Seorang gadis bernama Anantari yang bercita-cita dirinya menjadi seorang ratu istana kerajaan. Perjuangan menjadi ratu kerajaan tidaklah mudah. Ketika ia ingin mewujudkan mimpi sebagai seorang ratu—terlalu banyak sekali hal yang harus ia hadapi, halangan-demi halangan terus menghampiri.
Namun ia adalah seorang gadis yang hebat. Dan tidak pernah menyerah akan mimpinya. Itu semua ia jadikan petualangan, sebuah petulangan yang panjang yang penuh lika-liku, dan Anantari selalu menjalani petualangannya menjadi seorang ratu dengan sangat riang gembira. Walaupun tidak mudah Anantari mencoba tidak menyerah, sampai mimpi menjadi seorang ratu terwujud.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikhlas M, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Terlihat Viscount yang baru saja tiba mengejar sang banteng yang hilang kendali. Lalu dia melesatkan tombaknya ke perut sang banteng, untuk menumbangkannya. “Wushhh!” Dengan cepat tombak itu melesat ke arah sang banteng. “Moo!” Terlihat sang banteng menjerit kesakitan, karena perutnya tertusuk oleh tombaknya Viscount. “KENA KAU!” Seru Viscount yang sumringah ketika buruannya tertangkap.
Lalu para warga-warga segera membantu. Mereka lalu mengingat kaki-kaki dari sang banteng yang sedang tersungkur, berbaring lemah secara bersamaan. Dengan kompak mereka saling bahu membahu. Lalu mereka kemudian hendak akan menggotong banteng besar itu secara bersamaan.
Mereka mencari sebuah bambu besar untuk di jadikan pegangan untuk menggotong banteng besar tersebut. “Tuan. Hendak akan di bawa kemana banteng besar ini?” Tanya salah seorang warga kepada Viscount.
“Kita akan membawanya ke Istana Artherlyn. Untuk orang-orang istana yang hendak akan menggelar makan malam bersama.” Sahut Viscount. “Sepertinya tuan adalah bangsawan dari kerajaan Aetherlyn. Apakah benar?” Tanya salah seorang warga sambil menggotong banteng besar itu. Viscount mengangguk. “Kamu benar. Namaku adalah Viscount. Salah seorang bangsawan di kerajaan Aetherlyn. Orang-orang di istana biasa memanggilku denga julukan ‘Sang Pemburu’. Karena hampir setiap hari, setiap hore aku menghabiskan waktuku hanya untuk berburu.
Terkadang aku sangat gemar memburu hewan-hewan besar, seperti babi hutan, dan rusa. Namun kebetulan aku melihat kerbau besar ini. Ini sebuah kehormatan untukku, untuk bisa menangkap kerbau ini. Aku pikir orang-orang kerajaan akan begitu senang. Karena di kerajaan berburu adalah sebuah simbol status. Berburu adalah kegiatan istimewa untuk para bangsawan.” Timpal Viscount. Para warga itu mengangguk. Lalu bersama-sama melanjutkan perjalan ke istana Aetherlyn.
...----------------...
Di halaman kerajaan Aetherlyn. Terlihat raja di temani oleh sang Jendral (Baron) Lalu kedua bangsawannya. Dan istrinya hendak menyambut Viscount yang baru saja tiba di istana dengan beberapa para warga yang membantunya.
“Hebat sekali Viscount! Kita akan makan besar malam ini!” Seru sang raja (Howard) menyambut Viscount dengan antusias. “Tidak sia-sia aku memberimu gelar “Sang Pemburu”.” Ucap sang Raja. Viscount tersipu malu mendapat dirinya di puji oleh sang raja Aetherlyn. Karena baginya di puji oleh sang raja Aerherlyn adalah suatu kehormatan besar.
“Lalu siapa para warga ini? Mereka berasal dari desa mana?” Tanya sang raja. Terlihat Viscount menyeringai ketika sang raja menanyainya demikian. Sepertinya dia malu atas kejadian yang menimpanya, ketika dirinya hendak memburu sang banteng “Oh itu sang raja. Mereka berasal dari barat. Tidak jauh dari kerajaan ini. Mereka salah satu penduduk tanah ini (Aetherlyn). Mereka hendak membantuku menangkap banteng besar ini.” Sahut Viscount.
“Oh baiklah. Kita harus siapkan menu makan malam yang besar untuk malam ini. Dan kalian para warga yang sudah membantu “Sang Pemburu” Menangkap banteng besar ini. Kalian di undang untuk makan besar malam ini.” Seru Howard. “Wah ini suatu kehormatan besar yang mulia raja.” Mereka mengangguk setuju untuk ikut bermakan malam di istana Aetherlyn. “Terimakasih yang mulia raja.” Sahut salah satu warga yang membantu Viscount.
Howard mengangguk. “Dengan senang hati rakyatku.” Jawab Howard.
...----------------...
