Lionel Danny, adalah pria berpengaruh yang kejam. Karena dendam ia terpaksa menikahi putri musuhnya sendiri.
Namun, tepat setelah pernikahan selesai dilangsungkan, ia justru menghabisi seluruh keluarga istrinya, Maura.
Karena benci dan dendamnya akhirnya Maura sengaja mendekati pria kaya raya bernama Liam. Siapa sangka jika Liam benar-benar jatuh hati kepada Maura.
Mungkinkah Danny luluh hatinya dan berusaha merebut kembali miliknya?
Bagaimana jadinya jika ternyata Liam justru pria yang lebih kejam dari Danny?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Wanita Bersuami
Liam benar-benar panik setelah melihat Maura memuntahkan isi perutnya. Setelah itu tubuhnya lemas.
"Kau baik-baik saya, Maura?" Liam bertanya, menyuarakan keheranannya selama beberapa waktu, setelah ia mengetahui kesehatan perempuan itu memburuk.
"Aku...." Kalimat Maura tiba-tiba terhenti.
Ia hanya tercengang entah berapa lama menatap Liam. Sebelum akhirnya tubuhnya jatuh terkulai lemas dalam pelukan Liam.
***
Maura masih memijit keningnya yang sakit setelah tersadar.
Dia terkejut berada di atas ranjang pria lain yang bukan suaminya. Liam.
Pria itu duduk di sisi ranjang, dan tak kalah terkejutnya saat seorang pengawalnya memberikan potret pernikahan Maura dan Lionel Danny.
Segala pembicaraan sebelumnya yang sempat terhenti, membuat Liam menjadi emosi.
Ia melihat Maura yang baru saja tersadar.
Gurat kemarahan terpampang jelas di wajah Liam. Dan Maura menyadarinya. Detik setelahnya, pria itu melemparkan beberapa lembar foto ke pangkuan Maura.
"Jadi ini kejutannya, Maura? Kau meminta bantuan dariku seolah kamu itu korban padahal dia suami kamu?" geramnya.
"Liam."
Jantung Maura nyaris melompat mendengar suara bernada tinggi milik Liam. Rasanya ia kehilangan dukungan. Kehilangan tempat cerita yang dianggap nyaman.
Maura mengalihkan pandangannya.
"Dasar jalang!" bentak Liam. Suaranya terdengar menggelegar memenuhi seisi kamar.
Dan suara itu pasti mampu menciutkan nyali siapapun yang mendengarnya. Tetapi tidak sedikitpun dengan Maura. Ia menghela napas sejenak.
"Kau bukan orang bodoh Liam, benar sekali aku adalah wanita bersuami seperti di foto. Tapi pernikahan itu bukan pernikahan impian. Pernikahan itu terjadi begitu saja, lalu merampas seluruh keluargaku." Mata Maura berkaca-kaca ketika berbicara.
"Jika kamu membenciku, mungkin hari ini adalah hari kematianku. Telusuri dulu apa yang terjadi di hari pernikahanku itu. Danny membakar keluargaku di hari pernikahan kami. Kau tahu apa alasannya?" Maura menatap sendu dengan embun yang memenuhi kelopak matanya.
Saat mendengar penjelasan Maura, dan melihat bulir bening di matanya tumpah, ketika itu juga Liam menariknya ke dalam pelukannya.
Liam memejamkan matanya sejenak.
"Aku belum pernah jatuh cinta pada perempuan manapun. Aku hanya sedih dan kecewa setelah tahu kamu milik orang lain, Maura."
Maura masih diam.
Liam kemudian mengurai pelukannya, lalu maniknya mulai memandangi perut dan dada Maura yang bahkan belum begitu membesar.
"Apa dia menyentuhmu?" tanya Liam, dengan raut wajah cemas.
Maura mengangguk. "Dia memaksaku."
Suara tangisan Maura perlahan mendominasi ruangan.
Liam mendengkus pendek. "Aku akan mencari tahu kebenaran sendiri."
"Tapi bagaimana kalau aku hamil, aku ingin membalas dendam atas kematian keluargaku, Liam." Maura menatap dengan tatapan memohon.
