 
                            Jessica Collins sangat bahagia ketika di nikahi oleh seorang duda tampan dan kaya raya, namun kebahagiaannya sirna saat mengetahui tujuan pria itu menikahinya hanya karena ia mirip dengan istri pertamanya dan rupanya pria itu tak benar-benar menyukainya.
"Apa di saat menyentuhku, kau sedang membayangkan istrimu yang lain ?"
Sungguh Jessica sangat sakit hati haruskah ia bertahan atau justru pergi menjauh di saat mengetahui dirinya sedang mengandung janin pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~21. Meminta restu
"Kau ?" James yang baru membuka pintu langsung memicing ketika melihat Jason sudah berdiri di hadapannya dengan membawa buket mawar merah serta paper bag yang entah isinya apa.
"Selamat pagi tuan James, senang bertemu dengan anda." sapa pria itu seraya mengulurkan tangannya dengan senyuman menghiasi bibirnya.
James masih menatap pria itu, lalu dengan ragu membalas jabat tangannya. "Apa yang kamu lakukan di sini, Jason Alvares ?" ucapnya dengan menekankan kata-katanya, pandangannya tajam seakan siap menerkam pria di hadapannya tersebut.
"Saya ingin bertemu dengan anda, karena ada hal penting yang ingin saya bicarakan." terang Jason dengan suara tegasnya, tak peduli pria paruh baya di hadapannya kini terlihat mulai menyulut peperangan dengannya.
James memindai pria itu sejenak, lantas segera berbalik badan. "Masuklah !!" perintahnya kemudian dan langsung di ikuti oleh Jason di belakangnya.
"Duduk !!" ucap James dengan menggerakkan dagunya agar pria asing itu duduk di sofa seberangnya.
"Terima kasih tuan James, oh ya saya membawakan sesuatu semoga anda berkenan." sahut Jason lantas mengeluarkan sebotol wine dari dalam paper bag yang ia bawa tadi, lalu memberikannya pada calon ayah mertuanya tersebut.
Tentu saja James langsung melebarkan matanya saat menerima wine dengan usia puluhan tahun itu dan itu akan menambah koleksinya nanti.
"Saya tahu anda sangat gemar mengoleksi Wine dan kebetulan saya mempunyai beberapa jadi apa salahnya jika saya bagi dengan anda." ucap Jason lagi yang sedang berusaha mengambil hati calon ayah mertuanya tersebut.
"Baiklah, terima kasih banyak Jason. Aku tahu kau sedang berupaya untuk mengambil hati saya, tapi putriku teramat berharga jadi tak bisa di bandingkan hanya dengan sebotol wine itu." tegas James.
"Tentu saja tidak, tuan James. Karena bagi saya Jessica juga sangat berharga, bahkan lebih berharga dari semua apa yang saya miliki saat ini." Timpalnya meyakinkan dan bersamaan itu terdengar sebuah jeritan dari arah dapur.
Jason yang mengenali suara tersebut, segera berlari untuk mencari tahu dan di ikuti oleh James yang juga sama terkejutnya seperti dirinya.
"Kamu baik-baik saja, sayang ?" ucap Jason seraya berjalan mendekat saat melihat jari kekasihnya itu mengeluarkan darah segar.
"Jason ?" Tentu saja Jessica langsung terkejut, namun belum sempat bertanya perihal kedatangan pria itu yang tiba-tiba ke rumahnya. Jason sudah menarik tangannya lantas memasukkan jarinya yang terluka ke dalam mulutnya.
Tanpa rasa jijik pria itu menyedot semua darahnya hingga membuat gadis itu langsung meringis kesakitan, namun cecapan lembut bibir pria itu membuatnya merasa sedikit lebih baik.
Apalagi ketika pandangan keduanya nampak bertemu membuat Jessica tak sabar ingin memeluknya, namun ia sadar ada kedua orang tuanya saat ini.
Ehmm
James nampak berdehem hingga membuat keduanya saling mengalihkan pandangannya. "Apa lukanya terlalu dalam? sebaiknya kita panggil dokter saja." Tukasnya, namun Jessica langsung menggelengkan kepalanya.
"Tidak perlu Dad, lihatlah darahnya sudah berhenti." Jessica nampak memperlihatkan jarinya pada sang ayah.
"Kamu siapa ?" Anne yang sedari tadi tercengang melihat pemandangan di hadapannya itu nampak tak tahan untuk bertanya, ia tak menyangka ada seorang pria yang begitu perhatian pada putrinya.
