NovelToon NovelToon
Pelukan Untukmu ASHILLA

Pelukan Untukmu ASHILLA

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Beda Usia / Gadis nakal / CEO / Duniahiburan / Cintapertama
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: MissSHalalalal

Ashilla, seorang buruh pabrik, terpaksa menjadi tulang punggung keluarga demi menutupi utang judi ayahnya. Di balik penampilannya yang tangguh, ia menyimpan luka fisik dan batin akibat kekerasan di rumah. Setiap hari ia berjuang menembus shift pagi dan malam, panas maupun hujan, hanya untuk melihat gajinya habis tak bersisa.
Di tengah kelelahan, Ashilla menemukan sandaran pada Rifal, rekan kerjanya yang peduli. Namun, ia juga mencari pelarian di sebuah gudang kosong untuk merokok dan menyendiri—hal yang memicu konflik tajam dengan Reyhan, kakak laki-lakinya yang sudah mapan namun lepas tangan dari masalah keluarga.
Kisah ini mengikuti perjuangan Ashilla menentukan batas antara bakti dan harga diri. Ia harus memilih: terus menjadi korban demi kebahagiaan ibunya, atau berhenti menjadi "mesin uang" dan mencari kebebasannya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MissSHalalalal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20 : kepura-puraan

Sinar matahari pagi menyelinap melalui celah gorden, namun kehangatannya tidak mampu mengusir rasa dingin yang masih mendekam di tulang-tulangku. Aku terbangun dengan rasa nyeri di pipi dan perih di telapak tangan yang terbalut kain kasa. Bu Martha sudah tidak ada di sampingku, mungkin ia sedang memeriksa keadaan di luar.

​Saat aku mencoba mendudukkan diri, terdengar ketukan pelan di pintu. Bukan gedoran kasar seperti kemarin, melainkan ketukan ritmis yang ragu-ragu.

​Pintu terbuka perlahan. Erlangga berdiri di sana.

​Ia tidak memakai jas mahalnya. Ia hanya mengenakan kemeja putih dengan kancing atas terbuka dan lengan yang digulung. Rambutnya berantakan, dan lingkaran hitam di bawah matanya menunjukkan bahwa ia tidak tidur sedetik pun semalam. Di tangannya, ia membawa nampan berisi sarapan dan segelas susu hangat.

​Ia melangkah masuk dengan sangat pelan, seolah takut suaranya akan menghancurkanku. Ia meletakkan nampan itu di meja samping tempat tidur, lalu berlutut di lantai di samping tempat tidurku—membuat posisinya lebih rendah dariku.

​"Shilla..." suaranya serak dan hampir tidak terdengar.

​Aku refleks mundur hingga punggungku menabrak kepala tempat tidur. Melihat reaksiku, ia memejamkan mata rapat-rapat, wajahnya tampak kesakitan.

​"Jangan takut. Aku tidak akan menyentuhmu," bisiknya. Ia menatap telapak tanganku yang diperban, lalu beralih ke lebam di pipiku. Untuk pertama kalinya, aku melihat genangan air mata di sudut matanya yang tajam. "Maafkan aku. Aku... aku kehilangan kendali. Aku tidak bermaksud menyakitimu separah ini."

​Ia mencoba meraih ujung jemariku, namun ia segera menarik kembali tangannya sebelum menyentuh kulitku. "Malam tadi adalah neraka bagiku. Membayangkan kau ketakutan karenaku... aku membenci diriku sendiri, Shilla."

​Ia mengambil segelas susu dan menyodorkannya padaku dengan tangan yang sedikit gemetar. "Makanlah sedikit. Ibu bilang kau belum makan apa pun sejak kemarin sore. Aku sudah menyiapkan semua kesukaanmu—maksudku, aku menyiapkan ini untukmu."

​Ada jeda yang aneh saat ia berbicara. Aku tahu dia hampir menyebut nama Sarah lagi. Meskipun dia bersikap manis dan berlutut memohon maaf, sorot matanya tetap sama: sorot mata seseorang yang tidak akan pernah melepaskan mangsanya.

​"Erlangga," suaraku parau. "Biarkan aku pergi. Jika kau memang menyesal, biarkan aku pulang."

​Mendengar kata "pergi", rahangnya mengeras sesaat. Kilat obsesi itu kembali muncul di matanya sebelum ia berhasil menekannya kembali. Ia memaksakan sebuah senyum tipis yang terasa sangat tidak alami.

​"Kita akan bicarakan itu nanti, ya? Sekarang, makanlah. Aku akan menunggumu di sini. Aku tidak akan membiarkan siapa pun mengganggumu lagi. Bahkan diriku sendiri."

​Ia tetap berlutut di sana, menatapku dengan tatapan memuja yang menyesakkan. Ia meminta maaf, tapi ia tidak memberikan kunci pintu. Ia bersikap manis, tapi ia tetap mengurungku dengan kehadirannya.

***

​Perjalanan kembali menuju apartemen terasa jauh lebih menyesakkan daripada saat kami berangkat. Di depan orang tuanya, Erlangga sempat mencium keningku dan menjabat tangan ayahnya dengan janji yang terdengar sangat meyakinkan. Namun, begitu pintu mobil tertutup dan kami hanya berdua, suasana berubah menjadi sunyi yang mencekam.

Erlangga mencengkeram kemudi hingga buku-buku jarinya memutih. Ia tidak bicara, namun deru napasnya yang berat menunjukkan bahwa dia sedang menahan sesuatu yang besar di dalam kepalanya.

Begitu pintu apartemen tertutup dan bunyi kunci yang diputar bergema di ruangan yang sunyi itu, topeng "pria penyesal" yang dikenakan Erlangga di depan orang tuanya luruh seketika. Atmosfer hangat yang sempat ia ciptakan di mobil berubah menjadi sedingin es.

