NovelToon NovelToon
Marriage Without Love

Marriage Without Love

Status: tamat
Genre:CEO / Tamat
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Queisha Calandra

Trauma masa lalu, membuat Sean Alarick Aldino enggan mengulangi hal yang dianggapnya sebagai suatu kebodohannya. Karena desakan dari ibundanya yang terus memaksanya untuk menikah dan bahkan berencana menjodohkannya, Sean terpaksa menarik seorang gadis yang tidak lain adalah sekretarisnya dan mengakuinya sebagai calon istri pilihannya.
Di mata Fany, Sean adalah CEO muda dan tampan yang mesum, sehingga ia merasa keberatan untuk pengakuan Sean yang berujung pernikahan dadakan mereka.
Tidak mampu menolak karena sebuah alasan, Fany akhirnya menikah dengan Sean. Meskipun sudah menikah, Fany tetap saja tidak ingin berdekatan dengan Sean selain urusan pekerjaan. Karena trauma di masa lalunya, Sean tidak merasa keberatan dengan keinginan Fany yang tidak ingin berdekatan dengannya.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka akan berjalan? Trauma apakah yang membuat Sean menahan diri untuk menjauhi Fany?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 20.

Fany's POV.

Kemarin, kami baru sampai di apartemen. sesuai harapanku, Sean mengambil satu hari untuk libur dan menemaniku di apartemen. Kami menghabiskan waktu berdua seharian dengan penuh kehangatan. Tentunya hal yang begitu tidak terlewatkan mengingat Sean selalu merasa bergairah saat bersentuhan denganku.

Dan hari ini, sesuai keinginanku. Aku kembali aktif di kantor sebagai sekretaris Sean. Hanya saja ada sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Beberapa orang pegawai mulai menatapku dengan tatapan aneh mungkin karena aku dan Sean berangkat bersama dalam satu mobil. Di dalam pikiran mereka, pasti aku adalah wanita simpanan Sean sekarang mengingat pernikahan kami yang belum diketahui oleh khalayak.

"Sayang, ke ruangan ku sekarang!" Ujar Sean melalui telepon setelah beberapa detik aku mengangkat telepon di mejaku berdering.

"Baik." Jawabku kemudian menutup teleponnya. Aku berdiri dan berjalan melewati beberapa pegawai yang sejak tadi mengawasi ku dengan tatapan penuh kecurigaan. Aku merasa agak risih tapi, aku tidak mungkin mengumumkan pernikahanku sekarang. Yang ada, mereka akan menertawakanku dan akan malah mengucilkanku. Lebih baik, tunggu sampai Sean sendiri yang bertindak.

"Ada apa?" Tanyaku pada suamiku saat aku baru saja menutup pintu ruangannya dari dalam. Suamiku tampak duduk dengan santai di kursi kebesarannya sambil tersenyum menatapku. Kemudian ia tersenyum dan melirik ke pangkuannya menandakan bahwa ia ingin aku duduk di sana. "Sean, ini kantor." Ujarku mengingatkannya.

"Hanya ada aku dan kamu disini. Seharusnya tidak ada masalah. Ayolah, hanya duduk saja!" Ucapnya. Kemudian aku menurutinya dan duduk di pangkuannya. Jika itu membuatnya senang, kenapa aku harus menolaknya? Bisa-bisa wanita lain akan menempati posisiku.

"Sean. Apa dengan seperti ini kamu bisa bekerja dengan nyaman?" Tanyaku mengingat pasti kedua paha Sean terasa ngilu karena ku duduki. Belum lagi sesuatu di antara kedua pahanya yang terasa seperti mendesak ingin keluar pun terasa seperti sedang ingin dilepaskan.

"Sangat nyaman." Jawab Sean singkat.

"Jika ada yang tahu, ini akan menyebabkan kesalah pahaman." Kataku.

"Kau khawatir tentang itu?" Tanya Sean. Aku mengangguk pelan. Tentu saja aku khawatir, hubungan pernikahan kami tidak ada yang tahu, aku khawatir mereka akan berfikir aku adalah wanita murahan salah satu simpanan Sean yang paling setia mengingat begitu banyaknya wanita yang datang menghampiri Sean setiap harinya.

