NovelToon NovelToon
(Batas Tipis) CINTA & PROFESI

(Batas Tipis) CINTA & PROFESI

Status: sedang berlangsung
Genre:Trauma masa lalu / Cintapertama
Popularitas:345
Nilai: 5
Nama Author: Penasigembul

Dorongan kuat yang diberikan sepupunya berhasil membuat Marvin, pria dengan luka yang terus berusaha di kuburnya melangkahkan kaki masuk ke dalam ruang praktek seorang Psikolog muda. Kedatangannya ke dalam ruang praktek Bianca mampu membuat wanita muda itu mengingat sosok anak laki-laki yang pernah menolongnya belasan tahun lalu. Tanpa Bianca sadari kehadiran Marvin yang penuh luka dan kabut mendung itu berhasil menjadi kunci bagi banyak pintu yang sudah dengan susah payah berusaha ia tutup.
Sesi demi sesi konsultasi dilalui oleh keduanya hingga tanpa sadar rasa ketertarikan mulai muncul satu sama lain. Marvin menyadari bahwa Bianca adalah wanita yang berhasil menjadi penenang bagi dirinya. Cerita masa lalu Marvin mampu membawa Bianca pada pusaran arus yang ia sendiri tidak tahu bagaimana cara keluar dari sana.
Ditengah perasaan dilema dan masalahnya sendiri mampukah Bianca memilih antara profesi dan perasaannya? apakah Marvin mampu meluluhkan wanita yang sudah menjadi candu baginya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penasigembul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 3

“hari ini kamu akan pulang jam berapa, sayang?” pertanyaan wanita paruh baya yang memiliki status mama membuat Bianca menghentikan aktivitas sarapannya.

“Belum tau, hari ini ada 4 jadwal.” Jawab Bianca menanggapi mamanya itu. “ada apa, ma?” tanya Bianca kemudian.

“Papa hari ini akan di rumah, pulanglah tepat waktu agar bisa makan malam bersama.” Jawaban wanita bernama Vivi itu berhasil membuat Bianca berdebar. Pria yang ia panggil papa itu memang sering berada di belahan bumi lain untuk urusan bisnis, dan Bianca tidak terlalu suka duduk bersama papanya yang ia kenal sebagai pria dingin dan galak itu. Mengetahui informasi itu malah membuat Bianca berniat pulang terlambat atau tidak usah pulang sekalian.

“jangan menghindari papa mu terus, Ca. Ia juga menyayangimu.” Ucapan mama Vivi selanjutnya seolah mengerti niat yang dimiliki putri semata wayangnya itu.

Bianca menghela nafas pelan kemudian mengangguk merespon permintaan mamanya. Sesegera mungkin ia menghabiskan sarapannya dan berpamitan untuk berangkat. Tidak ada memori menyenangkan dengan papanya, hal yang selalu ia hindari adalah jika papanya pulang dari urusan bisnisnya dan harus menghabiskan waktu bersamanya. Kalau menurut kebanyakan orang cinta pertama anak perempuan adalah papa mereka, tidak demikian bagi Bianca. Sempat terlintas untuk tinggal sendiri jika ia tidak memikirkan mamanya yang juga sering ditinggal sendirian oleh suaminya, mungkin ini juga alasan kenapa ia tidak memiliki adik.

“Pagi, Mba Bianca.” Sapaan terdengar dari Jean ketika Bianca sudah ada di area sekitar ruangannya. Jean sedang berkutat dengan beberapa file dan catatannya.

“Pagi, Jean.” Balas Bianca sambil tersenyum ramah, setiap memasuki gedung tempatnya praktek sebisa mungkin Bianca meninggalkan segala pikiran pribadinya agar tidak mengganggu profesionalitasnya dan tidak merusak suasana siapapun.

“Bagaimana jadwalku hari ini?” tanya Bianca sambil duduk di hadapan Jean.

“Tidak ada perubahan, Mba. Hari ini ada 4 klien, klien pertama jam 9, terus lanjut jam 11, selanjutnya jam setengah 3, dan terakhir jam setengah 5.” Jawab Jean menjelaskan jadwal sesi yang harus dihadapi Bianca hari ini. Bianca memang selalu menjeda satu jam setiap sesinya untuk ia bisa mereview sesi yang telah berlangsung dan mempelajari sesi yang akan berlangsung.

“oke, terima kasih Jean. Aku masuk dulu ya.” Ucap Bianca sambil meninggalkan tempat Jean dan memasuki ruang konsultasi pribadinya.

Bianca melakukan rutinitasnya setiap pagi, mempersiapkan dirinya sendiri untuk bisa menghadapi klien-kliennya dan membaca file serta catatan yang akan membantunya untuk sesi yang akan berlangsung. Ditengah fokusnya dalam mempelajari profil dan catatan klien pertamanya tiba-tiba pikiran Bianca memaksanya mengingatkan sesi terakhirnya kemarin dengan seorang pria bernama Marvin. Suara pria itu masih terus memaksa dirinya untuk mengingat akan hal yang bahkan tidak terlintas dalam benak Bianca, ditambah perkataan terakhir pria itu yang mengatakan tidak ingin disembuhkan membuat Bianca menyadari luka pria itu sangat dalam.

Bianca dipaksa kembali dari lamunannya ketika ketukan dan pintu ruangannya terbuka memunculkan Jean dengan seorang perempuan yang baru beranjak dewasa yang diingat Bianca sebagai klien yang lumayan bisa mengenali dirinya sendiri tapi menolak untuk menerima kondisi.

