NovelToon NovelToon
Kami Yang Tak Dianggap

Kami Yang Tak Dianggap

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita / Balas dendam pengganti
Popularitas:13.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ayumarhumah

Arabella seorang anak perempuan yang menyimpan dendam terhadap sang Ayah, hal itu diawali sejak sang Ayah ketahuan selingkuh di tempat umum, Ara kecil berharap ayahnya akan memilih dirinya, namun ternyata sang ayah malah memilih wanita lain dan sempat memaki istrinya karena menjambak rambut selingkuhannya itu.

Kejadian pahit ini disaksikan langsung oleh anak berusia 8 tahun, sejak saat itu rasa sayang Ara terhadap ayahnya berubah menjadi dendam.

Mampukah Arabella membalaskan semua rasa sakit yang di derita oleh ibunya??
Nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Malam harinya, Ara masih mengurung diri dari kamarnya, ibunya sedari tadi sudah membujuk, namun tidak ada tanggapan sama sekali. Anak kecil itu begitu kekeh menginginkan keberadaan sang ayah, hanya saja perasaan itu diabaikan begitu saja.

  Sorot matanya dasi tadi memandangi jam dinding yang terus berputar dan berdetak, dari pukul enam sore sampai pukul sembilan malam, namun belum ada tanda-tanda papanya pulang.

  Anak itu meremas dadanya, memendam lukanya sendiri, dengan emosi yang membara di dalam hatinya. Mungkin orang dewasa akan menganggap ini hal yang biasa tanpa berpikir betapa sakitnya hati si kecil yang terabaikan.

"Aku benci Papa benci Papa ....," ucapnya dengan nada yang memburuh.

  Tubuh kecil itu hanya menatap nanar ruangan sekitar dengan tatapan sendu, tatapan seorang anak yang sedang menunggu kedatangan ayahnya.

 ☘️☘️☘️☘️

 Sementara di tempat lain di sebuah apartemen mewah, Dirga dan Ika sedang menikmati malam panjangnya tidak peduli dengan perasaan dua wanita yang saat ini tengah terluka karenanya. Mereka asyik dan hanyut dengan malam panasnya.

  "Sayang, sudah ya, malam ini aku harus pulang," ucap Dirga.

  Ika langsung beringsut di dada Dirga. "Mas, kau tahu sendiri kan, jika anak kita ini tidak mau jauh-jauh dari kamu, tolong Mas ngertiin dia," sahut Ika dengan nada manjanya.

  "Tapi Sayang ...," ucapan Dirga langsung terpotong, oleh muntahan Ika.

  "Ueeegh ... ueeeegh ....," Ika langsung beranjak dari ranjangnya.

  Saat ini Ika masuk ke dalam kamar mandi langsung menjalankan aksinya seolah-olah sedang muntah begitu berat. "Mas jika kamu ingin pulang pulanglah," ucapnya dengan nada yang sengaja dibuat lemah.

  Dirga yang diluar kamar merasa tidak tega mendengar ucapan wanita yang saat ini sedang mengandung anaknya itu dan menganggap rengekan Ara hanya sebagai hal yang biasa dilakukan anak kecil pada umunya.

  "Ya sudah Sayang, besok pagi saja aku pulang," ucap Dirga.

  Seketika senyuman licik terpancar dari dalam kamar mandi sana, Ika menyeringai di dalam pantulan cermin itu. "Yes akhirnya aku berhasil."

  ☘️☘️☘️☘️

Pagi harinya sinar mentari mulai masuk menyelinap lewat tirai jendela tipis di kamar Ara, suasana kamar Ara masih sunyi, sama seperti semalam, hanya terdengar Dengkuran halus dari mulut kecil itu.

  Tidak lama kemudian langkah kaki Sena masuk ke kamar sang anak, dengan senyum simpul Sena mulai mendekat sambil membangunkan tidur anaknya.

  "Sayang, sudah pagi ayo bangun," ucap Sena.

  Ara hanya menyahuti dengan berdehem singkat sebelum mengerjapkan matanya, dan yang ia tangkap di ruangan kamarnya hanya sosok ibunya saja. "Ma? Papa mana."

Pertanyaan anak itu membuat Seba bingung, dan tidak tahu harus menjawab apa, padahal tadi malam ia sudah mengirimkan foto anaknya.

 "Nak Papa belum pulang," sahut Sena dengan tatapan sedikit bingung.

  "Kenapa Papa tidak memilih aku, kenapa Ma?" desak anaknya itu.

  "Sayang, bukannya Papa tidak memilih hanya saja dia lagi banyak pekerjaan," sahut Sena, mencoba untuk menutupi hal buruk suaminya dari sang anak.