"Jangan memikirkan siapapun yang mengatakan hal buruk di belakang kita. Mereka hanya iri dengan kehidupan kita. Sudah, begitu saja." Katanya.

"Tapi, tidak ada seorangpun yang tahu bahwa kita suami istri sedangkan mereka telah mengecap dirimu sebagai playboy. Aku khawatir mereka akan berfikir bahwa aku adalah-"

"Tidak usah dilanjutkan. Aku mengerti. Kamu tidak seperti mereka." Ucap Sean memotong ucapanku. Kemudian ia mencium bibir ku dengan penuh kelembutan. Tapi, kedua tangannya juga tidak tinggal diam. Sean juga meremas kedua benda kenyal milikku.

"Mmmpphh Sean jangan!" Ucapku karena sadar tempat dan Sean tidak bisa melakukan lebih di tempatnya sekarang.

"Fany, kau selalu membuatku begini. Aku selalu menginginkanmu begitu melihatmu." Bisiknya tepat di telingaku membuatku bergidik geli.

"Uuuhhh Sean hentikan! Kumohon!" Ucapku memohon agar Sean berhenti mencium belakang telingaku hingga ke leher yang membuatku kegelian sekaligus menikmati sentuhan bibirnya. Bibir Sean berhenti di leher jenjang ku dan aku merasa kulit leherku terhadap sedikit oleh Sean dan Sean melepaskannya setelah beberapa detik kemudian.

"Sean. Kau meninggalkan bekas." Protesku.

"Itu adalah tanda kepemilikan ku." Jawab Sean.

"Aku tahu. Tapi jika ada yang lihat bagaimana?" Tanyaku.

"Biarkan saja." Jawab Sean acuh membuatku agak kesal. Aku mengerucutkan bibir ku tanda bahwa aku sedang kesal dengannya. Tapi dia malah kembali mencium bibirku namun tidak lama. Hanya sekilas kemudian melepaskannya lagi.

"Kamu harus jauhin Dani!" Ujarnya tiba-tiba.

"Kenapa memangnya?" Tanyaku mengerutkan alisku.

"Aku tidak suka. Dia menyukaimu." Jawabnya sambil menangkup kedua pipiku. "Apa lagi teman lamamu itu, Kevin. Kedepannya jangan pernah bertemu dengannya lagi!" Lanjutnya.

"Sean. Kami hanya berteman." Kataku.

"Kamu mengganggap mereka seperti itu, tapi mereka tidak begitu." Katanya.

"Sean. Aku mau menuruti apa yang kamu mau asalkan kamu mau berjanji padaku." Ujarku. Ini adalah kesempatan untuk membersihkan nama baik Sean di hadapan para pekerjanya. Dengan begitu, rumor tentang Sean yang sering bergonta-ganti wanita perlahan akan terlupakan.

"Berjanji apa?" Tanyanya.

"Apapun yang terjadi, kau harus tetap bersamaku. Hanya aku satu - satunya wanitamu. Bagaimana?" Usul ku.

"Itu saja?" Tanya Sean seakan permintaanku adalah sesuatu hal yang sangat mudah di lakukan.

"Kau juga tidak boleh bermain dengan wanita wanita menor itu lagi." Imbuh ku.

"Aku juga ingin mengajukan syarat!" Ujar Sean.

"Apa?"

"Temani aku sampai nafasku habis!" Ucap Sean.

"Baiklah, sepakat!" Jawabku.

"Aku juga sepakat." Jawab Sean. Kemudian kami saling berciuman. Menyalurkan rasa cinta kami.

"Seharian ini, kamu temani aku bekerja disini!" Ucap Sean.

"Tapi, aku harus pergi untuk menyerahkan dokumen penawaran pada wakil presdir." Ucapku.

"Segera berikan dan cepatlah kembali! Atau aku akan membuatmu terkurung di kamar selamanya dan menjerit kan namaku." Ujarnya.

"Dasar mesum!" Omelku. Aku segera beranjak dari pangkuan Sean dan pergi keluar dari ruangan Sean. Aku harus cepat kembali, atau Sean akan kembali menyerangku dengan tidak kenal lelah.

