil cengengesan. Ia tahu itu tentang dirinya, tapi tetap tak merasa bersalah. Tangannya bersedekap santai, tatapannya malah sibuk mencari satu sosok.

Ziqi.

Ah, ada.

Pemimpin akademi melanjutkan, "Tes ketiga akan dilakukan satu minggu dari sekarang. Ini adalah ujian sparing ringan antara sesama murid, untuk melihat teknik, koordinasi, dan kekuatan kontrol kalian."

"Selama seminggu ini, kalian bebas memilih satu senior atau guru untuk membantu berlatih. Gunakan waktumu dengan bijak."

Dan di sanalah detik emas itu dimulai.

Aqinfa langsung mengangkat tangannya tinggi-tinggi. “Aku mau latihan dengan senior Ziqi!!” serunya penuh semangat, nyaris seperti anak kecil yang rebutan permen.

Semua menoleh.

Ziqi sendiri berdiri tenang seperti patung giok, belum berkata apa-apa, tapi tak juga menolak. Matanya melirik Aqinfa sekilas. Tidak dengan tajam, tapi... seperti memperhatikan suara angin lewat.

Sementara itu, keempat sahabat Aqinfa ,Weyi, Axia, Seril, dan Dwiyu ikut berseru, “Kami juga ingin ikut latihan bareng!”

Namun Aqinfa langsung menoleh cepat, tangannya terangkat seperti polisi lalu lintas. “Tidak. Kalian berempat ke Weimu saja.”

“Lho?” sahut Seril bingung.

“Kalian tahu kan, dia ahli teknik tangan kosong. Cocok untuk kalian. Aku sih, udah pasti cocoknya sama senior Ziqi yang dingin kayak es batu!” candanya dengan tawa kecil, meski matanya serius menatap ke arah Ziqi.

Mereka saling berpandangan, lalu mengangguk pelan.

“Ah… dia pasti ingin waktu sendiri.”

Ziqi menoleh perlahan. Senyuman tipis menghiasi wajahnya—samar sekali, tapi nyata.

Aqinfa melihat itu dan... senyumnya langsung mekar seperti bunga lotus pertama di musim semi.

Namun suasana mendadak berubah saat suara familiar menggema.

“Kenapa tidak pilih aku?”

Weimu muncul dari barisan depan, langkahnya mantap. Ia menatap Aqinfa tanpa senyum.

“Kenapa tidak memilihku, Aqinfa?” ulangnya. “Apa kau tak ingin aku melatihmu?”

Suasana langsung canggung.

Aqinfa menoleh ke arah Ziqi sebentar, lalu kembali pada Weimu. Kali ini suaranya lebih lembut dari biasanya. “Maaf, Weimu… aku sudah punya pilihan.”

Weimu terdiam. Tatapannya menurun. Meski ia tersenyum kaku, rasa pahit itu tak bisa disembunyikan.

Ziqi melirik sekilas ke arah Weimu, tapi tak berkata apa-apa.

Keempat sahabat Aqinfa saling melirik.

“Ini... aneh.” bisik Axia.

“Mereka semua seperti... sedang rebutan Aqinfa?” tambah Seril setengah tertawa, setengah bingung.

Lalu… seolah semua belum cukup riuh, datanglah badai.

Yayue.

Dengan langkah santai dan senyum lebarnya yang menyebalkan, ia melangkah ke tengah-tengah.

“Wah, seru sekali suasana hari ini! Sayang sekali kalau tidak ikut memeriahkan” katanya nyaring. “Aqinfa! Bagaimana kalau kau berlatih denganku saja, hah?”

Aqinfa melipat tangan dan menatap sinis. “Tidak butuh partner latihan yang lebih banyak bicara daripada gerakan.”

“Oof.” beberapa murid menahan tawa.

Tapi Yayue tak kehabisan akal. Ia menyengir sambil mengarahkan tangannya ke arah Ziqi. “Tapi Aqinfa... kau tahu sendiri Ziqi itu sibuk. Jadwal latihannya padat. Dia belum bilang iya kan? Gimana kalau ternyata dia nggak setuju? Daripada buang waktu, kenapa tidak."

“Yayue.” Aqinfa memotong cepat, dengan wajah yang jelas-jelas tak bersahabat. “Diam sebelum aku buat kau latihan sendiri dengan bayanganmu.”

Tawa meletus di sekeliling. Bahkan Weyi tak bisa menahan senyum. Yayue terkekeh pelan, lalu mundur beberapa langkah sambil berkata, “Baiklah kalau dia bilang ya, aku mundur. Tapi kalau tidak... ingat tawaranku ya.”

Dan kemudian semua mata tertuju pada satu sosok.

Ziqi.

Aqinfa menoleh padanya, lalu menatapnya dengan ekspresi polos namun penuh harap.

“Senior… kau belum bilang… iya atau tidak.”

Keheningan menggelantung di udara. Semua murid diam. Weimu diam. Yayue menunggu. Keempat sahabat Aqinfa menahan napas.

Aqinfa sendiri berdiri dengan tangan tergenggam di balik punggung, matanya menatap Ziqi seperti anak kecil menunggu jawaban main bareng.

Ziqi hanya diam sebentar. Angin mengibaskan sedikit helaian rambut peraknya yang berkilau. Kemudian tanpa ekspresi berlebihan, ia membuka mulut.

“Iya.”

Boom.

Seperti dentuman senyap yang merobek seluruh lapangan, tawa Aqinfa meledak. “Hahaha! Aku tahu kau akan bilang iya!”

Para sahabatnya saling melirik.

Weimu memalingkan wajah.

Yayue mengangkat bahu dan pergi.

Dan Ziqi? Ia hanya berdiri di tempat, dengan sisa senyuman tipis yang masih melekat… seperti matahari yang jarang muncul di musim dingin.

1
Linechoco
Aku suka gaya penulisanmu, jangan berhenti menulis ya thor!
Millennium Earl
Memukau dari awal hingga akhir
Mich2351
Ceritanya bikin nggak bisa berhenti baca, lanjutkan thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!