"Saya Jason Alvares, nyonya Anne." Jason langsung mengulurkan tangannya.
Melihat pria dewasa di hadapannya itu Anne nampak memindainya, kemudian dengan ragu membalas jabat tangan pria itu sekilas lalu kembali menarik tangannya.
"Jadi kamu pria yang bernama Jason itu ?" ucapnya ingin memastikan.
"Benar nyonya, saya adalah kekasih putri anda." sahut Jason dengan tegas, lantas beralih menatap ke arah Jessica yang nampak terharu dengan keberaniannya datang menghadapi kedua orang tuanya.
"Apa kamu tidak sadar jika putriku masih sangat belia ?" sinis Anne kemudian.
"Mommy..." Jessica langsung menyela, namun ibunya nampak mengangkat sebelah tangannya agar putrinya itu diam.
"Tapi saya sangat mencintai Jessica nyonya dan saya janji akan selalu membahagiakannya." tegas Jason meyakinkan.
"Benar Mommy, selama ini Jason tidak pernah sedikitpun menyakitiku. Jason selalu memperlakukanku dengan baik dan aku merasa bahagia saat bersamanya." Jessica juga ikut meyakinkan yang membuat Anne nampak menghela napas panjangnya.
Rasanya belum rela jika putrinya itu telah tumbuh dewasa dan mulai membagi perhatiannya pada orang lain. "Sudah waktunya sarapan." ucapnya lantas melangkah melewati mereka.
Jason dan Jessica nampak saling berpandangan kemudian mengikuti langkah ibunya tersebut, kini mereka berdua nampak duduk di meja makan sembari menunggu beberapa pelayannya menyiapkan makanan.
Sementara Anne terlihat masuk ke dalam kamarnya yang langsung di susul oleh sang suami. "Ada apa lagi? bukankah semalam Jack sudah memberikan informasi tentang Jason dan tak ada catatan buruk dari pria itu, kecuali perpisahannya dengan mantan istrinya beberapa tahun yang lalu." ucap James mencoba berbicara pada istrinya itu.
"Entahlah, aku masih belum yakin. Dia terlalu dewasa buat putri kita." sahut Anne mengutarakan isi hatinya sebagai seorang ibu.
"Putri kita terlalu manja dan dia butuh pria dewasa agar bisa menjaganya." James kembali membujuk, karena putrinya itu memang memiliki sifat kekanakan-kanakan dan lebih baik mendapatkan pasangan yang lebih dewasa, dari pada pria seumuran yang pastinya akan memiliki ego yang sama-sama tinggi.
Lagi-lagi Anne menghela napas panjangnya nya. "Baiklah, kita lihat apa yang akan pria itu lakukan." ucapnya, kemudian segera berlalu meninggalkan kamarnya tersebut dan mereka nampak tercengang saat melihat putrinya dan juga pria itu sedang bekerja sama membantu para pelayannya menata makanan di atas meja makan.
"Kamu lihat, sepertinya Jason banyak membawa kebaikan bagi putri kita." tukas James mengomentari.
Beberapa saat kemudian setelah menyelesaikan sarapannya, Jason nampak mengeluarkan sesuatu dari dalam kantung celananya.
"Tuan James dan nyonya Anne, kedatangan saya ke sini bermaksud untuk melamar putri kalian. Apa boleh saya menikahinya ?" ucapnya seraya memperlihatkan sebuah cincin berlian bertahtakan batu permata di tangannya tersebut.
Lagi-lagi Jessica sangat terharu dengan keberanian pria itu yang melamarnya secara langsung di depan orang tuanya.
"Saya janji akan selalu membahagiakan Jessica." ucap Jason lagi dengan wajah memohon menatap bergantian ke arah James dan juga Anne.
Lama sekali mereka terdiam hingga pada akhirnya Anne membuka suaranya. "Jika kamu mengingkari janjimu, maka jangan harap akan mendapatkan maaf dari kami." ucapnya dan itu membuat Jason maupun Jessica langsung mengulas senyumnya senang setelah beberapa saat menunggu dengan perasaan cemas.
Karena sejak kedatangannya, ibu dari kekasihnya itu sama sekali tak bersikap ramah padanya. "Tentu saja nyonya, saya janji akan selalu membahagiakan Jessica." ucap Jason kemudian.
Pria itu tak berhenti tersenyum, karena pada akhirnya jalan untuk menikahi gadis itu tak sesulit yang ia bayangkan dan secepatnya ia akan menyiapkan semuanya.
keren karya tulis mu k🤗🤗🤗