Lanjutan Beginning And End Season 2.
Setelah mengalahkan Tenka Mutan, Catalina Rombert berdiri sendirian di reruntuhan Tokyo—saksi terakhir dunia yang hancur, penuh kesedihan dan kelelahan. Saat dia terbenam dalam keputusasaan, bayangan anak kecil yang mirip dirinya muncul dan memberinya kesempatan: kembali ke masa lalu.
Tanpa sadar, Catalina terlempar ke masa dia berusia lima tahun—semua memori masa depan hilang, tapi dia tahu dia ada untuk menyelamatkan keluarga dan umat manusia. Setiap malam, mimpi membawakan potongan-potongan memori dan petunjuk misinya. Tanpa gambaran penuh, dia harus menyusun potongan-potongan itu untuk mencegah tragedi dan membangun dunia yang diimpikan.
Apakah potongan-potongan memori dari mimpi cukup untuk membuat Catalina mengubah takdir yang sudah ditentukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raffa zahran dio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 : Misi Ke Dua.
MALAM DI RUMAH KEDIAMAN ROMBERT
Rumah keluarga Rombert berdiri megah di tengah taman yang luas—seperti istana kuno yang disentuh sentuhan modern. Cahaya bulan menyinari atap berwarna emas, dan bunga mawar di taman menyebarkan bau wangi yang lembut. “Krek… krek…” suara angin yang bertiup melewati daun pohon, dan lampu hias di teras berkedip-kedip seperti bintang di langit. Di dalam, semua sudah sunyi—hanya suara jam dinding yang “tik… tok… tik… tok…” yang bergema, menandai waktu yang berlalu.
Di kamar Catalina yang penuh warna, anak kecil itu tertidur puas di atas kasur berbentuk bunga yang lembut. Rambut putih gradasi pink nya melayang di atas bantal, dan wajahnya tampak damai—mata kiri pink dan kanan merah tertutup rapat. Guling boneka kuda pink nya tergeletak di samping, dan lilin wangi yang menyala memberikan cahaya lembut di ruangan. Semua terasa damai… sampai mimpi mulai datang.
MIMPI CATALINA
Catalina membuka mata dan menemukan dirinya berdiri di tengah jalan raya Tokyo yang sunyi—hanya cahaya lampu jalan yang “nyalir… nyalir…” menyinari jalan yang kosong. Waktu menunjukkan tengah malam, dan langit terlihat gelap seperti tinta. Dia memandang sekeliling dengan tatapan yang santai tapi penuh waspada, menggeser rambut yang terjatuh ke wajahnya. “Hmm… jadi… memori apa yang di perlihatkan di mimpi membosankan ini?” ucapnya dengan suara yang lebih dewasa dari usianya, berjalan perlahan dengan langkah yang mantap.
Tiba-tiba—“BOOOM!!”—suara ledakan yang menggelegar mengguncang udara. Api merah dan oranye meledak dari arah kantor polisi, dan debu melayang ke udara. Catalina melihat dengan cepat: sebuah mutan berukuran raksasa dengan kulit berwarna hitam kehitaman berdiri di tengah puing-puing kantor polisi, menginjak-injak bangunan yang masih berdiri. “Roaarr!!” suaranya menggelegar, membuat jendela di bangunan sekitar pecah berantakan.
Lalu, seseorang melompat dari atas bangunan—“Swoosh!!” suara angin yang dipotong. Itu Kei—rambut coklat tua nya terbang di angin, mata biru muda nya menyala dengan keberanian. Dia memegang katana yang terbuat dari air bening, dan dengan satu gerakan tegas yang cepat—“Sriit!!”—dia menebas mutan itu sampai hancur menjadi serpihan cahaya hitam.
Tetapi ketika debu menyebar, Catalina melihat apa yang ada di sekitar: warga Tokyo yang terjatuh di jalan, beberapa terluka parah, beberapa sudah tidak bernyawa. Kei berdiri di tengah puing-puing, katana air nya meleleh menjadi tetesan air. Dia menunduk, melihat warga yang menderita dengan mata yang penuh kesedihan dan kesalahan. “Aku… aku seharusnya bisa melindungi mereka…” bisiknya pelan, suara nya bergetar, dan dia menyentuh wajah seorang anak yang terluka dengan jari-jari yang lembut.
Catalina mendekat, menatap Kei dengan tatapan yang penuh pemahaman. “Jadi… mimpi ini menunjukkan warga Tokyo yang mati karena ancaman mutan bawahan Tenka… baiklah… misi ke dua ku…” ucapnya, dan dia mengangkat tangannya, seolah ingin menyentuh Kei—tapi mimpi itu tiba-tiba memudar seperti asap.
BANGUN DARI TIDUR: KEPUTUSAN DAN BAYANGAN DARI MASA DEPAN
Catalina membuka mata dengan cepat, nafasnya terengah-engah. “Hah… hah…” dia menarik napas dalam-dalam, melihat sekeliling kamar yang masih tenang. Dia melompat dari kasur dengan gerakan cepat—“Plak!” suara badannya menyentuh lantai—dan berjalan ke arah cermin besar yang berdiri di sudut kamar. Karena terlalu kecil, dia memanjat ke atas kursi yang ada di depan cermin, “Krek… krek…” suara kursi yang sedikit bergeser.