 Ara menatap ruangan sekeliling seolah enggan melakukan aktifitas, tujuan hatinya hanya satu, ayahnya namun apalah daya anak sekecil dia bisa apa.

  "Nak jangan manyun gitu ya, lebih baik arah mandi dulu sama Bibi, setelah itu Mama antar Ara ke sekolah ya," ucap Sena yang hanya diangguki oleh anaknya.

  Setelah membangunkan anaknya Sena langsung kembali ke dalam kamar, di dalam kamar ia meratapi kesedihan, luka yang masih menganga namun ia sadar kalau dirinya tidak boleh larut dalam kesedihan ini, ada Ara, malaikat kecil yang harus ia jaga.

  Sena mulai meraih handphone untuk menghubungi seorang sahabat yang memang berprofesi sebagai pengacara, dengan mantap tangannya menekan nomor Siska.

   Beberapa detik kemudian, telepon susah diangkat. "Halo Sis, pagi ini kamu sibuk gak?" tanya Sena dengan nada sedikit gugup.

  "Kebetulan banget hari ini aku senggang Sen," sahut Siska dari seberang sana.

  "Ya sudah nanti aku ajak ketemuan mau gak?" ungkap Sena.

  "Mau banget, bukannya akhir-akhir ini kita sudah jarang keluar bareng," sahut Siska.

  "Ok setelah ngantar Ara sekolah kita ketemuan ya," ajak Sena.

  "Kamu atur sendiri deh waktunya, aku ngikut saja," sahut Siska, terdengar semangat.

  "Kita ketemu nanti di kafe biasa," ucap Sena sambil mengakhiri teleponnya.

Sekesai menelpon Sena menarik nafas panjangnya matanya mulai terpejam, ia benar-benar sudah yakin dengan keputusan yang akan diambilnya. Sejenak matanya terbuka, foto pengantin yang masih terpajang delapan tahun lalu, nampak begitu indah, terlihat jelas senyum manis yang terukir penuh cinta, namun harus berakhir karena sebuah pengkhianatan.

"Delapan tahun waktu yang tidak mudah, kita pernah mengalami suka dukanya bersama, aku adalah istri yang menemanimu mulai dari nol, masih ingat ketika aku mengandung anak kita, betapa sibuknya aku membantumu mencarikan klien kesana kemari, sekarang kau sudah sukses, tapi sayang tujuanmu sekarang bukan aku lagi," ucap Sena sambil menatap foto pengantin itu.

Sebisa mungkin Sena harus siap menghadapi semua, di dalam kamus hidupnya perselingkuhan tidak bisa termaafkan, hal yang paling buruk bagi dirinya di saat suami sudah mulai merendahkan kehormatan dirinya dihadapan orang lain, apalagi sudah jelas Dirga sudah berucap 'Sena tidak bisa memberikannya anak perempuan'.

Sena masih masih menatap foto itu tanpa sadar air mata jatuh, namun dengan cepat tangannya mulai mengusap, dan dengan langkah yang bersamaan, pintu kamarnya terketuk.

"Ibu ... Mbak Ara sudah menunggu di depan," ujar Bi Asih lirih.

Sena segera menyudahi kesedihannya, air matanya terlalu berharga untuk menangisi pria yang sudah tidak menghargai cinta dan ketulusannya. "Iya Bi," ucapnya lalu meraih tas dan juga handphone-nya.

Langkah Ki Seba segera keluar dari kamar menuruni anak tangga sedikit berlari, karena ia tidak mau anaknya terlambat, sesampainya di ruang tamu ia sudah melihat sang anak yang sudah rapih dengan seragam sekolah.

"Sayang, maaf ya Mama sedikit terlambat," ucap Sena.

"Gak apa-apa. Ma, sarapan dulu ya," ucap anak perempuannya itu.

Sejenak Sena mulai tersentuh dengan perhatian kecil sang anak. "Mama gak sarapan Nak, karena mau bertemu dengan Tante Siska," sahut Sena dengan lembut.

"Oh begitu, aku hanya takut Mama gak sarapan terus sakit, jangan sakit-sakit ya Ma."

"Gak akan Sayang, Mama selalu kuat untuk anak Mama," sahut Sena segera.

Tanpa membuang waktu, kedua ibu dan anak itu mulai menaiki mobil, di sini Ara masih terlihat murung namun tidak sempurna tadi malam, bahkan anaknya itu masih bisa memberinya perhatian kecil.

"Ma, apa Papa nanti pulang?" tanya anak itu tiba-tiba.