......

Author's POV

Selepas Fany keluar dari ruangan Sean sampai wanita itu kembali ke ruangan suaminya. Suara bisik-bisik beberapa orang mulai mengusik batinnya. Fany bahkan mengutuk dirinya sendiri yang lupa menutup bekas kemerahan yang Sean buat sebelumnya. Jadi sekarang bekas kemerahan itu telah membuat masalah baginya.

Fany mengerucutkan bibirnya saat masuk ke ruangan Sean, membuat Sean yang menatapnya pun tersenyum geli melihatnya. Apa yang terjadi pada istrinya itu sungguh lucu sekali baginya.

"Apa yang membuat bibirmu mirip hidung pinokio?" Tanya Sean sambil mencubit gemas pipi Fany. Wanita itu menurunkan kerah kemeja kerjanya yang tidak sepenuhnya menutupi kiss mark yang Sean buat tadi.

"Mereka membicarakanku gara-gara ini." Ucap Fany kesal.

"Bukankah seharusnya kau merasa senang? Aku meninggalkan tanda sayangku untukmu. Ini adalah tanda kepemilikan ku." Kata Sean membuat Fany semakin kesal.

"Harusnya jika kau ingin membuat tanda, jangan di tempat yang terlihat.!" Ujar Fany protes.

"Jadi, harus di tempat yang tersembunyi?" Tanya Sean, Fany menganggukkan kepalanya. "Contohnya, dimana saja?" Tanya Sean.

"Disini, atau juga bisa disini." Ujar Fany sambil menunjuk ke dada dan pundaknya. Ia sama sekali tidak menyadari ucapannya yang membuat Sean tidak akan melepaskannya.

"Se-sean apa yang kau lakukan?" Tegur Fany saat Sean membuka kancing teratas kemeja Fany hingga memperlihatkan payudara Fany yang masih terbalut Bra.

"Membuat tanda." Jawab Sean santai.

"Tidak. Sean jangan!" Ujar Fany khawatir jika Sean pada akhirnya tidak dapat menahan nafsunya dan akan memakannya di ruangan itu. Tapi, Sean tidak menghiraukan Fany. Ia mengangkat sedikit tubuh Fany dan mendudukkan Fany di atas meja kerjanya sambil melepas mengait bra Fany yang untungnya ada di bagian depan sehingga Sean bisa dengan mudah melakukanya, begitu melihat gundukan kenyal itu, Sean tidak bisa menahan diri lagi, ia meremas bahkan mengulumnya seperti bayi yang kelaparan dan membutuhkan asi.

"Hentikan, Sean! Ini di kantor." Ujar Fany saat Sean menyingkap bagian bawah rok pensilnya sampai sebatas pinggangnya.

"Hanya ada aku dan kamu. Tidak akan ada yang melihat." Jawab Sean sambil mengusap bagian bawah Fany yang sudah basah.

"CCTV." Ujar Fany sambil menunjuk kamera kecil di sudut atas ruangan itu.

"Aku sudah menonaktifkan nya saat pertama kali kau masuk." Jawab Sean. Sekarang Fany tidak memiliki alasan lagi untuk menghindar. Sean melepaskan celana bahannya beserta dalamannya sampai ia setengah telanjang, dan batang keramat pria itu mencuat siap untuk memasuki lembah basah Fany. Fany merasa was-was andai saja percintaan mereka akan menyakitkan seperti sebelum - sebelumnya.

"Sean, pelan-pelan!" Ujar Fany sebelum Sean memulainya. Pria itu tersenyum seakan mengerti apa yang istrinya khawatirkan.

"Aku akan mencobanya. Agar kau tidak merasakan sakit. Yang harus kau rasakan adalah nikmat." Ucap Sean. Ia mencium bibir Fany untuk mengalihkan perhatian istrinya sambil memasuki Fany dengan sekali sentakan. Membuat tubuh mereka bersatu dan menikmati kehangatan satu sama lain.

Bersambung ....

....

1
Drezzlle
aku mampir nih kak
iqbal nasution
menarrikk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!