Di sebuah taman di Aetherlyn di dekat hutan besar. Terlihat Viscount sedang serius berlatih mengembangkan kekuatannya (elemen kayu). Dia hendak di hampiri oleh teman baiknya Christoper. “Wahai teman baikku. Apakah sore ini kamu akan ikut membantu orang-orang di istana membantu membangun benteng kerajaan.” Tanya Christoper.
Viscount mengangguk. “Tentu sahabatku!” Seru Viscount. “Baiklah temanku. Namun sebelum kita membantu membangun sebuah benteng. Apakah kamu ingin berlatih terlebih dahulu bersamaku. Aku pikir kita sudah lama tidak berlatih bersama.” Tanya Christoper kepada Viscount. “Dengan senang hati sahabatku.”
Sebelum Christoper memberinya instruksi Viscount telah melesatkan serangannya kepada Christoper. “Elemen kayu hancurkan!” Seru Viscount sambil menapakan kedua lengannya di atas tanah. “Wushhhh!” Seketika akar-akar dari tumbuhan di sekitar hutan menjulang ke atas menjadi sebuah senjata. Lalu melesat ke arah Christoper. Seketika Christoper menghindari serangannya. “Bagus sekali temanku. Namun gerakanmu tidak lebih cepat dariku.” Celetuk Christoper kepada Viscount.
Lalu Christoper hendak mengeluarkan pedang dari punggungnya. “Sing!” Pedang itu terlihat sangat tajam. Berkilauan ketika di pandang. “Ting!” Lalu Christoper berteleportasi. Seketika dia berada di sebelah kiri atas Viscount. Dia hendak mengayunkan pedangnya ke arah Viscount. “Bukkk!” Namun dengan cepat Viscount menendang perut Christoper. “Wushhhh!”
“Boom!” Dia terhempas terlempar ke belakang. Dirinya hendak menabrak pohon besar yang menjulang. “Bagaimana dengan itu sahabatku. Apakah tidak cukup cepat?” Tanya Viscount. Terlihat Christoper menyeringai. “Boleh juga temanku. Kamu sepertinya akhir-akhir ini sudah berkembang dengan pesat.” Puji Christoper kepada Viscount.
Lalu dia kembali mengeluarkan pedang. Itu adalah pedang keduanya. Dia hendak menggenggam dua pedang sekarang. “Elemen kayu berubahlah menjadi sebuah tombak. Dan hancurkan sang musuh!” Seru Viscount yang kembali memanggil kekuatannya. Namun kali ini kekuatannya berubah menjadi dua buah tombak. “Wushh!” Seketika dua tombak panjang menjulang dari bawah tanah ke arah Christoper.
Namun dengan cepat Christoper membelah tombak-tombak itu dengan pedangnya. “Sing, Sing!” Lalu tombak-tombak itu terlihat terbelah. Christoper menggagalkan serangan. Lalu mereka terus melanjutkan latihan hingga sore hari. Mereka saling menahan serangan demi serangan. Saling menyerang. Lalu ketika hampir sore hari mereka berdua hendak berhenti berlatih. Karena sebentar lagi mereka akan membantu membangun sebuah benteng istana Aetherlyn.
Sebelum mereka berangkat membangun benteng di istana Aetherlyn, tiba-tiba saja Viscount memberi pesan kepada Christoper. Christoper yang bingung dengan sahabatnya. Karena sekian lama mereka mengenal satu sama lain. Christoper tak pernah melihat Viscount begitu serius dengan ucapannya kali ini.
“Sahabatku jika nanti aku berperang. Namun di peperangan itu aku hendak gugur (meninggal) aku harap kamu akan merelakan kepergianku. Karena aku berpikir, sepertinya waktuku di dunia ini tidak akan lama lagi. Akhir-akhir ini aku sering sekali bermimpi buruk. Sepertinya ada hal buruk yang akan menimpa nasibku. Dan ini sebuah kalung. Ini sangat berharga untukku. Sebuah peninggalan dari nenek moyang pengguna elemen kayu. Kamu lihat ada sebuah simbol Yin Yang (taiju) yang terbuat dari kayu. Yang melambangkan dua kekuatan yang berlawanan, namun saling melengkapi. Dengan kalung ini aku merasa terhubung dengan mereka (para nenek moyang) yang telah lama pergi. Aku harap kamu bisa menjaganya untukku sahabatku.” Gumam Viscount kepada Christoper sambil memberikan kan kalung penuh makna tersebut. Terlihat Christoper menohok. Dia tidak percaya yang baru saja (temannya) ucapkan kepadanya. “Tanda apakah ini? Apakah sesuatu akan terjadi?” Batin Christoper bertanya-tanya.
Lalu Viscount menepuk pundak Christoper yang terlihat bingung. “Sudahlah sahabatku. Kita harus membantu orang-orang di istana membangun benteng kerajaan.” Sahut Viscount kepada Christoper. Lalu mereka bergegas untuk membantu membantu membuat benteng istana Aetherlyn.
...----------------...
“Oh tidak temanku Viscount. Jangan mati!” Teriak Christoper sambil mengernyitkan dahinya. Christoper tidak percaya ucapan Viscount di hari itu akan menjadi kenyataan yang nyata.