Seakan ia ingin mengatakan jika sebenarnya ia sangat sedang butuh dukungan seseorang.
"Maka jangan biarkan dia tahu. Buat rumor. Biarkan Danny menganggap seolah kita benar-benar punya hubungan. Itu mauku. Dan dengan begitu, dia akan melepaskanmu dengan bagimu," tukas Liam.
"Kau gila," desis Maura, cemas.
"Tidak. Sebenarnya aku sedang mencoba bernegosiasi dengan kamu, Maura. Aku ingin kamu tahu. Bahwa kamu tidak perlu cemas apalagi ragu. Aku pun bisa menjadi ayah anakmu." Maura menatap lekat manik mata Liam.
"Tapi jika Danny tetap ingin menjadi ayah bayinya. Mungkin aku juga tidak bisa menolak. Kecuali kamu tidak menginginkan hal itu terjadi."
Lalu Liam mendaratkan kecupan lembut di puncak kepala Maura.
***
Darah Liam berdesir saat tak sengaja menyentuh benda kenyal di dada perempuan itu. Ia langsung menarik diri.
"Aku ini bukan pria baik, Maura. Dan kenapa kamu berulangkali menolongku?" tanyanya sembari menatap lengannya yang masih diperban.
"Aku juga tidak tahu. Kau bisa antar aku pulang, Liam? Adikku masih berada dalam genggaman Danny. Bisakah kamu tidak mempersulitku?" Kening Liam berkerut menatapnya.
"Kau yakin ingin pulang meski tahu itu sebenarnya kandang macan?" tanya Liam ragu-ragu.
Maura mengangguk. Tak lama berselang, seorang pengawal Liam berbisik. Di waktu yang sama, ada rasa tak nyaman yang Maura rasakan.
Liam hanya diam, meski beberapa kali ia melirik ke arah Maura.
"Maura, aku akan mengantarmu." Liam mengulurkan tangannya ke arah Maura.
"Semoga kamu tidak membenciku setelah tahu kenyataan ini, Liam. Sungguh. Aku pun tidak menginginkan pernikahan ini. Jika waktu bisa diputar, aku akan menolaknya. Dan mungkin seluruh keluargaku akan selamat"
Liam menggelengkan kepalanya. "Belum tentu. Suamimu memiliki dendam lama. Dia akan melakukannya meski tidak menikahimu. Bisa jadi kaupun mati terpanggang jika menolak."
Kini Maura dan Liam berjalan beriringan menuju mobil hitam yang sudah sejak.tadi disiapkan oleh sopir untuk mereka.
"Bagaimana jika biarkan sopir saja yang mengantarkan aku? Bukankah tanganmu sedang terluka?" Kedua pasang mata itu saling menatap entah berapa lamanya.
"Jika aku tidak pergi, Maura. Maka drama itu tidak akan terjadi," ucap Liam.
Maura langsung melengkungkan kedua lengannya di perut Liam. Dan pria itu tidak menolaknya.
Maura akhirnya mendongak menatap Liam dengan tatapan tersendu.
"Bagaimana jika ternyata aku memanfaatkanmu? Apa kamu tidak takut?" tanya Maura.
Entah apa maksudnya itu. Tetapi Liam justru sedikit tersenyum, ya hanya sedikit.
"Maka manfaatkan aku sesuka hatimu, Maura. Da suatu saat nanti kau akan menyadari, jika hanya aku yang peduli."
****
Mobil melesat cepat melewati jalan ramai. Kemudian mulai memasuki area rumah elit. Di sanalah mobil pada akhirnya berhenti.
Dan beberapa pengawal Lionel Danny langsung datang mengerumuni mobil yang mereka kendarai.
"Tuan, Danny. Nyonya sudah kembali!" teriak salah seorang dari mereka.
Liam sengaja membukakan pintu mobilnya. Lalu membiarkan Maura pergi bersama beberapa pengawal Danny. Dan beberapa lagi sengaja tinggal. Tampaknya, mereka sengaja ingin membuat perhitungan.
update lebih bnyk lgi sehari 2-3 bab hehe...