NovelToon NovelToon
DIA SUAMIKU BUKAN MILIK MU

DIA SUAMIKU BUKAN MILIK MU

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Keluarga / Romansa / Pihak Ketiga / Suami amnesia / Dokter
Popularitas:130.9k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Abang janji akan kembali ‘kan? Berkumpul lagi bersama kami?” tanya Meutia Siddiq, menatap sendu netra suaminya.

“Iya. Abang janji!” ucapnya yakin, tapi kenyataannya ....

Setelah kabar kematian sang suami, Meutia Siddiq menjadi depresi, hidup dalam kenangan, selalu terbayang sosok yang dia cintai. Terlebih, raga suaminya tidak ditemukan dan dinyatakan hilang, berakhir dianggap sudah meninggal dunia.

Seluruh keluarga, dan para sahabat juga ikut merasakan kehilangan mendalam.

Intan serta Sabiya, putri dari Meutia dan Ikram – kedua gadis kecil itu dipaksa dewasa sebelum waktunya. Bahkan berpura-pura tetap menjalani hari dimana sang ayah masih disisi mereka, agar ibunya tidak terus menerus terpuruk, serta nekat mau bunuh diri, berakhir calon adik mereka pun terancam meninggal dalam kandungan.

Dapatkah Meutia beserta buah hatinya melewati badai kehidupan?
Bagaimana mereka menjalani hari-hari berat itu ...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20 ~ Menagih Janji

“Dek Gauzan, Mamak pergi kerja dulu ya? Nanti pas pulang, mau dibeliin apa?” Meutia mengelap ingus cair yang keluar dari hidung putranya.

Netra polos Gauzan memandang sedih, air mata menggenang di pelupuk. Keningnya terdapat kompres penurun panas. Dia demam efek di vaksin kemarin hari. Tangannya meraba benda di dahi, memberi tahu sang ibu kalau dirinya sakit. “Ini ium.”

Meutia tersenyum lebar, memandang penuh kasih sang anak yang digendong kain panjang oleh asisten rumah tangganya. “Oh Adek minta cium ya biar cepat sembuh?”

Kala Gauzan mengangguk, langsung saja dia kecup seluruh wajah putranya. “Hust hus … cepat pergi ya demam, supaya adik Gauzan Rasyid bisa main dan kembali ceria.”

“Aamiin,” Makcik yang menjawab.

“Makcik, saya titip Gauzan sebentar ya? Semisal panasnya tak turun dan dibarengi muntah-muntah, tolong langsung bawa ke puskesmas,” pintanya lembut.

Wanita berumur kisaran empat puluh tahunan, berkerudung merah pekat mengangguk. “Kau tenang saja Tia. Hati-hati bawa keretanya (motor).”

Ibu dari tiga orang anak itupun berjalan menuruni teras rumahnya. Penampilannya jauh dari kata feminim. Dia seperti kembali ke masa gadis – membantu abangnya mengelola perkebunan karet.

Meutia mengenakan celana jeans tidak terlalu ketat, sepatu boots. Kaos lengan panjang kebesaran, penutup kepalanya memakai pashmina dan topi hitam.

Bukan mobil tumpangannya melainkan motor trail, kendaraan yang cocok untuk dibawa naik turun bukit menyusuri perkebunan karet miliknya.

Hari ini adalah waktunya panen getah karet, dan Meutia akan turun kelapangan. Menemani tujuh pekerja penyadap getah menimbang hasil produksi dan menggaji mereka.

Motor sport itu melaju sedikit kencang, Meutia mahir mengendarai kendaraan roda dua dan empat, membawa truk pun dia bisa.

Hidup dikampung, memiliki abang yang menjalankan bisnis keluarga dari mulai pengepul sayur mayur, membuka warung sembako, memiliki belasan hektar kebun karet, belum lagi ladang, dan juga peternakan Lembu serta Kambing – membuat seorang Meutia tak lantas manja dikarenakan bergelimang harta.

Sebaliknya dia tak malu, membuang jauh-jauh yang namanya gengsi. Sebisa mungkin meringankan beban abangnya disela-sela menempuh pendidikan, membantu mengecek kebun dan hasil panen.

Kini dirinya telah menjadi seorang ibu. Wanita yang terbiasa diratukan oleh suaminya, seolah kembali menjadi sosok tangguh bukan hanya dirumah saja, tapi juga dilapangan demi menjamin masa depan buah hatinya aman.

.

.

“Sabiya, sini naik ke punggung Abang!” Zain berjongkok di depan gadis yang terlihat lesu.

“Tak usah, Bang. Aku berat, nanti Abang capek.” Dia menggeleng – entah kenapa hari ini badannya sedikit lemas.

“Tak apa, nanti bisa gantian dengan bang Zeeshan, dan Kamal. Jadi tak terasa lelahnya. Ayo cepat! Perjalanan kita masih jauh loh.”

