Ramuan Pemikat Wanita

Setelah tadi kembali ngobrol sejenak dengan dua teman barunya, Surya pun memutuskan untuk pulang bersama dua teman wanita yang mengaku bernama Nuri dn Nadia.

Mereka pulang dengan beriringan hingga Surya menyakini kalau dua wanita itu memang penghuni rumah kosong di sebelah rumah Pak Rt.

Menurut informasi yang didapat, mereka baru dua minggu tinggal di kontrakan tersebut, karena jaraknya lebih dekat dengan tempat kerja mereka.

Kedua wanita itu juga belum lama ini kerja di rumah sakit dan sebelum mereka tinggal di lokasi yang dekat dengan rumah Surya, keduanya sudah pernah tinggal di tempat lain selama dua bulan.

"Kamu kenal orang-orang yang ngontrak di sana?" tanya Emak ketika anaknya menghampiri wanita itu di warung.

Tadi Emak sempat menyaksikan anak bungsunya tersenyum dan saling berpamitan waktu melewati jalan di depan warung emak.

"Baru kenal tadi, Mak, waktu di lapangan," jawab Surya sambil mencomot bakwan dan melahapnya. "Tadi tuh mereka mendekatiku karena merasa kenal sama aku."

Sang emak langsung menatap anaknya dengan segala rasa penasaran yang terpancar di kedua matanya. "Mereka kenal kamu dari mana?"

"Katanya mereka sering belanja di sini. Maka itu, tadi mereka memberanikan diri menghampiriku gara-gara sering lihat sering lihat aku di sini," ujar Surya.

"Mereka mendekati kamu?" balas Emak yang sedari duduk santai karena tidak ada pembeli. "Apa mereka suka sama kamu?"

Surya sontak tersenyum. "Bukan," bantahnya. "Tadi waktu di lapangan ada anak-anak remaja yang gangguin mereka. Terus mereka mendatangiku minta perlindungan karena merasa paham wajahku. Begitu."

"Oh..." balaa emak. "Terus motor kamu kenapa belum diganti?"

"Astaga! Aku lupa," Surya sontak terperangah. "Mak, ada botol bekas nggak? buat beli bensin."

"Tuh, sebelah sana," ucap Emak sambil menunjuk ke arah sebelah warung.

Surya pun langsung bangkit mencari botol bekas yang bisa digunakan untuk membawa bensin satu liter.

Sebelum berangkat, dia terlebih dahulu masuk ke dalam kamar untuk mengambil dompet dan ponselnya. Agar tidak terlalu repot, Surya memilih membawa tas slempang yang sering dia gunakan jika hendak pergi.

"Cowok itu mau kemana?" ucap seseorang yang diam-diam mengawasi gerak-gerik Surya sejak berada di lapangan. Sepertinya dia juga mengikuti Surya sampai ke rumah anak itu.kali ini sosok tersebut kembali dibuat penasaran ketika matanya menangkap anak muda itu hendak pergi lagi.

"Duh, kaya gini banget sih pengin kenal sama cowok itu," keluh sosok tersebut sambil menyalakan mesin motor yang dia kendarai untuk mengikuti Surya. "Kalau bukan karena tadi dia pamer keriak di lapangan, nggak bakalan aku sampai penasaran."

Surya sendiri nampak melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Alih-alih pergi ke pom bensin untuk membeli bahan bakar, Surya justru lebih memilih menghampiri penjual bahan bakar motor eceran biar prosesnya tidak terlalu lama.

Begitu bensin sudah didapatkan, Surya kembali melajukan motornya menuju ke rumah wanita yang tertatik dengan ketiaknya.

Tanpa Surya sadari, tak jauh dari dirinya, ada sosok yang terus mengikuti hingga sosok itu agak terkejut kala Surya sampai di tempat tujuan.

"Cewek lagi?" gumam sosok itu. "Apa itu pacarnya juga? Kok mereka kelihatan akrab banget," gumam sosok itu menerka-nerka. "Lah, mereka masuk, tuh! Duh, pada mau ngapain mereka?"

Sayang sekali wanita itu tidak bisa berbuat apa-apa. Dia memilih diam dengan segala pemikiran yang cukup berkecamuk.

