NovelToon NovelToon
Silent Crack

Silent Crack

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Obsesi / Beda Usia / Romantis
Popularitas:455
Nilai: 5
Nama Author: Penulismalam4

Romance psychological, domestic tension, obsessive love, slow-burn gelap

Lauren Hermasyah hidup dalam pernikahan yang perlahan kehilangan hangatnya. Suaminya semakin jauh, hingga sebuah sore mengungkapkan kebenaran yang mematahkan hatinya: ia telah digantikan oleh wanita lain.

Di saat Lauren goyah, Asher—tetangganya yang jauh lebih muda—selalu muncul. Terlalu tepat. Terlalu sering. Terlalu memperhatikan. Apa yang awalnya tampak seperti kepedulian berubah menjadi sesuatu yang lebih gelap, lebih intens, lebih sulit dihindari.

Ketika rumah tangga Lauren runtuh, Asher menolak pergi.
Dan Lauren harus memilih: bertahan dalam kebohongan, atau menghadapi perhatian seseorang yang melihat semua retakan… dan ingin mengisinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penulismalam4, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18_ sudut yan tak selalu sepi.

Lauren berjalan menjauh dari kerumunan.

Langkahnya pelan, terukur, seolah ia hanya mencari udara yang lebih tenang—pojok ruangan yang tidak dipenuhi tawa dan pujian. Musik terdengar lebih redup di sini, cahaya lampu tidak seterang di tengah aula. Ia menghela napas, membiarkan bahunya turun, membiarkan dadanya mengembang tanpa harus mempertahankan senyum.

Namun langkahnya terhenti.

Di sudut ruangan itu—yang seharusnya sepi—Arga berdiri.

Dan Nadira bersamanya.

Jarak mereka terlalu dekat untuk sekadar disebut rekan kerja. Tidak ada sentuhan yang terang-terangan, tidak ada gestur yang bisa langsung dituduh. Namun tubuh mereka miring ke arah satu sama lain, percakapan mereka tertahan dalam jarak yang intim, seolah dunia di luar sudut itu tidak ada.

Lauren berdiri membeku.

Ia tidak berniat menguping. Ia tidak berniat mencari. Namun pemandangan itu datang kepadanya tanpa diminta.

Arga menoleh lebih dulu.

Wajahnya berubah—sepersekian detik saja—cukup bagi Lauren untuk melihatnya. Kaget. Lalu cepat tersusun kembali. Nadira mengikuti arah pandangnya, dan senyum tipis segera terukir di bibirnya.

“Lauren,” sapa Nadira lebih dulu, suaranya lembut. Terlalu lembut. “Aku harap kamu tidak salah paham.”

Lauren melangkah satu langkah mendekat, berhenti dengan jarak yang sopan. Ia mengangkat alis sedikit, menunggu.

“Nadi—rambutku,” lanjut Nadira sambil menyentuh ujung rambutnya sendiri. “Tadi tersangkut di kancing jas Arga. Aku hanya… mencoba melepaskannya.”

Penjelasannya rapi. Tenang. Masuk akal.

Namun matanya—Lauren menangkapnya—menatap dengan sesuatu yang disengaja. Tidak menantang. Tidak juga meminta maaf. Hanya yakin.

Lauren menoleh pada Arga.

Arga tidak berkata apa-apa. Hanya mengangguk kecil, seolah membenarkan penjelasan itu tanpa perlu ditambahkan.

“Oh,” kata Lauren pelan.

Ia tersenyum.

Senyum yang sama yang ia pakai berkali-kali. Senyum yang tidak retak. Senyum yang mengatakan aku mengerti, tidak apa-apa, aku percaya.

“Maaf kalau aku mengganggu,” lanjut Lauren, suaranya tetap hangat. “Aku hanya mencari tempat yang lebih tenang.”

“Tidak sama sekali,” jawab Nadira cepat. “Kami juga sudah selesai bicara.”

Lauren mengangguk. “Baik.”

Ia melangkah pergi—tidak terburu-buru, tidak juga lambat. Ia tidak menoleh lagi.

Di dalam dadanya, tidak ada ledakan. Tidak ada amarah yang meledak-ledak. Hanya sesuatu yang jatuh perlahan, seperti benda rapuh yang akhirnya diletakkan kembali ke tempatnya—dan pecah dengan suara yang hampir tak terdengar.

Ia berjalan sampai ke jendela besar di ujung ruangan. Kota terlihat berkilau di kejauhan, lampu-lampu seperti bintang yang tertata rapi. Lauren meletakkan telapak tangannya di kaca yang dingin.

Ia menarik napas.

Bukan karena ia percaya sepenuhnya pada penjelasan Nadira.

Bukan pula karena ia tidak merasa apa-apa.

Melainkan karena, di titik itu, kebenaran menjadi terlalu jelas untuk disangkal.

Kini ia tahu.

Nadira bukan hanya menggantikan posisinya di perusahaan.

Nadira juga telah menggantikan tempatnya di kehidupan Arga.