Belum sempat aku melangkah menuju kamar, Erlangga menyambar rambutku dari belakang, menyentakkannya hingga kepalaku terdongak. Aku memekik kesakitan, tanganku refleks memegang tangannya yang mencengkeram erat.

"Kau pikir kau menang, hah?" desisnya di telingaku. Suaranya penuh dengan kebencian yang tertahan. "Kau pikir dengan mengadu pada orang tuaku, kau bisa lepas dariku?"

"Erlangga, sakit... kau sudah berjanji pada mereka—"

"Persetan dengan janji itu!"

Ia menghempaskanku ke lantai marmer yang dingin. Kepalaku nyaris membentur kaki meja. Sebelum aku bisa bangkit, ia sudah berjongkok di hadapanku, mencengkeram rahangku dengan kekuatan yang jauh lebih besar dari sebelumnya. Kuku-kukunya menekan kulitku hingga aku yakin akan meninggalkan bekas baru.

"Mereka mengasihanimu karena mereka tidak tahu apa-apa! Mereka tidak tahu bahwa kau adalah satu-satunya alasan aku bisa tetap waras!" Matanya melotot, memancarkan kegilaan yang murni. "Kau membuatku terlihat lemah di depan ayahku. Kau membuatku terlihat seperti monster di depan ibuku!"

"Tapi kau memang menyakitiku, Erlangga!" teriakku di sela isak tangis.

Plak!

Tamparan kali ini lebih keras, mendarat di sisi wajah yang sama dengan kemarin. Aku jatuh tersungkur, merasakan darah asin mulai merembes dari sudut bibirku yang pecah.

"Aku tidak menyakitimu. Aku membentukmu!" teriaknya. Ia berdiri dan menendang kursi di dekatnya hingga terguling. "Aku membawamu ke sini, memberimu segalanya, hanya agar kau menjadi miliku. Dan apa balasannya? Kau mencoba menghancurkan hidupku dengan drama murahanmu di depan keluargaku!"

Ia menarik kerah gaun biruku—gaun Sarah yang kini mulai tampak kusut dan kotor—memaksaku berdiri dan menyeretku menuju sebuah ruangan kecil di sudut apartemen yang biasanya terkunci. Itu bukan ruang kerja, melainkan gudang kecil yang gelap.

Ia melemparkanku ke dalamnya.

"Karena kau tidak bisa menghargai kebebasan yang kuberikan di rumah ini, maka kau tidak akan mendapatkannya lagi," katanya sambil berdiri di ambang pintu. "Jangan harap bisa melihat matahari atau bicara pada siapa pun sampai aku merasa kau sudah cukup 'jinak' untuk menjadi Sarah-ku kembali."

"Erlangga, tolong! Jangan kunci aku di sini!" aku memohon, merangkak menuju kakinya.

Ia hanya menatapku dengan tatapan kosong, seolah aku bukan lagi manusia, melainkan barang rusak yang perlu disimpan. "Ibu dan Papa tidak akan datang menolongmu di sini, Shilla. Di sini, hanya ada aku. Dan kau akan belajar bahwa melawanku adalah kesalahan terbesar dalam hidupmu."

Brak!

Pintu dibanting tertutup. Kegelapan total menyergapku. Aku bisa mendengar bunyi kunci diputar berkali-kali, diikuti oleh langkah kakinya yang menjauh dan suara musik klasik yang diputar dengan volume keras di ruang tengah—sengaja dilakukan agar teriakan mintatolongku tidak terdengar keluar.

***

Bersambung...

1
partini
Erlangga kau buang Berlian kau ambil batu kali
partini
ehhh nongol tuh Kunti,kata mati kecelakaan?
wah ga mati ini cuma pergi ma lelaki lain ,,
kalea rizuky
tolol harusnya lu sebagai orang tua jujur biar erlangga gk goblok lagi
partini
ahhh jadi seperti itu ,hemmm maklum lah cinta mata MEREM hati tertutup jadinya y agak ni BEGE PLUS IDIOT tetang cinta ,ya susah ga bakal percaya apa lagi tuh sarah dah methong terkecuali ada video Ina inu
partini
Erlangga ko bisa jadi kaya gitu karena wanita,,saking cintanya atau saking dalam lukanya sih Thor aku ngeh bacanya kah
kalea rizuky
biarin ibumu mati bapak mu mati qm bebas sila goblok
kalea rizuky
keluarga tolol. ini. novel paling konyol yg q baca
kalea rizuky
lu yg aneh sila uda tau orang gila lu berkorban demi ibu lu yg goblok itu
kalea rizuky
ibuk goblok
kalea rizuky
emakmu aja gatel tkut kehilangan laki. mokoondo biar aja di penjara lahbuk suami. g guna mati aja lu biar anakmu bebas keluar dr situ jd ibu nyusain doank lu
kalea rizuky
bodoh itu ibumu laki. goblok. kok di piara cerai lah nyusain anak aja buk lu itu
Meris
Maaf thor kalimat perkalimat Ashilla terlalu mendramatisir...
MissSHalalalal: terima kasih banyak atas sarannya kak. akan aku di perbaiki di bab berikutnya🙏
total 1 replies
Meris
Shilla ini aneh .lha wong dia yg menyerahkn diri...koq malah dia yg penuh drama
partini
aku baca sinopsisnya udah nyesek mulai baca bab satu Weh tambah nyesek
MissSHalalalal: jangan lupa baca sampai akhir ya kak🙏
total 1 replies
Iis Amoorea
panggung kehidupan....bikin mewek
MissSHalalalal: terimakasih kak🙏 semoga suka dengan karya saya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!