《Terdapat ****** ******》
Harap bijak dalam membaca.....
William dan Nozela merupakan sahabat sejak mereka masih kecil. Karena suatu kejadian tak disengaja membuat keduanya menjalani kisah yang tak semsestinya. Seiring berjalannya waktu, mulai tumbuh benih-benih cinta antara keduanya.
William yang memang sudah memiliki kekasih terpaksa dihadapkan oleh pilihan yang sulit. Akankah dia mempertahakan kekasihnya atau memilih Nozela??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addryuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 3
"Ojel."
Nozela yang tengah berjalan bersama Thalia dan Leon menoleh saat mendengar suara sahabatnya. Wiliam sedikit berlari sambil membawa sesuatu ditangannya.
"Buat lo." Ucapnya sambil memberikan paper bag kepada Nozela.
Lego dan Archen hanya tersenyum jahil melihat sahabatnya rela jauh-jauh dari fakultas teknik menuju fakultas ekonomi hanya untuk memberikan buah untuk Nozela.
Nozela tersenyum senang, dia menerimanya. "Makacih Liam."
Nozela membuka paperbag itu, dia melihat banyak buah kelengkeng didalamnya. Dia merentangkan tangannya lalu memeluk tubuh William, Nozela senang karena William masih ingat buah kesukaannya.
"Habis ini gue pinjem PS5 punya lo, buat main di apart sama mereka." Tunjuk William pada kedua temannya.
Nozela melepaskan pelukannya, dia mencebikkan bibirnya. "Pamrih banget."
Leon menatap tak suka pada William yang menurutnya teralu bebas pada Nozela padahal dia sudah memiliki kekasih. Dia samping Nozela, Thalia memperhatikan perubahan wajah Leon saat William datang.
"WILLIAM."
"Mampus lo Liam." Ucap Lego.
William menoleh saat kekasihnya datang menghampirinya. Clarissa langsung merangkul lengan William dengan mesra di depan teman kekasihnya.
"Jadi ke kantin?" Tanya Leon pada Nozela.
Nozela mengangguk. "Jadi."
"Liam, gue ke kantin dulu. Makasih loh kelengkengnya."
Leon mengandeng tangan Nozela lalu mengajaknya pergi, Thalia mengikuti mereka dari belakang. Melihat kepergian sahabatnya, William juga mengajak Clarissa pergi dari sana.
Sampai di kantin, Leon memesan tiga piring nasi goreng. Dia juga memesan air putih untuk Nozela.
"Nanti lo free nggak?"
Nozela tampak berpikir-pikir dulu sebelum menjawab. "Free sih. Emang kenapa Le?"
"Temenin gue kerja, cuma sebentar sih dua jam doang. Bisa?"
Nozela menatap Leon dengan mata berbinar. "Boleh?"
Leon mengangguk. "Boleh dong."
"Emang lo udah ngerjain tugas Prof Darma Zel?" Tanya Thalia.
"Tinggal dikit sih." Jawab Nozela.
"Deadlinenya kan besok."
"Nanti gue bantu kerjain kalo udah selesai pemotretan." Ucap Leon pada Nozela.
Thalia hanya mengangguk, tak lama pesanan mereka datang. Mereka langsung memakan nasi goreng seafood sambil ngobrol ringan. Hanya Nozela dan Leon yang asik berbicara, sedangkan Thalia hanya menyimak pembicaraan mereka.
"Tapi gue bawa mobil sendiri Le. Gimana dong?"
Leon menatap Thalia yang duduk di depannya. "Lo bisa bawa mobil Tha."
Thalia menggelengkan kepalanya. "Enggak. Lo ngejek gue ya?"
Leon tertawa kecil. "Kan gue nggak tahu, makanya gue tanya."
"O atau nggak gini aja, gue suruh Liam bawa aja mobilnya." Ucap Nozela.
Leon menatap gadis yang dia sukai. "Lagi-lagi Liam." Batinnya.