"Mungkin nanti sore, ditunggu saja ya," sahut Sena, dengan senyum getir, karena besar kemungkinan suaminya itu tidak akan pulang.

"Ya sudah," sahut Ara singkat.

Tidak terasa mobil sudah berhenti di depan pagar sekolah, Ara pun dengan sigap meraih tangan ibunya. "Ma Ara sekolah dulu ya," pamit anaknya itu.

"Iya, semoga harimu baik-baik saja," sahut Ara sambil mencium kedua pipi anaknya.

Ara keluar dari mobil, sementara Sena memastikan sang anak masuk ke pintu gerbang baru ia melajukan mobilnya. Tanpa ada yang tahu, sedari tadi Ika sudah menanti di halaman sekolah Ara, entah dengan cara apa wanita itu bisa memasuki sekolah Ara.

"Ara ....," panggil Ika di saat Ara baru sampai dihalaman sekolah.

Ara menoleh heran, ingatannya masih tahan dengan sosok yang berdiri mengenakan dress pendek itu. "Mau apa," sahut Ara sinis.

Ika tersenyum licik, sambil mendekat ke arahnya. "Anak kecil jangan lagi kau ganggu papamu ya, karena saat ini papamu sedang bahagia dengan Tante Ika."

Ara menatap Ika tajam, tangan mungilnya refleks mengepal dengan kuat. "Itu Papa aku, Tante gak boleh ambil papaku," sahut Ara dengan berani.

Ika tertawa kecil. "Oh tidak sekarang papaku bukan hanya milik Ara saja, tapi milik dedek bayi yang ada di dalam perut Tante," bisik Ika. "Ara harus tahu, dari dulu Papa gak suka anak perempuan, dan anak Tante ini merupakan anak laki-laki, anak yang ditunggu-tunggu oleh papamu," imbuh Ika.

Amarah anak itu memuncak mendengar kata-kata menyakitkan dari orang dewasa dihadapannya, mata arah memerah, seolah ingin membalaskan perbuatan orang dewasa itu.

"Tidak! Tante bohong Tante jahat ... Papa tidak mungkin berbuat seperti itu!" teriak Ara sekencang-kencangnya.

Melihat Ara yang histeris security langsung menghampiri. "Ara kenapa?" kata security itu.

"Tante itu jahat, dia ambil Papa Ara, dan dia bilang kalau sekarang Papa Ara sudah gak sayang Ara lagi," adu Ara dengan tangisan yang sudah tidak terbendung lagi.

Security itu langsung ambil tindakan. "Bukannya tadi Mbak bilang Tantenya Ara," ucap security itu dengan nada tegas.

"Bukan dia bukan Tante Ara dia wanita yang mau rebut Papa dari Mama," sahut Ara segera.

Security itu langsung geram, segera ia menahan Ika untuk diperiksa lebih lanjut lagi. Sementara Ara masih menangis hatinya terlalu hancur mendengar ucapan pahit dari wanita yang menjadi selingkuhan papanya.

Be**rsambung** ....

1
Kasih Bonda
next Thor semangat
Lilik Lailiyah
ayo Ara selidiki Ika secepatnya
Kasih Bonda
next Thor semangat
Suanti
ika tukar ank cowok demi hancurkan rmh tangga sena beri ika kena karma 🤭
Kasih Bonda
next Thor semangat
Lilik Lailiyah
Naira Ara Arkan saudarah se ayah
Siti Koyah
ini anak sidirga sama si ika trus d tuker
Rafkah: bodoh si ika..ank ny trsiksa..malah ank org di raja kn.
total 1 replies
Siti Dede
Typonya bertebaran thor
Ayumarhumah: Iya Kak nanti aku revisi. gak tahulah hp keyboard ku😇😇
total 1 replies
Kasih Bonda
next Thor semangat
Bak Mis
apa mungkin ini anak nya wanita pelakor itu yg di tukar itu
Bak Mis
gak tau malu juga nih pelakor 😃😃😃
Kasih Bonda
next Thor semangat
Bak Mis
kenapa gak di tangkap aja tuh orang "jahat itu
Bak Mis
ini pria gak liat gadis itu seperti anak nya sendiri
Bak Mis
nih bocah masih kecil udah b
janji "aja tuh
Bak Mis
lanjut
Bak Mis
nah gitu dong bagus banget Ara,gak seperti mamanya yg masih nungguin
Bak Mis
makanya kalau di kasih rejeki dikit udah banyak gaya
Bak Mis
oh jadi gitu ya ibu mertuanya juga gak sayang sm menantu pertama nya
Bak Mis
akhirnya smg kedepan nya mereka ber3 slalu bahagia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!