NovelToon NovelToon
Katakan, Aku Villain!

Katakan, Aku Villain!

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Keluarga / Antagonis / Romantis / Romansa / Balas Dendam
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Amha Amalia

*
"Tidak ada asap jika tidak ada api."

Elena Putri Angelica, gadis biasa yang ingin sekali memberi keadilan bagi Bundanya. Cacian, hinaan, makian dari semua orang terhadap Sang Bunda akan ia lemparkan pada orang yang pantas mendapatkannya.

"Aku tidak seperti Bunda yang bermurah hati memaafkan dia. Aku bukan orang baik." Tegas Elena.

"Katakan, aku Villain!"

=-=-=-=-=

Jangan lupa LIKE, COMMENT, dan VOTE yaaa Gengss...
Love You~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amha Amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Villain Chapter 20

*

Waktu terus berjalan, Keyra melangkahkan kaki memasuki Cafe tempat bekerja menggantikan Elena. Dapat ia lihat Nia sudah sampai disana, bahkan sudah berganti seragam pelayan.

"Mba, maaf aku agak terlambat." Ujar Keyra menghampiri Nia setelah ia meletakkan tasnya, bersiap untuk berganti seragam.

Nia menoleh, menatapnya dengan ekspresi yang sulit di jelaskan "Kamu tidak terlambat, tapi--..."

"Tapi apa?" Tanya Keyra, ia tidak mengerti.

"Kenapa kamu datang? Bukannya sudah berhenti?" Balik tanya Nia membuat Keyra makin mengernyitkan kening merasa bingung.

Belum sempat Keyra bertanya lagi, Pak Tobby selaku Manager Cafe menghampiri mereka "Pak..." Ucap Keyra dan Nia bersamaan untuk menyapa.

Pak Tobby hanya berdehem, ia menatap Keyra "Kamu tidak perlu menggantikan Elena bekerja."

Keyra terkejut "Kenapa?"

"Apa Elena tidak memberitahumu? Dia baru saja mengabari jika dia mengundurkan diri karena kondisinya tidak memungkinkan untuk bekerja." Tutur pak Tobby, ia baru saja menerima telefon dari Elena.

"A-apa?! Mengundurkan diri?" Keyra makin terkejut juga tak percaya "Tidak mungkin. Lagipula saya menggantikannya bekerja, jadi dia hanya beristirahat sementara tapi setelah pulih dia akan kembali kesini."

Pak Tobby menggeleng "Dia bilang mengundurkan diri agar kamu tidak mengganti pekerjaannya. Mungkin dia tidak enak sama kamu, makanya memilih mundur daripada merepotkanmu."

"Bener banget pak, Elena tidak suka merepotkan orang lain. Jadi sudah pasti dia mundur karena kakinya belum sembuh total." Nia menimpali ucapan Pak Tobby, ia sangat tahu bagaimana karakter rekan kerjanya itu.

Keyra masih terdiam, ia mencerna semuanya. Jika ia terus bertanya disini maka tidak akan dapat jawaban yang ingin ia dengar. Hanya Elena seorang yang mampu menjelaskan semuanya.

"Sayang sekali dia mengundurkan diri, padahal dia sangat pekerja keras." Gumam Pak Tobby mendapat anggukan dari Nia.

"Maaf Pak, saya permisi dulu." Ucap Keyra sambil meraih tasnya, ia menundukkan kepala sebagai rasa hormat kemudian segera pergi meninggalkan Cafe itu.

Mobil milik Keyra melaju pesat membelah jalanan kota, di raihnya benda pipih kecil lalu mencoba menghubungi seseorang yang ia ingin temui.

"El, angkat dong." Gumamnya mendengar suara dari ponsel yang menandakan panggilan terhubung namun belum juga di angkat sama orang tersebut. "Haishhh..."

Terlalu kesal, ia menambah kecepatan agar cepat sampai di rumah sederhana Elena.

*

"Bunda tidak masalah kan?" Tanya Elena menatap Bundanya.

Dia bersama Bundanya kini sedang duduk di ruang tamu untuk berbincang. Elena memberitahu jika dia sudah tidak bekerja di Cafe.

"Tidak. Lagipula memang seharusnya kamu fokus belajar biar Bunda yang bekerja." Tutur Nayla lembut "Penghasilan Bunda dari jualan kue itu lebih dari cukup untuk keseharian kita, dan Bunda masih bisa menyisihkan sisanya untuk keperluan kampus kamu."

Elena tersenyum tipis "Setelah kaki El sembuh nanti, El pasti akan cari kerja yang baru buat bantu Bunda."

"Jangan terlalu di pikirkan, saat ini fokus saja pada kesembuhanmu."

