ADRIAN PRATAMA. Itu nama guru di sekolah gue yang paling gue benci. Karena apa? Karena dia udah membuka aib yang hampir tiga tahun ini gue tutup mati-matian.
“Dewi Mantili. Mulai sekarang kamu saya panggil Tili.”
Nyebelin banget kan tuh orang😠 Aaarrrrggghhh.. Rasanya pengen gue sumpel mulutnya pake popok bekas. Dan yang lebih nyebelin lagi, ternyata sekarang dia dosen di kampus gue😭
ADITYA BRAMASTA. Cowok ganteng, tetangga depan rumah gue yang bikin gue klepek-klepek lewat wajah ganteng plus suara merdunya.
“Wi.. kita nikah yuk.”
Akhirnya kebahagiaan mampir juga di kehidupan gue. Tapi lagi-lagi gue mendapati kenyataan yang membagongkan. Ternyata guru plus dosen nyebelin itu calon kakak ipar gue😱
Gue mesti gimana gaaeeesss???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ultah Dewi
Usai mengikuti pelajaran tambahan, para siswa mulai merapihkan kelas yang akan dipakai untuk latihan kabaret. Meja dan kursi disusun rapih di bagian belakang kelas, menyisakan ruang yang cukup luas untuk latihan.
Hardi mengeluarkan laptop yang dibawanya dari rumah. Setelah menghidupkannya, dia mulai mencari rekaman audio yang sudah dibuatnya bersama dengan Bobi, Mila, Micky dan Sandra. Keempat orang itulah yang menyusun skenario. Hardi berlaku sebagai sutradara, Micky dan Sheila yang menjadi pemeran utamanya.
Adrian hanya memperhatikan saja ketika Hardi mengeluarkan speaker mini merk ternama kemudian menyambungkannya ke laptop via Bluetooth. Hardi memang berasal dari keluarga berada, namun dia tak pernah pelit berbagi dengan teman-temannya, ditambah dengan otak encernya, membuat pemuda itu memiliki nilai lebih. Hanya sayang, wajahnya tergolong pas-pasan. Apalagi jika dibandingkan dengan Roxas, mereka ibarat bumi dan langit. Jika soal ketampanan, Roxas berada di atas langit. Tapi kalau soal otak, posisi Roxas jauh melesak ke dalam bumi.
Semua yang ikut andil dalam kabaret mulai bersiap-siap. Mereka menampilkan parodi komedi, cerita merupakan gabungan beberapa cuplikan sinteron, drama Korea, film India dan juga Hollywood. Tak lupa pula Hardi memasukkan lagu yang cocok dengan skenario yang disusun.
Sambil duduk di atas meja dengan kedua tangan terlipat di depan dada, Adrian terus memperhatikan anak didiknya yang tengah berlatih. Sesekali senyuman menghiasi wajahnya. Mila yang merupakan fans berat Adrian, diam-diam mengabadikan gambar wali kelasnya untuk dijadikan koleksi galerinya.
Dari sudut matanya, Adrian melirik ke arah Dewi yang tengah duduk bersama dengan Roxas. Sesekali terdengar tawanya melihat akting Micky. Untuk saat ini, pria itu berharap menjadi Roxas yang bisa setiap saat berada di sisi Dewi.
Setengah jam berlalu, latihan kabaret pun selesai. Naskah memang baru setengah jadi, masih akan ada perubahan di sana sini. Saat latihan Hardi tak henti mengoreksi dan memarahi Micky yang terlalu modus pada Sheila.
“Assalamu’alaikum.”
Keriuhan di dalam kelas terhenti ketika mendengar suara wanita mengucapkan salam. Merasa familiar dengan suara tersebut, Dewi sontak menolehkan kepalanya.
“Waalaikumsalam,” Adrian menjawab salam kemudian berjalan menuju pintu, bersamaan dengan itu, Dewi juga ikut menghampiri seseorang yang baru datang.
“Ibu,” panggil Dewi.
“Selamat siang. Kenalkan, saya ibunya Dewi,” alih-alih menjawab panggilan sang anak, Nenden malah memperkenalkan dirinya pada Adrian.
“Adrian,” Adrian membalas uluran tangan Nenden.
“Ibu ngapain ke sini?”
“Ibu mau nganterin makanan buat kamu.”
Baru saja Nenden menyelesaikan kalimatnya, Herman datang dengan membawa bungkusan di kedua tangannya berisi kotak bento.