Dan yang paling menyakitkan bukanlah kenyataan itu—

melainkan betapa rapi, sopan, dan tenangnya proses penggantian itu terjadi

tanpa pernah meminta izin darinya.

Mereka pulang tanpa banyak bicara.

Arga menemukan Lauren di dekat jendela, berdiri dengan punggung lurus dan wajah yang kembali tenang. Ia tidak bertanya apa pun. Lauren pun tidak menawarkan penjelasan. Hanya satu anggukan kecil yang menjadi kesepakatan diam di antara mereka—sudah waktunya pergi.

Di dalam mobil, suasana terasa lebih sunyi dari sebelumnya.

Mesin menyala, lampu-lampu gedung acara menjauh perlahan. Kota malam kembali menjadi garis-garis cahaya yang memanjang di kaca jendela. Lauren duduk di kursi penumpang, menatap lurus ke depan, tangan terlipat di pangkuan. Gaun biru tuanya terasa lebih berat kini, seolah menyimpan semua tatapan dan kata-kata yang ia telan sepanjang malam.

Arga menyetir dengan kedua tangan di kemudi. Bahunya tegang. Ia melirik Lauren sekali—hanya sekali—lalu kembali menatap jalan.

“Kamu capek?” tanyanya akhirnya, memecah keheningan.

“Sedikit,” jawab Lauren pelan.

Arga mengangguk. Tidak menambahkan apa pun.

Lampu merah menghentikan mereka. Mobil berhenti. Waktu terasa mengulur, seperti menunggu sesuatu yang tak kunjung datang.

“Acara tadi…” Arga memulai, lalu berhenti. “Terima kasih sudah datang.”

Lauren tersenyum tipis. “Sama-sama.”

Jawaban itu benar, tapi tidak lengkap. Namun Lauren tidak berniat melengkapinya. Ada batas yang kini terasa jelas—batas antara apa yang ingin diucapkan dan apa yang tidak lagi perlu diperjuangkan.

Mobil kembali melaju. Jalanan menuju rumah lebih gelap, lebih sepi. Lauren menurunkan kaca sedikit, membiarkan udara malam menyentuh wajahnya. Ia menarik napas panjang, menahan gemetar kecil di dadanya.

Arga meliriknya lagi. “Kalau kamu tidak enak badan—”

“Aku baik,” potong Lauren lembut, tanpa menoleh. “Hanya lelah.”

Itu bukan kebohongan. Hanya saja, lelahnya bukan soal tubuh.

Mereka tiba di depan rumah. Lampu teras menyala, halaman tampak sama seperti saat mereka pergi—tenang, rapi, tak berubah. Arga memarkir mobil. Mesin dimatikan. Keheningan kembali mengisi ruang kecil di antara mereka.

Lauren membuka pintu lebih dulu. Ia melangkah keluar, menarik napas, lalu berdiri sejenak seolah ingin memastikan kakinya menapak dengan mantap. Arga menyusul, menutup pintu mobil, lalu berjalan di belakangnya.

Di dalam rumah, Lauren melepas sepatu dan tasnya, menaruhnya rapi di tempat biasa. Ia bergerak otomatis, seperti mesin yang tahu persis apa yang harus dilakukan. Arga menggantung jasnya, melonggarkan dasi, lalu berdiri canggung di ruang tengah.

“Kamu mau teh?” tanya Lauren, tanpa menoleh.

“Tidak,” jawab Arga. “Aku langsung mandi.”

Lauren mengangguk. “Baik.”

Suara langkah Arga menjauh ke arah kamar mandi. Tak lama, suara air mengalir terdengar—konstan, menutup ruang-ruang sunyi yang tersisa.

Lauren berdiri sendiri di dapur. Ia menyalakan lampu kecil, menuang air ke gelas, lalu meminumnya perlahan. Tangannya sedikit bergetar, tapi ia menggenggam gelas lebih erat sampai getar itu mereda.

Ia menatap pantulan dirinya di kaca lemari dapur. Senyum acara telah hilang. Yang tersisa hanyalah wajah yang jujur—lelah, namun tenang dengan caranya sendiri.

Malam itu, Lauren tidak menangis.

Ia berjalan ke kamar, melepas gaunnya, berganti pakaian rumah yang sederhana. Saat ia berbaring, ia memilih sisi ranjangnya sendiri, memunggungi tempat Arga akan kembali.

Ketika Arga masuk dan berbaring di sisinya, jarak di antara mereka tetap ada. Tidak disentuh. Tidak dijembatani.

Lauren menutup mata.

Di kegelapan itu, ia akhirnya mengakui sesuatu yang selama ini ia hindari:

pulang bersama tidak selalu berarti pulang ke satu tempat yang sama.

Dan malam itu, meski berada di rumah yang sama,

Lauren tahu—

ia pulang sendirian.

1
Mao Sama
Apa aku yang nggak terbiasa baca deskripsi panjang ya?🤭. Bagus ini. Cuman—pembaca novel aksi macam aku nggak bisa terlalu menghayati keindahan diksimu.

Anyway, semangat Kak.👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!