Sabiya tak lantas setuju, dia melihat dulu sang kakak yang menggendong dua tas, miliknya dan kepunyaan saudari kandungnya. Ketika Intan mengangguk, baru dirinya mau naik ke punggung abang sepupunya.

Anak kampung Jamur Luobok, sedang berjalan kaki berkilo-kilo meter melewati jalan besar diapit oleh perkebunan karet.

Mereka baru pulang sekolah, dan sering berjalan kaki bersama-sama. Terkadang mereka sendiri yang menolak dijemput kala selesai jam belajar. Dikarenakan tidak akan bisa masuk hutan mencari buah yang pohonnya tumbuh liar.

Pada pertengahan jalan, mereka istirahat sebentar, duduk diatas rumput di tepi jalan yang terlindung dari sinar matahari dikarenakan rimbunnya daun pohon rambung (karet).

“Zeeshan, kau jaga betul-betul para anak perempuan! Abang dan Kamal mau masuk ke hutan dulu, dibawah bukit ada pohon jambu dan rambutan. Bisa untuk mengganjal lapar dan haus!” Zain melepas sepatunya, lalu berjalan masuk ke barisan pohon karet bersama Kamal.

Hazeera membuka sepatunya, berlari ke kubangan berair keruh. Dia melompat dan berjingkat-jingkat, langsung saja seragam merah putihnya berubah warna.

Lanira, Rania tidak mau kalah, melepas asal sepatu mereka dan ikut main air.

Kebetulan sekarang musim penghujan, jalanan berlubang disebabkan dilewati truk hilir mudik akan tergenang air.

Tanpa disuruh, Zeeshan memungut dan mengikat tali sepatu para saudaranya, lalu menyangkutkan di kayu panjang dan memanggulnya bersama tas mereka. Kemudian dia duduk disebelah Intan dan Sabiya.

“Sabiya kau di situ saja! Jangan ikut main air nanti malah jadi demam sebab dirimu lagi tak enak badan!” Rania berteriak kencang, lalu tertawa ketika wajahnya terkena cipratan air.

“Baiklah,” ujarnya lesu, duduk ditepi jalan berseberangan dengan kubangan lumpur.

“Lihatlah mereka sudah macam Babi mandi di kubangan lumpur,” ejek Zeeshan.

“Tak jauh berbeda dengan dirimu sewaktu menguras rawa-rawa mencari ikan gabus ‘kan?” balas Intan. Dia berselonjor kaki, mencabuti rumput teki.

Raut Zeeshan langsung kesal, memicingkan mata menatap tajam pada Intan.

"Apa tengok-tengok? Mau ngajak begadoh?!" Intan yang lelah jadi mudah marah.

Nyali Zeeshan langsung ciut, walaupun anak perempuan – Intan pintar berkelahi terlebih dia cerdik dan sering main curang.

Lima belas menit kemudian, Zain sudah kembali. Kemeja putihnya dijadikan wadah buah jambu air berwarna merah.

Sedangkan Kamal memanggul rambutan yang dia petik setangkai nya.

Lanira, Hazeera, dan Rania, menyudahi main air. Duduk bersama para saudaranya menikmati buah hasil panen milik alam semesta.

Masa kecil putri Meutia dan juga para keponakannya – jauh dari kata mewah. Tak ada ponsel, tidak pula kecanduan menonton televisi apalagi main game gimbot.

Para anak-anak itu lebih banyak menghabiskan waktu menyatu dengan alam, pergi mengaji dan ikut belajar dasar-dasar ilmu beladiri yang ada di desa sebelah. Berpergian pun lebih banyak jalan kaki daripada naik kendaraan. Kecuali bila liburan bersama keluarga.

***

Keringat bercucuran mengalir dari pelipis dan jatuh ke kaos pria yang memakai topi bulat bertali. Dia sedang mendorong angkong (gerobak dorong) berisi buah jeruk.

“Istirahat lah dulu, Yunus!” Dari gubuk berada ditengah-tengah luasnya kebun jeruk – Abah melambaikan tangan memanggil pria yang diyakini bukan dari kalangan berekonomi bawah.

Setelah memasukkan jeruk ke dalam keranjang buah, Yunus melangkah ke gubuk. Kemudian duduk ditepi batang bambu, mengelap keringat menggunakan handuk di leher. “Alhamdulillah ya, Abah – panen kali ini lebih banyak dari sebelumnya.”

“Iya Alhamdulillah.”

"Nak Yunus ... sudah lebih dari empat belas bulan, dan ingatanmu belum juga pulih. Tak ada satupun sanak saudara maupun keluarga yang mencari engkau. Apa tak sebaiknya janji pernah terucap kini ditepati?” tiba-tiba Ambu menyeletuk membuat tubuh Yunus langsung menegang.