Dia berdiri tegak di atas kursi, menatap diri sendiri di cermin. Rambutnya sedikit kusut, tapi mata nya bersinar dengan kejelasan. “Masalah kutukan Tenka yang ada di mata kiri Kurumi masih belum ku selidiki lebih lanjut…” bisiknya, suara nya penuh kekhawatiran. Dia menyentuh pipi nya sendiri dengan jempol, ekspresi wajahnya berubah menjadi sedih. “Karena aku takut kutukan itu akan mengontrol tubuh Kurumi… dan Paman Kei… aku ga mau nama dia hancur karena kejadian besok…”
Dia menghela napas pelan, melihat ke arah jendela yang terbuka sedikit. “Baiklah… tapi kalau semisal nya warga kota melihat aku menghancurkan mutan itu bagaimana? Mereka semua pasti tahu aku anak nya mami dan papi karena mereka juga para pilar…” katanya, dan dia menggigit bibirnya sebentar—ekspresi wajahnya penuh kebingungan dan tekad.
Tiba-tiba, sebuah bayangan muncul di teras di luar jendela. Bayangan itu memiliki rambut panjang putih gradasi pink yang sama dengan Catalina, dan tubuh yang lebih tinggi—ini adalah Catalina dewasa. Dia berdiri dengan postur yang elegan, menunduk sedikit dan melambaikan tangan dengan senyum yang lembut.
Catalina asli terkejut sedikit, tapi tidak takut. Dia menghela napas, mata kiri pink dan kanan merah nya melihat dengan jelas. “Hahh… aku berharap dia memberikan aku kekuatan baru…” ucapnya, dan dia melompat dari kursi ke lantai, berjalan cepat ke arah jendela. Dia membuka jendela dengan gerakan cepat—“Klik… klak…” suara pintu jendela yang terbuka—dan melangkah ke teras yang ditutupi batu bata.
Dia mendekati bayangan Catalina dewasa, yang masih berdiri dengan tenang. “Nah… diriku… aku sudah melihat potongan memori tentang peristiwa besok… tapi… bagaimana cara aku diam diam membunuh monster itu?” tanyanya dengan suara yang tegas, ekspresi wajahnya penuh penasaran.
Catalina dewasa tersenyum, dan dia mengangkat tangan kanan nya sejajar dengan dada Catalina asli. “Untuk itu aku datang menemui mu… diriku…” ucapnya dengan suara yang lembut tapi penuh kekuatan.
Secara perlahan, sebuah kristal CIP berwarna api pink muncul dari dalam dada Catalina asli—“Mew… mew…” suara cahaya yang lembut, dan kristal itu berkilau seperti permata. Catalina dewasa melingkari tangan nya ke sekitar kristal, mengangkatnya perlahan. Tiba-tiba, aura hologram berwarna putih dan pink muncul di sekitar kristal—seperti hujan bintang yang jatuh lembut ke atasnya. “Sriit… sriit…” suara cahaya yang bergeser, dan kristal itu perlahan masuk kembali ke dada Catalina asli.
Catalina dewasa mengembangkan tangan nya, menatap Catalina asli dengan senyum yang penuh kepercayaan. “Baiklah… sekarang kamu bisa mengaktifkan domain supaya orang di sekeliling mu tidak melihat mu dan mutan besok…” katanya, dan dia mengangkat jempol. “Dan ada penambahan kekuatan nya… yaitu bisa mengisi energi tubuh mu dengan cepat… aku melihat di saat kamu mencegah kematian Kurumi dan melawan Tenka di halaman belakang rumah paman Kei dan bibi Reina… kamu kehabisan energi dan batuk darah karena di usia mu belum cukup untuk memakai kekuatan penuh dari CIP tier dua yaitu Prime CIP…”
Catalina asli menggerakkan jari-jari nya, merasakan energi baru yang mengalir di dalam tubuh. Dia tersenyum dengan kebahagiaan, mengangkat bahu nya. “Wah… kok kantuk ku hilang ya?” ucapnya dengan nada yang lucu, membuat Catalina dewasa ketawa kecil—“Hihi… hihi…” suaranya manis dan merdu.
“Karena aku baru memasukkan nya ke dalam tubuh mu, secara otomatis untuk sekarang kamu nggak ngantuk… baiklah diriku… waktuku sudah habis…” katanya, dan ekspresi wajahnya menjadi lebih serius. “Aku percaya kan takdir masa depan kepada mu…”
Catalina asli mengangguk dengan tegas, mata nya bersinar dengan keyakinan. “Baik lah diriku… Terima kasih kembali karena telah membawa ku ke masalalu dan mengubah takdir Dunia…” ucapnya, suara nya penuh rasa hormat dan kebahagiaan.
Catalina dewasa menyenyum sekali lagi, dan tubuhnya mulai menyala dengan api pink kehitaman. “Fwoosh…” suara api yang lembut, dan dia perlahan menghilang di dalam api itu—hanya meninggalkan bau wangi mawar yang menyebar di teras.
Catalina asli berdiri sendirian di teras, menatap langit yang penuh bintang. Dia merasakan energi yang kuat di dalam tubuh, dan ekspresi wajahnya menjadi penuh tekad. “Besok… aku akan melindungi Paman Kei dan semua warga Tokyo… dan aku akan pastikan tidak ada lagi korban…” bisiknya, dan dia mengangkat tangan ke langit, menyentuh cahaya bulan yang lembut. Di dalam kamar, jam dinding masih berjalan—“tik… tok… tik… tok…”—menandai bahwa waktunya semakin dekat.