selama 7 tahun aku tidak bertemu dengan nya,dan kini aku sungguh kaget dengan perubahan nya yg sudah menjadi seorang pria bertubuh tinggi besar juga ,begitu dengan sifat nya yg semakin dewasa
"tapi kenapa hati ku dag Dig dug ya"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nanaba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melamar secara resmi
"Jadi gini, kedatangan kami kemari, kami ingin melamar putri kedua mu ini, Ina, untuk putra kami Rendy," ucap wanita paruh baya tadi, yaitu ibu Rendy, yang akhirnya buka suara.
"Kaniya, apakah kamu berkenan dengan putra kami?" tanya ibu Rendy, yaitu ibu Siti. Kaniya hanya terdiam sambil mencerna, padahal baru semalam ia mengatakan pada Rendy jika ia serius datang ke rumahnya.
Lalu Kaniya mencubit lengan nya sendiri. "Awww, shh," desis Kaniya yang masih mengira kemungkinan ini adalah mimpi, kejadian yang terbawa ke mimpi karena ia mengatakan pada Rendy untuk ke rumahnya. Dan sayangnya, itu bukanlah mimpi. Rendy yang melihat Kaniya mencubit lengan nya sendiri sedikit ngilu, tapi tersenyum tipis melihat kelakuan Kaniya. Ia menunggu jawaban Kaniya dengan sabar, berharap bahwa Kaniya akan menerima lamarannya.
"Kak, apakah kakak mau menerima lamaran ku?" tanya Rendy akhirnya karena melihat Kaniya yang masih terdiam. Kaniya yang mendengar kata-kata Rendy pun menatap Rendy. Rendy yang melihat Kaniya yang masih kebingungan pun sedikit kecewa, apakah ia juga akan ditolak seperti Haris.
Rendy pun menyambung kata-katanya. "Kalau kakak gak jawab dulu pun gak masalah, kak, kakak fikir-fikir dulu," ucap Rendy yang terlihat sekali wajahnya sedikit kecewa. Rendy pun bangun juga bersama keluarganya akan pamit.
Kaniya yang melihat pun ikut bangkit.
"Aku terima lamaranmu Rendy, aku akan memberi jawabannya hari ini dan aku menerima lamaranmu," ucap Kaniya dengan mata berbinar. Wajah Rendy langsung berubah menjadi ceria, senyum lebar menghiasi wajahnya. Ia tidak menyangka bahwa Kaniya akan menerima lamarannya dengan begitu cepat dan antusias. Rendy merasa seperti berada di awan, hatinya penuh dengan kebahagiaan dan harapan untuk masa depan bersama Kaniya.
"Alhamdulillah ya Allah," gumam Rendy, tapi masih terdengar pada semua orang yang berada di situ. Rendy merasa sangat bahagia dan bersyukur atas jawaban Kaniya yang menerima lamarannya.
Namun, Kaniya memiliki pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada Rendy.
"Tapi ada yang ingin aku tanya padamu, kenapa kamu melamarku sedangkan kamu punya tunangan sendiri?" Kaniya bertanya dengan nada yang sedikit skeptis, mencoba memahami situasi yang sebenarnya.
Kaniya merasa sedikit heran karena Rendy bisa dengan mudah melamarnya tanpa menyebutkan tentang tunangannya. Kaniya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa Rendy memutuskan untuk melamarnya. Dengan pertanyaan ini, Kaniya berharap bisa mendapatkan jawaban yang jujur dari Rendy.
Orang tua Kaniya dan Rendy hanya saling menatap , siapa yang bertunangan? Mereka tidak tahu apa-apa tentang tunangan Rendy.
"Tunangan, tunangan siapa?" tanya Rendy bingung, tidak mengerti apa yang dimaksud Kaniya.
"Fika, bukan kah dia tunangan kamu?" kata Kaniya, "Kalau kalian sudah tunangan kan?" Kaniya menatap Rendy dengan mata yang tajam, menunggu jawaban yang jujur dari Rendy.
"Emang kakak dengar dari siapa? Cepet banget percaya rumor," ucap Rendy sedikit mengejek, membuat Kaniya merasa sedikit kesal.
"Jadi itu rumor bukan beneran?" Kaniya bertanya dengan nada yang sedikit penasaran.
Sontak pun mereka tertawa, menghilangkan ketegangan yang ada. Lalu, ibu Siti berjalan ke arah Kaniya, memakai kan cincin yang sudah dipilihkan oleh Rendy. Tapi, bukan cincin polos melainkan cincin mewah yang dibubuhi berlian.
Kaniya pun heran, Kenapa gak pakai cincin polos semalam aja, buang-buang uang saja pikir kaniya
"Tiga hari kedepan kita akan buat acara nikahnya ya," ucap ibu Siti dengan antusiasme yang tinggi. Kaniya dan Mama Ina terkejut, tidak menyangka bahwa pernikahan akan dilangsungkan dalam waktu yang begitu singkat.
"Bagaimana bisa 3 hari Bu, kami belum mempersiapkan apapun," ucap Mama Ina yang panik, khawatir bahwa segala sesuatu tidak akan siap dalam waktu yang singkat.
"Ina, kamu tenang aja, nikahnya 3 hari kedepan, resepsinya akan kita buat 2 hari kedepan," ucap ibu Siti dengan santai, seolah-olah tidak ada masalah besar.
"Walaupun lima hari bukan ya terlalu cepat," ucap Mama Ina, masih khawatir tentang persiapan.
"Ma, gak cepet ini, Rendy akan usahakan semuanya, Rendy gak mau lama-lama lagi ma," ucap Rendy pada Mama Ina, menunjukkan kesungguhannya untuk menikahi Kaniya secepatnya.
Kaniya kaget ketika Rendy menyebut orang tuanya sebagai "mama", membuatnya merasa bahwa Rendy sangat dekat dengan keluarganya.
sedangkan ayah rendy dan Abah kaniya hanya duduk menyimak,biarkan mereka yg
mengatur semuanya Fikir mereka berdua
"Baiklah, gimana bagusnya saja untuk anak kita," ucap Mama Ina pasrah, tidak ingin memperpanjang diskusi tentang tanggal pernikahan.
"Baiklah kalau begitu kami pamit ya, assalamualaikum," ucap Rendy dengan sopan. "Wa'alaikum," jawab Kaniya dan orang tuanya.
Selepas keluarga Rendy pulang, Mama Ina langsung memeluk Kaniya dengan sayang. "Akhirnya sayang, kamu akan diperistri sama Rendy," Kaniya hanya tersenyum, masih dalam keadaan shock.
"Niya masih berpikir seolah ini mimpi ma," ucap Kaniya, sambil melirik ke arah ayahnya yang tersenyum hangat padanya. Ayahnya tidak mengatakan apa-apa, tapi senyum hangatnya membuat Kaniya merasa lebih tenang dan bahagia.