"Kenapa aku jadi kaya orang gila gini sih," gumam sosok itu lagi. "Gara-gara tertarik sama ketiak cowok, kenapa bisa sampai kaya gini banget." Meski heran dengan tingkahnya sendiri, sosok itu tetap berada di tempatnya.

hingga mata wanita itu kembali berbinar kala melihat sosok yang dia ikuti keluar dari rumah. "Aku harus bagaimana, supaya aku bisa kenal sama dia?" Sosok itu langsung berpikir keras mencari cara demi sebuah tujuan yang sangat aneh.

"Oh, aku tahu," tak butuh waktu lama, sosok itu akhirnya menemukan ide dan dia memperhatikan anak muda yang dia ikuti akan bergerak ke arah mana. Setelah yakin Surya akan bergerak ke arah yang mana sosok tersebut pun langsung bergerak untuk menjalankan rencananya.

"Aku sudah masak banyak buat ngajak kamu makan bareng, malah kamu cepet datang sebentar doang," ucap wanita bernama Fiza ketika Surya hendak pergi.

Wanita itu memasang wajah cemberut sebagai tanda kalau apa yang dia rencanakan tidak sejalan dengan kenyataan yang ada.

"Lain kali deh, Mbak," balas Surya merasa tak enak hati karena sudah berbohong disaat dia mendapat tawaran makan bersama.

"Lain kalinya kapan?" ucap Fiza lagi. "Belum tentu juga, kita bakalan ketemu lagi setelah ini. Apa lagi kamu tahu aku tertarik dengan bulu ketiak kamu, Pasti kamu bakalan semakin enggan main ke rumahku."

"Astaga, bukan begitu, Mbak," Surya pun merasa terpojok. Tapi salah satu alasan yang membuat dia menolak makan di rumah Fiza, karena dia masih panik dengan pengakuan wanita itu semalam.

Harusnya Surya senang, dengan alasan menyukai ketiak, dia bisa memanfaatkan hal itu untuk mendekati wanita. Namun entah kenapa, Surya justru takut jika meladeni wanita itu dia akan melangkah terlalu jauh.

Jika sekedar menikmati bibir wanita, Surya tidak mungkin mempermasalahkannya karena dia pernah melakukanya saat masih memiliki pacar.

Namun untuk melakukan hubungan yang lebih jauh lagi dengan wanita, sampai saat ini Surya hanya berani melakukannya di dalam mimpi dan khayalan saja.

"Ya udah ya, Mbak, aku pulang dulu," Surya pamit kembali. "Aku takut bosku nungguin." ucapnya terpaksa kembali berbohong.

Surya tadi menolak ajakan Fiza dengan alasan pekerjaannya dan untuk detik ini dia harus menyempurnakan kebohongannya.

Fiza mempersilahkan dengan wajah yang sukar diartikan. Surya yakin wanita itu tidak merelakannya untuk pergi. Tapi Surya memilih tak peduli.

Surya segera melajukan motornya dengan kecepatan sedang, dan belum lama dia meninggalkan rumah Fiza, matanya menangkap sosok wanita sedang menuntun motor di tepi jalan.

Surya ingin bersikap acuh, tapi ketika sosok itu menoleh ke arah jalan yang dia lalui, Surya merasa sosok wanita itu pasti sedang kesusahan dan membutuhkan pertolongan. Surya pun berinisiatif mengurangi kecepatan motornya dan mendekati sosok itu.

"Motornya kenapa, Mbak?" tanya Surya begitu jaraknya sangat dekat bahkan posisinya berada di sisi kanan motor yang dituntun seorang wanita. "Bannya bocor?" tanya surya lagi kala melihat ban motor tersebut.

"Iya, Mas," jawab sosok wanita dengan wajah sedih. "Ini lagi nyari bengkel tapi nggak ketemu dari tadi.

Surya lantas tersenyum. "Daerah sini memang jarang ada bengkel, Mbak," ucap Surya. "Mbak tunggu sini aja, nanti biar aku telfon temanku yang kerja dibengkel suruh ke sini."

Wanita itu pun langsung tersenyum dan dalam hatinya dia bersorak kegirangan karena rencananya hampir berhasil.