"Tidak ada pengajaran yang bisa didapatkan dari ceritamu ini, Selena. Perbaiki semua atau akhiri kontrak kerjamu dengan perusahaan ku."
Kalimat tersebut membuat Selena merasa tidak berguna menjadi manusia. Semua jerih payahnya terasa sia-sia dan membuatnya hampir menyerah.
Di tengah rasa hampir menyerahnya itu, Selena bertemu dengan Bhima. Seorang trader muda yang sedang rugi karena pasar saham mendadak anjlok.
Apakah yang akan terjadi di dengan mereka? Bibit cinta mulai tumbuh atau justru kebencian yang semakin menjalar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LyaAnila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 20: Perlahan Mulai Terungkap
Setelah kurang lebih tiga jam terpengaruh alkohol, Bhima kali ini sudah berhasil mengumpulkan nyawanya yang terbang kemana-mana tadi. Namun, kepalanya masih berat karena efek minuman ber botol-botol itu nampaknya, akan tetapi pikirannya perlahan mulai berjalan kembali.
"Eungh.... Dimana gue sekarang. Di neraka kah?" gumam nya.
"Neraka-neraka pala lu peang. Lu di apartemen. Bangun lu, jangan mabuk terus. Lu tu mau bantuin Selena buat keluar dari lingkaran iblis ini nggak sih?" Kata Dion tegas pada Bhima yang masih linglung.
Bagas sadar dengan kebingungan Bhima dan akhirnya memberikan data-data penting mengenai kasusnya dengan kasus Selena. Melihat data-data tersebut, Bhima geleng-geleng kepala. Kok bisa sejahat itulah sama dia dan Selena. Selena, tidak salah apa-apa seolah dikambinghitamkan oleh orang yang tak bertanggungjawab.
Tanpa sadar, Bhima meremas kertas yang berada di genggamannya. Untung saja Bagas memiliki salinan nya. Kalau tidak, entahlah dia mau nolongin Bhima kek gimana. Orang bukti validnya udah dihancurkan dia secara tidak langsung.
"Jangan ganggu dia, brengsek. Urusan lu sama gue, jangan sangkut-pautkan orang lain buat hancurkan reputasinya," batinnya. Ingin rasanya Bhima langsung menemui orang yang membuat kekacauan ini. Tapi Dion dan Bagas mencegahnya.
Bagas masuk kembali ke ruang kerja Bhima, mengambil laptop Bhima dan keluar menenteng laptop yang sudah nyala. Ketika laptop itu sudah berada di depan mereka, terpampang jelas data, waktu posting dan gaya narasinya sangat bagus.
"Ya, orang yang dulu lu bantu sampai dia mujur terus sahamnya, malah sekarang dia yang mau jatuhin karier lu sendiri," ujar Dion.
"Kalau misalkan soal reputasi doang, pasti nggak sampai sejahat ini. Gue yakin, dia punya niat terselubung," tambah Dion.
"Nggak lah. Kalau menurut gue dia itu digerakkan oleh seseorang. Seseorang yang sama kuatnya sama Bhima."
Mendengar pendapat dari kedua sahabatnya, Bhima berpikir keras. Siapa orang yang sedang bermasalah dengannya akhir-akhir ini. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya satu nama keluar.
"Ah ya, gue tau tersangka nya siapa. Dia adalah Gatra Daraksha Maheswara. Akhir-akhir ini gue sama dia emang lagi nggak baik-baik aja karena atasan lagi nilai kita buat jadi direktur."
Keduanya terperangah dengan respon Bhima. Dia mau dipromosikan sedangkan kedua sahabatnya nggak tau. The real diam-diam menghanyutkan. Setelah terperangah dan memperhatikan data yang diberikan oleh Bagas, mereka pun kembali melanjutkan diskusi.
******
"Eh, Bhima. Lu inget nggak kejadian yang di PawPaw Cafe? Yang setelah itu muka lu jadi kek zombie?" Tanya Dion setengah meledek. Karena kalau nggak diselingi guyonan nanti malam makin nggak bisa mikir.
"Ya, kenapa?"
"Sebelum Selena keluar dan lu juga keluar, gue emang lihat ada laki-laki berpakaian serba hitam yang keluar dari cafe itu. Dan setelah dia keluar, lu sama Selena ribut." Tambah Dion.
"Oke. Jadi apa rencana yang harus gue lakukan ini?"
Mereka diam, suasana senyap sempat menguasai unit apartemen Bhima. Lalu, tak butuh waktu lama, Dion terpikirkan oleh sesuatu.
"Kita harus pura-pura nggak tau aja Bhim, Gas. Biarkan dia memainkan akal bulusnya terlebih dahulu. Nanti kalau dirasa sudah waktunya ni. Baru kita serang dia. Kalau gue kek gitu, gimana kalau dari kalian berdua?" Tanya Dion.
"Dan untuk saat ini, gue minta tolong lu jangan dekat-dekat dulu sama Selena. Selain biarkan dia tenangin pikirannya, kita juga harus ngubek-ngubek bukti kalau misalkan benar Gatra main sendiri atau dia juga minta tolong orang di kantor Selena. Karena Gatra nggak mungkin main sendiri, dia mungkin main sama orang di kantor Selena," tambah Bagas.
Bhima hanya mengangguk mengiyakan meskipun terasa sangat berat.
"Maaf Selena, gue bawa sial buat lu. Tapi gue janji, gue bakal selamatkan karier lu," batin Bhima.
*****