“Bapak,” panggil Dewi.
“Maaf, pak Adrian. Hari ini Dewi ulang tahun. Saya dan bapaknya Dewi mau berbagi kebahagiaan dengan teman-temannya Dewi. Semoga saja suka dengan makanan buatan saya.”
“Terima kasih banyak, ibu, bapak. Dewi.. kenapa ngga bilang kalau kamu ulang tahun?”
“Emang bapak siapa, saya harus kasih tahu ulang tahun saya.”
“Dewi..” Nenden menepuk pelan lengan anaknya.
“Maafkan anak saya, pak. Dia memang agak ngga disaring kalau ngomong.”
Dewi menyebikkan bibirnya, sang ibu malah lebih membela wali kelas yang menyebalkan dibanding anaknya sendiri.
“Oh iya, terima kasih bu untuk kiriman nasi kuningnya waktu itu,” ujar Adit.
“Nasi kuning?” Nenden mengernyitkan keningnya. Seingatnya dia menitipkan nasi uduk lengkap dengan ayam goreng. Sontak dia melihat pada sang anak, dengan cepat Dewi memalingkan wajahnya ke arah lain.
“Alhamdulillah kalau bapak suka. Sekarang saya buatkan nasi uduk. Kalau begitu saya permisi dulu.”
“Terima kasih banyak, bu. Semoga rejekinya semakin dilancarkan.”
“Aamiin.. doakan juga supaya anak saya cepat sadar dan ngga bikin ulah terus.”
“Ibu..” terdengar suara Dewi sedikit merajuk.
“Kamu mau ikut pulang apa masih ada rencana lain?” tanya Herman pada putrinya.
“Sebentar lagi pulang, pak.”
“Ya sudah, bapak sama ibu pulang duluan. Bapak ada borongan.”
“Iya, pak.”
Dewi mencium punggung kedua orang tuanya. Demikian juga Adrian yang menyalami Herman dan Nenden bergantian. Setelah kepergian kedua orang tua Dewi, dibantu oleh Roxas, Adrian membawa masuk kotak makanan ke dalam kelas.
“Perhatian semuanya. Hari ini, salah satu teman kalian, Dewi Mantili tengah merayakan ulang tahunnya yang ke…. Ke berapa? 30 tahun?” Adrian menoleh pada Dewi.
“70 tahun, pak!” ujar Dewi kesal.
“Oh ya. Tili sedang berbahagia memasuki usia ke 70 tahun. Semoga sehat selalu, banyak rejekinya dan selamat dunia akhirat, aamiin..”
Semua mengaminkan doa dari Adrian, termasuk Dewi. Walau pria itu telah membuatnya dongkol tentang usianya, setidaknya doa Adrian tetaplah permohonan yang baik untuknya. Adrian kemudian memerintahkan Roxas untuk membagikan makanan pada yang lainnya. Pria itu mengambil satu kotak lalu ikut bergabung bersama para muridnya. Duduk melingkar di lantai.
“Dewi.. awas gigi palsumu lepas. Pelan-pelan aja gigit ayamnya,” ujar Adrian.
“Hahahaha…”
Tawa Micky, Roxas dan Hardi terdengar paling keras. Lagi-lagi Dewi hanya bisa mendengus kesal. Tapi berhubung hari ini adalah hari bahagianya, gadis itu membiarkan sang wali kelas berbicara sepuas hatinya.
“Kok gue curiga ya, pak Adrian kayanya suka sama Dewi,” bisik Mila di telinga Sheila.
“Ya ngga apa-apa juga sih. Kalo Dewi sama pak Adrian, aku bisa ngembat Roxas hihihi…” jawab Sheila sambil terkikik.
“Kalau Dewi sama pak Adrian, terus gue sama siapa?”
“Sama Bobi hahahaha…”
“Ogah.”
Acara makan siang dengan menu nasi uduk komplit buatan ibu Dewi diiringi oleh perbincangan hangat dan gelak tawa. Sosok Adrian pun terlihat lebih santai, berbeda sekali dengan pembawaannya saat mengajar. Sambil menikmati makanan, otak Adrian berputar mencari kado yang tepat untuk Dewi.
🌸🌸🌸
“Assalamu’alaikum.”
“Waalaikumsalam. Akang di mana?”