Senyuman di bibir Elena makin terlihat, ia tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya memiliki Bunda sebaik Bunda Nayla. Tidak peduli bagaimana orang lain menilai Bundanya, bagi Elena Bunda Nayla itu Malaikat di kehidupannya. Ia bisa memastikan jika orang yang sudah menyia-nyiakan Bundanya adalah orang paling bodoh di dunia. Ia tidak sabar membuatnya menyesali semua perbuatannya, ia ingin melihat orang itu bertekuk lutut di hadapan sang Bunda untuk meminta maaf. Jika itu terjadi, ia pastikan Bundanya tidak akan pernah memaafkan orang itu.

Penderitaan Bundanya selama bertahun tahun tidak sebanding dengan ucapan maaf saja. Jika ada pepatah mengatakan Darah di balas dengan darah, Nyawa di balas dengan nyawa. Maka Penderitaan Bundanya juga harus di balas dengan penderitaannya. Biarlah orang berpikir dia jahat karena pendendam, tapi baginya... Karma itu nyata.

"Assalamu'alaikum."

Lama mereka disana, terdengar suara ketukan pintu serta salam dari luar pintu. Elena tentu tahu siapa pemilik suara itu.

"Wa'alaikumsalam. Siapa ya?" Sahut Nayla lalu bergumam, ia berdiri berniat membuka pintu. Namun belum sempat melangkah, putrinya itu memanggilnya.

"Bun, itu pasti Keyra." Ucap Elena.

"Keyra? Teman barumu?" Tanya Nayla memastikannya.

Elena tak mengiyakan juga tak membantahnya "Jika dia mencariku, katakan saja aku sedang tidur dan tidak mau di ganggu."

"Kenapa? Kamu ingin Bunda berbohong?" Nayla tak mengerti.

"Bun, kali ini saja." Pinta Elena dengan menatapnya penuh permohonan.

Nayla merasa bingung, namun melihat sikap Putrinya bisa ia tebak jika putrinya itu sedang ada masalah dengan teman barunya. Beralasan tidur, tidak mau di ganggu bukankah sama saja dia tidak ingin menemuinya, dia sedang marah.

Nayla bergegas membuka pintu saat mendengar Keyra yang terus mengucapkan salam dan sesekali mengetuk pintu akibat tak kunjung di buka. Sedangkan Elena masih duduk memperhatikan dari ruang tamu.

"Wa'alaikumsalam." Ucap Nayla setelah membuka pintu dan dapat ia lihat gadis cantik seumuran putrinya berdiri di hadapannya.

"Tante." Keyra segera menyalami Nayla dengan sopan, Nayla sendiri tersenyum lembut melihat kesopanannya. "Maaf mengganggu, apa Elena ada?"

Nayla melirik ke dalam sekilas, ia melihat Elena memberi isyarat agar mengatakan apa yang ia minta barusan. Di hembuskannya nafas panjang, Nayla terpaksa berbohong "El sedang tidur."

Apakah Keyra percaya? Tentu saja tidak. Ia bisa melihat jika Nayla saat ini berbohong karena sesekali terlihat Nayla melirik ke dalam. Dapat dia pastikan jika Nayla orang yang sangat jujur, jadi sekali berbohong pasti akan terlihat gelagatnya.

"Dia tidak mau menemuiku?" Tanya Keyra membuat Nayla kebingungan bagaimana harus menjawabnya "Tolong katakan padanya, ada yang ingin ku bicarakan."

Elena mendengarnya, ia memutar bola mata malas serta menghembuskan nafas kasar. Salah besar dia meminta Bundanya berbohong. Sepertinya ia harus memberi les privat pada Bundanya agar lancar berbohong.

Nayla tak tahu lagi harus berbuat apa, di tutupnya rapat pintu itu agar tak melihat kekesalan Putrinya karena gagal berbohong. Kemudian ia menatap Keyra "Kalian ada masalah?"

Keyra terdiam, ia sendiri bingung bagaimana harus menjelaskannya. Ia yang bersalah disini "Iya, aku melakukan kesalahan padanya."

Dapat Nayla lihat sorot mata Keyra yang sangat merasa bersalah "Kesalahan apa? Kenapa El bisa semarah itu?"

Bukannya menjawab, Keyra hanya diam. Dia benar-benar bingung, mana mungkin dia bilang sudah mengatai Elena juga sudah mendorong Elena sampai jatuh dan lukanya kembali berdarah. Bisa-bisa nanti dia akan langsung di usir sama Bundanya Elena sebelum dia minta maaf sama Elena.

Nayla kini di buat bingung, sepertinya memang masalah mereka cukup serius. "Kamu duduk disini dulu, biar tante coba panggil Elena buat menemuimu."

"Apa tante yakin El akan menemuiku?" Tanya Keyra dengan antusias. Nayla manjawabnya dengan anggukan. "Terimakasih."

"Tapi jika Elena kekeh tidak mau menemuiku, jangan paksa dia. Aku akan pergi dari sini." Lanjut Keyra, ia takut Elena semakin marah padanya karena memaksa untuk bertemu. Tapi jika tidak di paksa, artinya dia tidak akan ada kesempatan untuk meminta maaf langsung.