Abah memandang lekat wajah istrinya, mencoba memperingati tapi tidak dihiraukan.

“Apa alasanmu kali ini, Yunus?” tanya Ambu, lagi.

Pria beraura berwibawa itu membuka topi, sekilas menatap Arinta yang duduk di pojok gubuk sedang menikmati makan keripik. Denis tidak ikut, dia tinggal dirumah bersama pengasuhnya.

“Jawaban saya sama seperti saat pertama kali Ambu dan Abah bertanya. Selagi ingatan saya belum pulih – maaf, diri ini tak bisa menikahi wanita manapun termasuk Arinta. Janji itu berlaku bila amnesia saya sembuh, dan belum memiliki keluarga,” ujarnya tenang, sopan.

Ambu sepertinya hampir kehabisan stok sabar. “Mau sampai kapan? Bertambahnya hari, Denis semakin besar dan lengket denganmu – tidakkah engkau iba melihatnya?!”

.

.

Bersambung.

1
Wedangan andini Aworkonco
ya Allah Thor....baru baca judulnya langsung berkaca" mataku Thor....😭😭
FiaNasa
hayo.lo.arinta mati kutu kau,,mana bukti klau Yunus suamimu,,kau tak kan bisa merebut ikram lagi,,semua keluarga tak kan membiarkanmu menjerat Yunus alias ikram..Denis bisa merasakan kasih sayang Yunus tp lihatlah anak Meutia,,bahkan gauzhan belum pernah tersentuh ayahnya sendiri,ikram Rasyid alias Yunus ini arinta,,
Sumi yati69
makin seru
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
sereeemmmm ihhhh. pd ngamuk2 ini readersnya. larriii aaahhhhhh 🏃‍♀️🏃‍♀️
Naufal
aduhh kak cublik dag dig dug aq 🤭🤭🤭
Cublik: 😁😁😁😁😁
total 1 replies
Marliyanilintangpratama
loh mana ini we kelanjutan nya...?? kok ya gantung...???? ke celana dalam si ayek gk kering...
Suanti
semoga setelah ini ingatan nya kembali
Cublik: Aamiin 🥰
total 1 replies
Marliyanilintangpratama
sumpah ya allah aku degdegan ampe gemeter saking nahan nafas ini sesak we dadaku kencang betul degdegan nya.... wahhhh gelaseaaahhh aka memang terbaeeekkkk sampai aku susah tak bisa bercakap dingin loh we ini tangan sama kaki ku... /Sob//Sob//Sob/
Cublik: Maju Kak, kasih paham si Arinta 🤣
total 1 replies
neni nuraeni
ayo Tia jgn klh SMA si lakor perthnkn suamimu, semoga aja ikram CPT smbuh thor ksian Tia dan bisa berkumpul kmbli, si lakor dan anknya suruh pulang aja thor
Cublik: Rebut lagi si Ikram
total 1 replies
Marliyanilintangpratama
heiii sundel gw yakin elu liat kan...?? awas aje jlo ampe elu ngehalang"in gw pites elu gw cicang gw kasih makan bdan elu k hiu... biar nyaho.. ayo bang ik inget atuh plissshhh👏👏👏👏
Cublik: Mana kenyang Hiu nya Kak 😁
total 1 replies
cici cici
weeeee....ngaku ngakuuuuuu... ish.. tabok aja lh muncung nya tu mutia ha..geram kali awak
Cublik: Pakek sikat kawat 🤣
total 1 replies
cici cici
Alhamdulillah akhir nya ketemuuu.... weei arinta jgn ngaku2 gitu lah weeeee🤣
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
suami dr Hongkong lho !!!! eh Arinta nyadar diri donk gak usah ngaku" kl Yunus alias Ikram suamimu karna sampai kapan pun Yunus alias Ikram adalah milik Meutia kekasih hatinya 😏😏
stnk
gaaasssss Tia...jangaaaan kendooor...ikram suamimu....
Cublik: Rebut lagi ya Kak
total 1 replies
Larasati
nah loh mau apa lagi kamu arinta bukti nikah gak ada , semoga ikram cepat pulih ingatan nya
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Alhamdulillah akhirnya mereka nemuin Yunus alias Ikram ayo skrng bawa Yunus alias Ikram pergi dr Arinta biar gak di paksa nikahin Arinta sama si Ambu sedeng 💪💪😁
Marlina Prasasty
hahaha mati kutu kau arianta eh siapapun namamu sy g kenal,sok ngaku²,kmi ini saksi kunci bucinnya pak ikram kpd istrinya Meutia yg kau anggap suami itu
Larasati
kayaknya arnita tau siapa Yunus sebenarnya karena takut Yunus ketemu keluarga nya lagi
Defvi Vlog
hayolah kita labrak rame rame c gurita🤭
Ruwi Yah
tunjukkan pesonamu dhien
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!