Nozela segera mengirim pesan pada William untuk membawa mobilnya, setelah itu dia kembali melanjutkan makannya.
Siangnya, kelas Nozela selesai pukul dua. Sesuai janjinya dengan Leon tadi dia akan menemani Leon untuk pemotretan cover majalah. Dia masuk de dalam mobil sport milik Leon.
"Kenapa?" Tanya Nozela saat Leon menatap lama wajahnya.
"Ada sesuatu di wajah gue ya Le?"
Buru-buru Nozela mengambil ponselnya untuk melihat wajahnya, dia tak ingin membuat Leon ilfeel padanya.
"Nggak ada apa-apa kok diwajah lo." Ucap Leon sambil menghentikan pergerakan tangan Nozela.
Nozela mengerutkan keningnya. "Terus, kenapa lo lihatinnya gitu banget? Gue kira-"
"Lo cantik Zel, dan gue suka."
Nozela terdiam sebentar dengan mulut sedikit terbuka, dia terkejut dengan pernyataan Leon barusan. Selama mereka dekat, Leon tak pernah mengatakan perasaannya pada Nozela, tapi kali ini berbeda.
"Le."
"Gue suka sama lo Zel." Ucap Leon dengan serius.
"Lo mau kan jadi pacar gue?"
Nozela seperti kesulitan bernafas, dia mengerjabkan matanya beberapa kali mencoba menyadarkan dirinya sendiri.
"Gue nggak mimpi kan?" Gumamnya.
Plak!
"Aww." Pekik Nozela saat dengan sengaja menampar pipinya sendiri.
Leon terkekeh kecil, dia memegang tangan Nozela lalu mengelus pipinya.
"Lo nggak mimpi Zel, gue emang mau lo jadi pacar gue. Gimana? Mau nggak?"
Nozela berdehem beberapa kali untuk menghilangkan rasa gugupnya, sebenarnya dia juga suka denga Leon. Siapa sih yang nggak jatuh cinta sama bintang kampus, berprofesi sebagai model lagi.
Sekuat mungkin Nozela menahan senyumnya, dia menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya yang pasti sudah memerah.
"Nggak harus dijawab sekarang kok, kapan lo siap aja. Gue bisa nunggu."
Nozela memejamkan matanya, tak lama dia mengangguk. Leon yang melihatnya merasa gemas sendiri.
"Apa Zel, kok ngangguk aja."
"Iya, gue mau." Ucap Nozela lirih.
Leon mencondongkan tubuhnya ke Nozela. "Gimana gimana, gue nggak denger."
Nozela mendongak menatap wajah Leon yang menggodanya. "Iya, gue mau jadi pacar lo."
Leon melebarkan senyumnya, dia tak tahan melihat wajah Nozela yang malu-malu. Dia pun segera membawa Nozela ke dalam pelukannya.
"Makasih ya Zel."
Nozela membalas pelukan pacar barunya itu. "Sama-sama Le."
Ting.
Terdengar suara ponsel berdenting, Leon melepaskan pelukannya lalu merogoh ponsel dari saku celanannya. Ternyata managernya yang mengirim pesan.
"Kita berangkat sekarang ya, manager gue udah chat suruh ke sana sekarang."
Nozela mengangguk, saat hendak memasang seatbelt tangannya kalah cepat dengan Leon. Sambil menatap wajah Nozela, Leon memasangkan seatbelt.
Mereka sama-sama tersenyum, setelah terdengar suara klik, Leon segera menyalakan mobilnya lalu meninggalkan fakultasnya.
Tak jauh dari keberadaan mobil Leon tadi, seorang gadis memperhatikan keduanya dari kejauhan. Dia tersenyum melihat kepergian mobil Leon.
"Mungkin gue emang ditakdirkan buat mencintai lo dalam diam Le. Gue seneng lihat lo bahagai sama pilihan lo, semoga lo bahagia." Ucapnya kemudian pergi dari sana.