NovelToon NovelToon
TRANSMIGRASI ZAREENA

TRANSMIGRASI ZAREENA

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Konflik etika / Pelakor / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Transmigrasi
Popularitas:15.3k
Nilai: 5
Nama Author: dlbtstae_

Zareena, wanita cantik nan sempurna menikah dengan pria yang sangat dicintainya hingga pernikahannya dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Elvano. Lima tahun pernikahannya terasa begitu sangat indah, hingga kenyataan menghantam relung hatinya. Suaminya berselingkuh dengan adik angkatnya, bahkan keluarganya begitu memihak pengkhianat.


Di khianati dan disingkirkan, Zareena tiada dalam kesedihannya. Namun kepergiannya bukan akhir dari segalanya. Dalam gelapnya alam baka, Zareena bersumpah.


“Jika diberikan kesempatan kedua, aku akan memilih mengubah takdirku, melindungi putraku dari pengkhianat”.


Dan ketika ia membuka mata, ia kembali bukan sebagai Zareena, tapi sebagai ancaman yang tak mereka duga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Halusinasi

Pagi itu, langit di atas mansion keluarga Maverley terlihat cerah, dengan cahaya mentari menembus jendela besar ruang makan, memantul pada meja panjang tempat keluarga berkumpul. Aroma teh herbal dan roti panggang menyambut pagi seperti biasanya. Marissa dan Alaska sudah duduk, masing-masing sibuk dengan aktivitas pagi mereka Alaska membaca koran, dan Marissa tengah menggulung adonan kue untuk Zareena yang tiba-tiba menginginkan brownies.

Zareena datang dengan langkah pelan, satu tangannya memegangi perut besarnya, yang sudah sangat jelas menandakan bahwa kelahiran si kembar hanya tinggal menunggu hari. Ia mengenakan daster longgar berwarna pastel dengan selimut tipis tersampir di pundaknya. Andra menyusul di belakang, membawa bantal kecil dan botol air minum kesukaan istrinya.

“Sayang, kamu duduk sini, biar mas siapin semuanya,” kata Andra sembari menarik kursi untuk Zareena.

“Aku nggak selemah itu, Mas,” jawab Zareena pelan, meski ia membiarkan dirinya duduk dengan bantuan. Tangannya mengusap lembut perutnya, senyum kecil tersungging di bibir. “Tapi aku senang kamu selalu memperlakukan aku seperti ratu.”

Andra tersenyum kecil. “Bukan ratu. Lebih dari itu. Kamu itu pusat semestaku sekarang.”

Alaska mendesah pelan. “Aduh, romantisnya anak papi di pagi hari. Bikin iri aja.”

Zareena terkekeh kecil, tapi senyum itu hanya bertahan sebentar. Tatapannya sempat menerawang keluar jendela, ke arah kebun bunga yang kini tumbuh subur termasuk bunga biru yang entah mengapa semakin banyak.

Beberapa minggu ini, tak ada lagi kabar dari Belinda. Seolah badai yang selama ini menghantam mereka memilih untuk diam sementara. Tapi Zareena tahu ketenangan seperti ini justru lebih membuatnya waspada. Karena yang lebih menakutkan dari badai adalah kesunyian sebelum badai.

Namun, ia memilih menikmati saat-saat yang masih damai. Hari-harinya diisi dengan hal-hal sederhana. Menyusun pakaian bayi, memilih selimut untuk si kembar, membacakan dongeng untuk Elvano yang selalu penasaran apakah dia akan punya adik perempuan atau laki-laki. Anak itu semakin cerewet dan penuh imajinasi. Kadang, ia menunjuk perut Zareena dan berkata, “Ada dua naga di dalam situ ya, mommy. Tapi yang satu suka ketawa, yang satu suka tidul kayak kelbo”

Zareena hanya tertawa dan mencatat setiap ucapan Elvano di buku kecil. Ia merasa perlu menyimpan semuanya. Setiap detail kecil. Karena entah kenapa, ia merasa waktu berjalan lebih cepat dari seharusnya.

Sementara itu, Andra semakin jarang keluar rumah bahkan pekerjaan kantor Alaska yang membantu sang putra dalam pekerjaan. Andra memilih banyak waktu untuk mendampingi Zareena hampir setiap saat, hanya meninggalkan mansion jika benar-benar diperlukan. Bahkan untuk rapat penting di perusahaan pun, ia lebih sering mengikutinya via panggilan video dan papinya yang bergerak langsung datang ke perusahaan membantu Zaki.

“Keamanan kita gimana, Mas?” tanya Zareena suatu sore, saat mereka duduk di teras belakang sambil menyeruput teh.

“Semua titik sudah dipantau. Kakek Mario dan Kakek Morgan sudah pasang tim buat berjaga siang malam. Kalau Belinda atau Mama Zahra tiba-tiba berani muncul, mereka akan ketahuan dalam hitungan detik.”

Zareena mengangguk, lalu memejamkan mata, menikmati belaian angin sore. Tapi jauh di lubuk hatinya, ia tahu ancaman terbesar bukan dari luar.

Malam itu, setelah menghabiskan waktu membaca buku dongeng bersama Elvano, dan memastikan semua perlengkapan bayi siap di kamar yang telah disiapkan untuk si kembar, Zareena merebahkan tubuhnya. Andra sudah tertidur lebih dulu, lengannya memeluk bantal panjang yang biasa digunakan Zareena untuk menopang perut.

Zareena tersenyum kecil melihatnya. Tapi tubuhnya terasa berat. Seolah sesuatu dari dalam menariknya pelan-pelan ke dalam dunia lain. Dan saat matanya tertutup, mimpi itu datang lagi.

