Ganti Cover dari NT yah
Mencintai dengan sepenuh hati ternyata belum tentu membawa kebahagiaan bagi Alia Valerie Putri, gadis yang kurang beruntung dalam hubungan keluarga dan ternyata tak beruntung juga dalam urusan cinta.
Setahun berusaha menjadi kekasih terbaik bagi Devan Bachtiar, berharap mendapatkan kisah romansa bak film Drama Korea, justru berujung duka.
Hubungan penuh tipu daya yang dilakukan Devan, membuat luka di dalam hati Alia. Hingga takdir membawanya bertemu dengan Sam Kawter Bachtiar yang semakin membuat hidupnya porak poranda.
Siapa sebenarnya Sam Kawter Bachtiar? Lalu bagaimana kelanjutan hubungan Alia bersama Devan Bachtiar? Akankah Devan menyesali perbuatannya?
Akankah masih ada kesempatan baginya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Kebohongan
Alia berjalan dengan hati berdebar. Satu demi satu langkah dilewatinya. Hingga kini, ia telah berada di depan kamar 208 yang disebutkan oleh Riska.
Alia terdiam sejenak, mencoba mengatur kembali hatinya. Ia tahu bahwa Devan selama ini telah menipunya, ia tahu bahwa Devan tak pernah mencintai dirinya. Ia juga tahu bahwa Devan ternyata mencintai sahabatnya, Riska.
Namun tak pernah terpikir oleh Alia, jika ia harus benar-benar melihat kebersamaan mereka di dalam kamar yang sama.
Ya, Riska tak pernah tahu jika Alia telah mengetahui semua tipu dayanya bersama Devan. Riska mungkin ingin mengejutkan dirinya dengan menunjukkan kebersamaan mereka, namun Alia sudah bisa menebaknya bahkan sebelum melihat semuanya.
Alia menekan bel yang terdapat di sudut pintu hotel. Beberapa saat kemudian terdengar pintu mulai terbuka, dan ia berpikir ia akan bertemu dengan Riska. Namun ternyata ia salah, sosok yang kini ada di hadapannya adalah Devan, kekasih yang hingga kini masih dicintainya.
"Devan?" Seru Alia sedikit histeris.
Meskipun ia telah menduganya, hatinya tetap sakit kala melihat pria yang ia cintai bertelanjang dada dengan hanya mengenakan hotpants dan rambut yang berantakan.
"Alia??" Devan pun terkejut melihat Alia yang tiba-tiba telah ada di hadapannya.
"Ka-kamu sudah datang?" tanya Devan terbata.
Devan tak menyangka jika Alia akan menemuinya di kamar ini, karena seingatnya, ia hanya meminta Alia menunggunya di restoran.
Semula Devan ingin menjebak Alia dan mengambil kesuciannya, namun karena ia telah menghabiskan waktu bersama Riska, ia mengubah rencananya dan bermaksud mengerjai Alia sekali lagi, membuat wanita itu menunggu hingga pagi hari.
Tapi ternyata Alia justru menemuinya di kamar hotel tempat dirinya menghabiskan waktu bersama Riska.
"Ya, Dev aku datang. Apa kau bersama Riska?" tanya Alia mencoba setenang mungkin, meski hatinya sangat terguncang.
"Apa?? Riska??" Devan sedikit kebingungan mendengar pertanyaan Alia.
"Sayang, mengapa kau menanyakan Riska padaku?" tanya Devan seraya tersenyum.
Alia tersenyum tipis.
Kau sangat terbiasa menipuku rupanya Dev.
"Alia, aku mengajak mu makan malam, dan agar tidak terlambat aku menyewa kamar di sini untuk bisa menemui mu sayang. Tapi aku malah ketiduran, tunggu sebentar ya, aku bersiap dulu," tutur Devan menyentuh kedua tangan Alia dengan senyum manis di wajahnya.
Alia menatapnya nanar, hatinya begitu sakit melihat senyuman itu. Selama ini ia mengira senyum itu adalah senyuman paling tulus untuknya. Senyuman penuh cinta dari Devan.
Tapi ternyata, senyuman itu adalah senyuman tipu daya yang merenggut semua harga dirinya. Bahkan di saat seperti ini, pria di hadapannya masih berusaha menipunya lagi dan lagi.
"Lepaskan tanganmu dariku Devan," ucap Alia.
Mendengar itu Devan pun terkejut. Ia menatap Alia dengan heran.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya nya tanpa rasa bersalah.
"Selama ini aku terlalu bodoh karena mencintai laki-laki sepertimu Dev."
"Apa???"
Alia tersenyum tipis, mencoba menekan rasa sakit dihatinya.
"Aku pikir aku telah mendapatkan cinta sejati ku melalui dirimu. Aku berusaha menjadi wanitamu yang terbaik. Aku mengikuti semua keinginanmu meskipun itu merugikan diriku. Aku selalu menerima jika kau tiba-tiba marah padaku tanpa alasan meskipun hatiku sakit."
"Al...."
"Aku terkunci di perpustakaan kampus, aku tidak lulus ujian dan terancam Do, aku menyelam ke dalam kolam hingga aku kehabisan nafas dan kedinginan, aku berlari mengejar mu ketika kau memintaku membawakan buku yang tertinggal di kelasmu hingga kakiku terasa sakit."
"Al.. Maafkan aku, kita sudah pernah membahasnya kan?"
"Kau tidak pernah membahasnya, kau hanya mengatakan maaf dan terima kasih namun tak pernah tahu bagaimana kondisiku."
"Aku berlutut di depan dosen hanya untuk melindungi mu, aku mempermalukan diriku di hadapan orang lain demi dirimu. Aku percaya padamu ketika kau memintaku mencarikan sebuah benda yang menurutmu adalah jimat keberuntungan, aku keliling ke semua toko tapi aku tak menemukannya hingga kau memintaku pergi ke atap kampus dengan menaiki tangga karena benda itu ada di sana dan hanya aku yang bisa mengambilnya."
"Aku lelah saat itu tapi aku melakukannya untuk dirimu Devan," Alia terdiam sejenak.
Mengingat hal-hal bodoh itu membuat hatinya begitu sesak hingga tak mampu lagi membendung airmata nya.
Devan pun terdiam menatap Alia yang mulai meneteskan airmata. Mendengar Alia menyebutkan semua kejahatan yang ia lakukan, hatinya terasa dingin.
"Al, untuk apa kau menyebutkan semua itu lagi? Bukankah itu memang aku butuhkan dan kita sudah membahasnya?" tanya Devan, entah mengapa kali ini hatinya berdebar.
Alia tersenyum kecil, lalu mengusap airmata nya.
"Kau hanya membahas bagian dirimu, kau tak pernah menanyakan aku. Dan ternyata semua itu hanya kebohongan dirimu yang mencoba menyulitkan diriku. Iya kan Dev?"
Devan pun membelalakkan matanya terkejut.
"Apa??"
Mengapa Alia mengatakan hal semacam itu? Apakah ia mengetahui jika selama ini aku hanya menipunya?
jangan bertempur dengan masa lalu karena terlalu berat