“Ini akang baru beres nganterin rombongan pulang terus beli kue ulang tahun buat Dewi,” Herman melirik jok sebelah, yang terdapat plastik besar berwarna putih yang terdapat dus kue di dalamnya. Pada penutup dus tertulis nama toko kue yang pernah dikatakan oleh anaknya.
“Syukur atuh. Udah hampir jam 9, akang cepat pulang. Mumpung Dewi belum pulang.”
“Dewi masih ngamen?”
“Iya, kang.”
“Ya sudah, akang pulang sekarang. Assalamu’alaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Herman mengakhiri panggilannya. Diletakkan ponsel di atas dashboard, kemudian pria tersebut segera menjalankan angkotnya lagi. Hari ini dia mendapat banyak penghasilan, dan sebagian penghasilan dibelikan kue ulang tahun untuk Dewi yang hari ini genap berusia 18 tahun.
Angkot berwarna hijau yang dikendarai Herman berbelok ke arah kiri. Pria itu bermaksud langsung pulang. Kemudian dia menangkap sosok seorang gadis muda berdiri sendiri di pinggir jalan. Herman menepikan angkotnya tepat di depan gadis tersebut.
“Neng.. mau kemana?” tanyanya dengan suara setengah berteriak.
“Mau ke kebun kelapa.”
“Hayu naik, neng. Kebetulan satu arah,” tawar Herman.
Gadis itu bepikir sejenak, ada sedikit keraguan. Tapi akhirnya dia memilih untuk naik. Setelah penumpang tersebut naik, Herman menjalankan kendaraannya lagi. Baru beberapa meter berjalan, dua orang lelaki menghentikan angkotnya.
“A.. narik?"
“Narik kang.”
Pria itu mengangguk, kemudian bersama temannya segera naik ke dalam angkot. Kedua pria itu segera duduk mengapit satu-satunya penumpang perempuan. Awalnya gadis itu tak menyadari apa yang dilakukan dua orang tersebut karena sibuk bermain ponsel. Namun kemudian dia menyadari kalau ada yang tidak beres dengan mereka. Tubuh keduanya semakin menempel pada gadis itu, dan salah satu tangan pria itu meraba pelan punggung sang gadis.
“Eh.. jangan kurang aja ya!” hardik sang gadis menghentikan aksi pria di sebelah kanannya.
“Ngga usah berisik. Di depan kamu ikut turun sama kita.”
Gadis itu terjengit ketika merasakan benda runcing di pinggang sebelah kirinya. Wajahnya seketika pucat. Dia hanya bisa mengangguk pelan dengan hati ketar-ketir.
“Kiri mang!”
Salah satu pria mengetuk atap angkot. Herman segera menghentikan angkotnya. Pria tadi segera turun, disusul oleh sang gadis dan pria lainnya. Setelah membayar ongkos angkot, kedua pria itu berjalan dengan gadis yang usianya mungkin dua tahun di atas Dewi berada di tengah-tengah mereka.
Herman masih belum menjalankan angkotnya. Dia merasa curiga dengan gelagat kedua penumpangnya tadi. Apalagi begitu melihat wajah sang gadis yang pucat dan nampak ketakutan. Matanya terus melihat pergerakan mereka melalui kaca spion. Ketiganya semakin mengarah ke area yang sepi dan gelap.
Kecurigaan Herman semakin besar. Pria itu mematikan mesin mobil kemudian mencari-cari sesuatu yang bisa digunakan sebagai senjata. Dengan membawa kunci roda, dia turun dari mobil lalu mengejar ketiga orang tadi.
🌸🌸🌸
**Dari awal bab kan udah pada sakit perut. Kemarin agak melow dikit, sekarang dikasih tegang dikit aja ya. Biar berasa nano² bacanya😁
Yang bilang Adrian mirip bon cabe dan kompor mledug, ternyata kalian masih belum bisa move dari mereka ya😁🙈
Terima kasih ya, aku senang kalau KPA meninggalkan kesan mendalam untuk kalian😘😘😘
Jangan lupa komennya, biar aku tambah semangat ngehalunya🥰 Dan doakan juga kondisiku cepat pulih🙏**
kanebo nya masih gak thor.. aku mau 1 aja...😞
kanebo nya masih gak thor.. aku mau 1 aja...😞
dari bab awal dak comed...
krn mengulang baca dan gak ada bosen nya yang ada malah bikin kangen😍😍
lagu "bring me to life" teringat karya mu thor🙈