"Tunggulah sebentar." Ucap Nayla, ia kembali masuk kedalam rumah. Sedangkan Keyra duduk di bangku yang ada di teras rumah.

Elena melihat Bundanya masuk berjalan menghampirinya "Tidak." Ucapnya sebelum Nayla membuka suara, ia sudah mendengar percakapan mereka.

"Setidaknya temui dia sebentar, Bunda tidak tega melihatnya memohon dan dia sepertinya sangat merasa bersalah." Ujar Nayla mencoba memberi pengertian pada putrinya.

"Bukan hanya dia, pada semua orang juga Bunda tidak tega. Bahkan jika orang yang membuat Bunda menderita seketika mendapat karma juga El yakin Bunda tidak tega." Elena sangat tahu bagaimana sifat Bundanya itu yang sangat lemah lembut meski sudah di jahati orang.

Nayla menghembuskan nafas panjang, ini sedang membicarakan Keyra tapi kenapa putrinya malah membahas hal lain. "Jika kamu tidak ingin dia disini, maka kamu usir dia sendiri."

"Bunda saja yang usir."

"Bunda tidak tega." Jawab Nayla cepat, membuat Elena berdecak kesal namun hanya di tanggapi kekehan kecil seolah meledeknya "Sudah sana, sebentar saja. Tidak baik membuat tamu menunggu terlalu lama."

"Tamu tak di undang." Cibir Elena mengerucutkan bibirnya kesal.

"Elena sayang..." Nayla tersenyum penuh arti.

"Iya Bunda iya. Aku temui dia oke." Ucap Elena, jika sudah melihat senyuman mematikan Bundanya membuat dia tidak bisa berkutik. Ia paling tidak bisa membantah Bundanya. Yeaahhh... Ia anggap Keyra pintar, karena meminta tolong langsung pada Bunda malaikatnya. Sepertinya ia tahu jika dirinya tidak akan bisa menolak permintaan Bundanya.

Di teras rumah, Keyra yang sedang duduk langsung saja berdiri melihat Elena keluar dari rumah "Aku senang kamu mau menemuiku." Ucapnya tersenyum.

"Sudah ketemu kan? Sana pulang." Usirnya melirik Keyra malas.

"El, tidak baik mengusir tamu." Nayla keluar sembari membawakan dua gelas es teh, satu teko minuman juga cemilan untuk Putrinya dan tamunya. "Duduklah, maaf jika hidangannya sederhana."

"Terimakasih Tante." Ucap Keyra tersenyum canggung, dapat ia rasakan hawa tak enak dari tatapan Elena.

Elena menatap Bundanya dengan kesal, tadi Bundanya bilang jika ingin mengusirnya maka usir sendiri. Sekarang saat berusaha mengusir, malah Bundanya menyajikan minuman untuknya yang artinya juga akan membuat Keyra lama disana. "Bunda--..."

"Berbincanglah, minuman dingin bisa mendinginkan kepalamu." Ujar Nayla sedikit berbisik pada Putrinya.

Elena ingin sekali mengumpat, tapi sadar itu Bundanya. Dia tidak mau jadi anak durhaka. Sedangkan Keyra hanya bisa menahan senyum, baginya ibu dari Elena itu sangat lucu. Menyenangkan jika keluarganya seperti keluarga mereka.

Di liriknya Keyra dengan malas, Elena terpaksa duduk begitupun dengan Keyra yang kini duduk di depan Elena. Sorot mata Elena menatap Keyra intens, seperti ingin sekali menerkamnya hidup-hidup. Keyra sendiri merasakan hawa tak bersahabat membuat dirinya canggung dan bingung bagaimana harus memulai bicara.

Di seruput es teh dalam gelas miliknya hingga habis untuk menghilangkan rasa gugup. Elena yang melihat bagaimana gugupnya Keyra hanya karena ia tatap, mengalihkan pandangannya mencoba menahan tawa. "Pufftt..."

Keyra tak sengaja mendengarnya, ia menatap Elena "Apa kamu tertawa?"

"Tidak." Elak Elena dengan cepat, ia berpura-pura terbatuk agar tak ketahuan "To the point saja."

Di tariknya nafas panjang, lalu menghembuskan perlahan sebelum Keyra memulai bicara.

"Maaf."

.

~Bersambung~

*-*-*-*-*-*-*-*-*

Jangan lupa LIKE, COMMENT dan VOTE Yaaa Gengss...

Love You~

1
Nur Haswina
apa mungkin dia saudara kembar terpisah satu ikut mamanya satu lagi ikut papahnya
•🌻 𝓼𝓾𝓷𝓯𝓵𝓸𝔀𝓮𝓻𝓼 🌻•
yaa kukiri chatstory🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!