Di masa tua nya, anak anak asih dengan tega nya membuang ibu nya ke tempat penitipan lansia. mereka tak ingin merawat ibu nya lagi. karena di anggap menyusahkan.
apalagi asih juga sakit sakitan, dan membutuhkan biaya pengobatan yang tak sedikit. bagaimana kisah cerita tentang asih. yuk simak bersama sama.....
kisah ini aku buat dengan penuh ketegangan, dan juga sedih ya. jadi kalau ga suka bisa langsung skip. selamat membaca!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putrinw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.20
Setelah naik ke kapal, asih langsung duduk termenung, menikmati udara malam, yang begitu dingin, menembus kulit nya yang sudah mulai mengeriput.
"Anak anak ku, sudah tak ada yang peduli dengan ku. usia ku, juga sudah mulai menua, nanti siapa yang akan mengurus ku, kalau aku sakit?" gumam nya sambil meneteskan air mata nya dengan penuh kesedihan.
dengan ombak yang mulai berguncang, dengan wajah yang Kelelahan, dan dengan air mata yang menjadi saksi, bahwa kini dia sendirian. dia berharap tuhan baik kepada nya, dan menjemput nya sekarang juga. Dia sudah siap dengan berpulang ke pangkuan sang maha kuasa.
.....***.....
hari berganti begitu cepat nya, malam berganti siang, dan siang berganti malam, tak terasa sudah 4 bulan berlalu semenjak asih pulang dari kota, kesehatan asih sudah mulai menurun. hari ini, dia masuk ke rumah sakit, dan harus rawat inap di sana, karena asam urat nya kambuh, dan juga lambung nya bermasalah. Untung saja ada coveran BPJS dari pemerintah, sehingga membantu nya, meringankan beban nya. Kalau membutuhkan uang yang banyak, dari mana dia sanggup membayar.
Asih yang terbaring di ranjang, dengan wajah lemah nya pun, membuat para perawat yang berjaga tak tega. Ibu ini sudah tua, tapi tak ada satupun, yang mau menjenguk nya di rumah sakit. Untung saja para perawat baik hati, membantu nya saat diperlukan, seperti ingin ke toilet. karena saat bangun, kepala nya mulai terasa pusing.
"Ibu, maaf apa boleh saya bertanya?" ucap perawat yang menggantikan infus nya yang sudah habis.
"Boleh sus, ada apa?" tanya asih dengan pandangan heran dan lemas nya.
"Apakah ibu punya anak?"
Mendengar ucapan suster itu, membuat Bu asih kembali bersedih, kalau membahas tentang anak, dia selalu meneteskan air mata nya, masih mengingat ucapan anak anak nya, yang malu mempunyai ibu seperti nya.
"Tes....tes...
"Ibu, apakah ibu baik baik saja?"
"Saya baik kok sus, anak saya sedang merantau jauh di kota. Jadi tak sempat berkunjung ke sini."
"Oh, begitu, apakah perlu kami hubungi?'
"Tidak usah sus, mereka tak ada waktu luang. Gpp sus, saya masih bisa sendiri kok."
"Yaudah, kalau begitu saya balik ke tempat dulu ya Bu, kalau ada apa apa, ibu bisa pencet bel nya."
"Suster, terima kasih ya, semoga suster mendapatkan jodoh yang baik, dan semoga suster sehat selalu." ucap Bu asih dengan. tulus nya.
Anak muda yang dia temui, selalu bersikap ramah dan sopan, tapi kenapa anak nya berbeda.
Suster yang masih kepikiran pun, langsung berbincang dengan rekan kerja nya. Merasa tak tega melihat kondisi asih, yang di rawat sendirian.
"Ada apa WIT?"
"Eh, aku kepikiran, pasien di kamar tulip, ya."
"Memang nya ada apa, dengan pasien?" tanya rekan kerja nya yang bingung.
"beliau sendirian di sini, kasihan ga ada yang jagain, kalau butuh apa apa, ibu itu sendirian, padahal dia mempunyai 3 anak."
"Begitu lah namanya hidup WIT, masih hidup di sia sia in hidup ibu nya, setelah tiada nanti baru kelihatan menyesal. Aku yang ibu ku, udah berpulang aja, sampai saat ini masih menyesal belum sempat bertemu untuk terkahir kalinya."
"Semoga anak anak kita, ga seperti itu ya. Aku berharap dapat jodoh yang baik, dan saling mencintai satu sama lain".
"Wit, Lo kok masih bengong, masih kepikiran soal ibu itu?"
" iya, aku masih belum puas, untuk ngabarin keluarga nya. aku mau chek nomer telepon nya dulu ya. Mana tau ada dicantumkan beliau, di resepsionis." ucap Wita yang langsung bergegas menuju ke lantai satu, untuk melihat identitas ibu asih.
"Ada Wit?" tanya rekan kerja nya yang merasa heran dengan Wita yang tersenyum lebar.
"Dapat mbak, aku pinjam telepon nya dulu, ya mbak, mau menghubungi keluarga pasien."
"Yaudah."
Drrttt.....
"Halo, ini siapa ya?" tanya Fatih yang merasa heran dengan nomor asing, yang berada panggilan telepon itu.
"Selamat sore bapak, perkenalkan kami dari pihak rumah sakit karya bakti, ingin bertanya, apakah benar ini anaknya ibu asih?"
"Hum, iya ada apa ya?" tanya Farid dengan suara datar nya.
"Ibu asih, di rawat di rumah sakit saat ini pak, apakah bapak bisa datang dan menjenguk beliau, soalnya saat ini tak ada yang berjaga, dan beliau membutuhkan bantuan anak anak nya." ucap Wita dengan wajah datar nya.
"mohon maaf, saya masih banyak urusan, dan tak bisa datang ke sana. Kalau mau, hubungi saja anak perempuannya, kebetulan dia tinggal satu desa di sana." ucap Farid yang langsung menutup ponsel nya.
Terdengar helaaan nafas berat dari Wita, karena anak anak pasien, ternyata tak perduli dengan ibu kandung nya sendiri.
Sungguh sangat miris sekali.
Kasian wita suster yg baik semoga suatu saat wita bisa ktmu ma bu asih..