*

Wajah Bianca yang tidak lepas dari pikiran Marvin membuat pria itu mencari tahu sedikit tentang wanita yang ia temui kemarin sebagai terapisnya itu. Tapi pencariannya tidak begitu mulus, informasi tentang wanita itu sangat sedikit, sepertinya wanita itu tidak memiliki hobi berselancar di dunia maya. Ketika sedang asik mencari, pesan masuk mengalihkan fokusnya.

Selamat Pagi Bapak Marvin, ini merupakan pesan pengingat untuk pertemuan konsultasi sesi kedua yang terjadwal sebagai berikut:

Hari/tanggal : Jumat, 4 Oktober 2024

Waktu: 15.00 WIB

Terapis: Anindya Bianca Maheswari S.Psi. M.Psi. Psikolog.

Mohon konfirmasi kehadiran dengan membalas pesan ini.

Terima kasih

Salam,

Anastasya Jean S.Psi

Asisten Psikolog

Marvin menutup pesan tersebut masih belum memiliki niat untuk memberi konfirmasi atau menghadiri sesi selanjutnya, ia malah berpikir untuk tidak melanjutkan apapun bentuk terapi atau konsultasi yang akan ia jalani. Tapi semenit kemudian Marvin kembali membuka pesan tersebut untuk memastikan nama lengkap terapisnya itu. Hal ini dapat membantunya untuk kembali mencari tentang terapis muda yang memiliki wajah teduh dan senyum menenangkan hati itu, tapi tetap saja informasi yang di dapatkan hanyalah informasi umum. Menyadari tidak mendapatkan informasi apapun ia meletakkan benda pipih itu dan memutuskan untuk kembali melanjutkan pekerjaan yang sempat ia tunda.

Saka muncul di ruangan Marvin ketika waktu sudah cukup sore dan waktu kerja sudah hampir selesai.

“Vin.” Panggilan Saka berhasil mengejutkan Marvin yang masih fokus dengan laporan-laporan di mejanya. Marvin mendongak dan memberikan tatapan bertanya ada apa pada sepupunya itu.

“nyokap gue ngabarin, bokap lu sakit dan di rawat, tengokinlah Vin.” Ucapan Saka membuat Marvin menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya dan menatap sepupunya serius.

“Apa yang terjadi?” tidak menanggapi saran Saka, Marvin malah mengajukan pertanyaan agar dia mengetahui keadaan yang terjadi.

“Mungkin Om Anton kangen sama lu.” Jawabn Saka sambil mendudukkan dirinya di kursi yang memang tersedia di hadapan Marvin. Marvin menatap sepupunya tajam menuntut jawaban yang lebih masuk akal dari Saka. “Om Anton mengalami serangan jantung, Vin. Jelas Saka akhirnya, kali ini lebih serius. Marvin mengangguk-anggukkan kepalanya tapi masih belum memberikan keputusan apakah ia akan menemui ayahnya itu atau membiarkan dirinya mendapat kabar secara berkala dari Saka.

“jadi?” tanya Saka yang merasa belum mendapat respon dari sepupunya itu. Saka tahu kemungkinannya kecil untuk Marvin mau menemui ayah dan ibunya, itu hanya akan membuat luka pria itu kembali menganga. “gue temenin.” Tambah Saka lagi.

“Kehadiran lu tidak akan merubah sikap nyokap gue jadi baik sama gue, Ka.” Balas Marvin yang dibenarkan oleh Saka dalam hati. Perilaku ibunya Marvin memang tidak akan berubah meskipun ada Saka disana terlebih Saka sudah menyaksikannya sejak kecil.

“Yaudah, pikirin dulu aja, Gue akan kasih update terus kalau ada kabar.” Ujar Saka akhirnya, tidak ingin memaksa sepupunya dan membuat saudaranya itu tertekan semakin dalam.

Saka memutuskan menghabiskan sisa jam kerjanya di ruangan Marvin sambil memainkan ponselnya, sambil sesekali memerhatikan sepupunya yang sudah kembali fokus dengan kerjaannya. itu adalah cara Marvin untuk mengalihkan pikiran yang menyesakkan dirinya, Marvin menjadi orang yang gila kerja sejak ia memimpin perusahaan keluarga Dirgantara.

“Pulang yu, bro.” Ajak Saka setelah menyadari bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 6, jam pulang kerja sudah berakhir satu jam lalu. Marvin mengangguk dan merapikan dokumen yang cukup berantakan di mejanya.

Sabrina berdiri dan memberi hormat ketika melihat pintu ruangan Marvin terbuka dan memunculkan Marvin dan Saka disana yang menandakan bahwa dirinya sudah dapat meninggalkan kantor karena bos nya sudah akan pulang.

“kosongkan jadwal saya tanggal 4 oktober mulai dari jam 2 siang.” Perintah Marvin sebelum akhirnya melanjutkan langkahnya menuju lift. Sabrina kembali mendudukkan dirinya, menyelesaikan perintah terakhir bosnya sebelum akhirnya melangkah meninggalkan meja kerjanya.

1
Tít láo
Aku udah baca beberapa cerita disini, tapi ini yang paling bikin saya excited!
Michael
aku mendukung karya penulis baru, semangat kakak 👍
Gbi Clavijo🌙
Bagus banget! Aku jadi kangen sama tokoh-tokohnya 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!