*

*

*

Ia berdiri di tepi danau yang memantulkan langit berwarna ungu. Di permukaan air, bayangannya terpantul tapi bukan dirinya. Sosok itu tampak lebih muda. Rambutnya digerai panjang, matanya penuh kepedihan, dan ada bercak darah di sisi pakaiannya.

Zareena ingin berpaling, tapi air danau itu bergetar. Dari dalam air, muncul bayangan tangan-tangan kecil anak-anak. Mereka menangis. Suara mereka menggema.

“Kami menunggu…”

Zareena mundur. Tapi tanah di belakangnya berubah jadi cermin raksasa. Ia menatap pantulan dirinya dan di belakangnya berdiri wanita bergaun putih itu lagi. Kali ini wajahnya terlihat setengah. Separuh wajah itu adalah miliknya.

“Kamu hampir sampai,” ucapnya.

Zareena menelan ludah. “Siapa kamu sebenarnya?”

“Cerminan. Sisa dari yang telah disembunyikan.”

“Kenapa kamu terus muncul di mimpi aku?”

“Karena kamu membuka pintu yang seharusnya tetap tertutup.”

Cermin-cermin di sekeliling pecah serempak. Potongan gambar bertebaran di udara, dan salah satunya jatuh di tangan Zareena. Dalam potongan itu, ia melihat dirinya sendiri berdiri dalam kegelapan, menggenggam tangan dua anak kembar. Tapi bukan wajah mereka yang membuat Zareena menggigil. Melainkan bayangan yang berdiri di belakang mereka. Sosok berjubah hitam, dengan mata kosong yang menatap lurus padanya.

“Siapa mereka?” bisik Zareena.

“Penjaga masa lalu. Dan penggenggam masa depan.”

Dunia dalam mimpi itu berputar cepat. Ia jatuh dalam pusaran memori yang bukan miliknya. Tangisan. Teriakan. Seorang perempuan berlari dalam hutan. Di pelukannya, dua bayi mungil. Lalu suara tembakan. Cahaya menyilaukan. Dan sosok-sosok bertopeng kembali muncul.

Zareena menjerit. “Tolong hentikan! Ini bukan aku!”

Tapi suara wanita itu menjawab, pelan namun tegas. “Ini mungkin bukan kamu sekarang. Tapi bisa jadi kamu nanti. Atau kamu dulu. Waktu tidak berjalan lurus di sini, Rere.”

Zareena terbangun dengan nafas terengah-engah. Andra yang duduk di kursi membaca buku langsung meletakkan bukunya dan menghampiri.

“Sayang? Kamu kenapa ? Apa, kamu mimpi lagi?”

Zareena mengangguk pelan dan tanpa mau menutupinya lagi, Zareena pun menceritakannya. “Tapi kali ini lebih jelas. Aku melihat anak-anak… dua anak. Dan wanita itu. Dia… setengah wajahnya sama denganku.”

Andra memeluk Zareena erat. “Mungkin itu cerminan, sayang. Pikiran kamu sedang banyak memikirkan si kembar.”

“Mas…” Zareena menoleh. “Apa kamu percaya… kalau aku pernah hidup di masa lain?”

Andra menatap mata istrinya lama. Lalu mengecup keningnya. “Aku percaya, kamu istimewa. Dan apapun yang kamu lihat, aku akan ada di sini untuk membantu kamu menghadapinya.”

“Kamu hanya sedang berhalusinasi, sayang” bisik Andra dalam hatinya.

Hari-hari berikutnya berlalu dengan damai yang aneh. Zareena semakin sering menyendiri di taman belakang. Ia duduk di bangku batu, memandangi bunga biru yang kini mekar seperti ladang kecil. Elvano kadang menemaninya, menggambar bunga dengan krayon warna biru tua.

Marissa dan Alaska menjaga dengan telaten menantu mereka,bahkan beberapa keluarga besar datang untuk memastikan Zareena makan teratur dan tak banyak bergerak berat. Mereka bahkan melarang Zareena turun ke dapur, meski hanya untuk mengambil buah potong.

“Menantu kita ini harus dijaga seperti ratu kerajaan,” canda Alaska sambil menepuk pelan bahu istrinya.

“Kamu benar, mas. Kita nggak akan tahu apa yang akan terjadi setelah ini.. Aku harap Belinda dan ibunya tidak datang untuk mengacau persalinan dan kehidupan Andra dan Zaree..” lirih Marissa memandang wajah menantunya yang tampak berseri.

Namun malam tetap menjadi waktu yang paling menakutkan bagi Zareena. Karena setiap kali ia tertidur, dunia itu menariknya kembali. Mimpi-mimpi itu makin mendetail. Makin nyata. Dan makin mengganggu.

Pada malam keempat, Zareena berdiri di depan cermin besar di kamarnya. Ia memandangi dirinya sendiri, lalu bertanya pelan, “Apa kamu benar-benar aku? Atau hanya bayanganku saja?”

Dan entah mengapa, bayangan di cermin itu tersenyum lebih lama dari dirinya sendiri.

1
Yandiitee
sorry koreksi, itu perasaan dari awal kalimat PAGI dtlis LAGI terus, dsengaja atau gimana?
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Cindy
next
Heni Mulyani
lanjut
Yuni Anto
next Thor gpl /Angry//Determined//Angry//Determined/
Cindy
next
Cindy
lanjut
Cindy
next
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Heni Mulyani
lanjut author
Heni Mulyani
lanjut
DISTYA ANGGRA MELANI
Lnjt up doble
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!