Enemy To Lover

Mandaka memegang telinganya yang sakit kena jewer Carole dan merasa déja vu karena ibunya sering melakukan hal yang sama. Rarasati, ibu Mandaka, mengikuti ajaran semua kaum emak klan Pratomo. Galak, tegas, jurus andalan capit telinga tanpa bayangan dan super VOC parenting. Mandaka tidak heran kalau Rarasati seperti itu karena dia, Mandasari dan Mavendra, anak-anak aduhai semua. Bandelnya nggak ketulungan!

Carole lalu menarik celana panjang Mandaka keatas dan melihat ada luka di betisnya. Gadis itu lalu membuka tas ranselnya dan mengambil kotak P3K yang selalu ada di tasnya untuk situasi seperti ini.

"Ada luka di kaki kamu. Memangnya kamu nggak ngerasa sakit gitu?" tanya Carole sambil membuka botol Betadine setelah sebelumnya membersihkan luka di kaki Mandaka dengan alkohol.

"Mana ingat Chagiya. Sakitnya kalah dengan adrenalin," jawab Mandaka sambil berusaha menghubungi markas Black Scorpio. "Damn it! Kenapa tidak ada sinyal sih!"

Carole sudah selesai mengobati kaki Mandaka yang terluka. Meskipun dirinya bukan dokter, tapi selama bergabung dengan Black Scorpio, mau tidak mau dia harus belajar mengobati luka dasar. Bahkan dokter di Black Scorpio sendiri yang membimbingnya. Dokter bernama Kenzō Tenma, mengambil nama karakter dari manga Monster itu, mirip dengan karakter karangan Naoki Urasawa.

Selain Kenzō Tenma yang memang jenius, ada juga dokter ahli bedah dan penyakit dalam lainnya bernama Heaven Canceller yang diambil dari anime A Certain Magic Index. Pria yang sebaya dengan Snake itu dikenal dokter yang punya metode bedah diluar Nurul karena baginya keselamatan pasien adalah paling utama.

Kedua pria kharismatik itu sangat dipercaya Snake untuk menolong anak buahnya yang terluka dan dua dokter itu pun tidak pernah mengkhianati ayah Carole karena mereka pun berhutang nyawa.

"Bagaimana kamu bisa mengobati aku seperti itu?" tanya Mandaka bingung karena Carole dengan telaten memberika perawatan padanya.

"Dua dokter di Black Scorpio yang mengajari aku. Dokter Kenzō Tenma dan Dokter Heaven Canceller," jawab Carole kalem yang kemudian mengobati kening Mandaka yang terluka.

"Serius itu dokter Monster dan A Certain Magic Index?" tanya Mandaka bingung sambil menatap Carole yang dekat dengannya.

"Kamu tahu anime dan manga itu?" Carole menatap Mandaka tidak percaya.

"Chagiya, kamu bertanya pada anak yang punya perpustakaan pribadi di rumah New York dengan penuh manga serta komik DC plus Marvel. Tentu saja aku baca dan nonton animenya!" senyum Mandaka.

"Oh begitu." Carole memasangkan plester di kening Mandaka.

"Sekarang giliran a ...." Mandaka merasakan kepalanya pusing lalu menyandarkan punggungnya di tembok.

"Oke, sekarang kita semua minum aspirin dulu karena aku juga merasakan pusing ... Sungguh delay," gumam Carole sembari mengambil dua butir aspirin di kotak obat dan memberikan pada Mandaka satu serta dirinya satu. Carole mengambil botol air mineral yang ada di ranselnya dan keduanya minum aspirin dengan satu botol.

Mereka berdua baru merasakan lelah dan sakit sekarang setelah sebelumnya harus berusaha kuat akibat adrenalin.

"Kening kamu belum diobati, chagiya ..." Mandaka menggumam sambil memejamkan matanya.

"Gampang ...." Carole menyandarkan kepalanya di bahu Mandaka yang kemudian memeluk pinggangnya. "Aku ... ingin tidur dulu ...."

Mandaka mencium kening Carole lalu tak lama mereka pun terlelap.

***

Markas Black Scorpio

"Kenapa mobil Bixby tidak bisa dihubungi?" tanya Eagle Eye bingung.

"Coba telepon semuanya!" perintah Binturong.

"Tidak ada yang aktif, Bin!" sahut Rat.

Snake yang datang bersama Bear ke ruang monitor itu pun bingung kenapa putrinya tidak bisa dihubungi.

"Kemana Carole?" tanya Snake. "Ada info? Manda bisa dihubungi? Bilbao? Boromir?"

"Tidak ada yang aktif semua, Boss!" jawab Eagle Eye. Wanita berwajah dingin pemilik mata bewarna kuning keemasan seperti elang itu tampak panik. Bagaimana pun, dia adalah ibu baptis Carole dan almarhum istri Snake, menitipkan putrinya kepadanya.

"Apa terjadi sesuatu di tengah jalan?" gumam Snake. "Cari pakai satelit!"

"Baik Boss!"

Snake mengambil ponselnya. "Rylee. Aku butuh bantuan kamu."

***

Apartemen Rylee di New York

"Ada apa Ry?" tanya Joey nama panggilannya Johanna, istri Rylee yang melihat suaminya panik dan bangun tengah malam.

"Daka tidak bisa dihubungi!" Rylee bergegas menyalakan komputernya dan beberapa layar di ruangan itu menyala.

"Memang belum sampai?" tanya Joey sambil duduk di sebelah suaminya. Sebagai chief IT FBI, Joey punya pengalaman IT yang aduhai. Jari jemarinya pun mencari GPS keponakannya.

"Belum." Rylee mulai mengarahkan satelit Jang Corp ke perbatasan Sudan dan Sudan Selatan. "Kamu menemukan GPS Daka?"

"Got it!" jawab Joey.

"Kirim ke Snake." Mata Rylee dan Joey terbelalak saat mereka melihat bangkai mobil Hummer yang terbalik dan terbakar. "Astaghfirullah ...."

"Tapi ... Daka masih hidup, Ry!" Joey memperlihatkan titik GPS Mandaka lengkap dengan denyut jantungnya. "Aku akan memakai satelit NSA untuk cari tahu apa yang terjadi."

"Tapi sayang, kenapa harus NSA?" tanya Rylee.

"Karena cuma itu yang bisa aku hack," senyum Joey usil.

Rylee tersenyum smirk. "Dasar!"

Joey lalu mencari tahu lewat satelit NSA dan mereka melongo saat melihat detik-detik mobil Hummer itu ditembak grenade launcher. Mobil besar itu terpental dan berguling beberapa kali hingga akhirnya berhenti.

"Bagaimana bisa tidak meledak Ry?" tanya Joey.

"Karena Snake sudah membuat semuanya aman. Oh Shiiiitttt! Daka dan Carole masih hidup!" seru Rylee saat melihat keponakannya keluar bersama Carole sambil membawa dua tas di tangan plus Golck. "Aku akan hubungi Snake."

"Tunggu Ry ...." Joey melihat sebuah mobil mendekati mobil Hummer itu dan menjarah barang-barang di dalamnya termasuk membawa Bilbao.

"Kemana Bixby dan Boromir?" Rylee pun baru menyadari bahwa ketika mobil perompak itu pergi, Mandaka dan Carole berjalan ke mobil dan mengeluarkan jenazah Bixby dan Boromir. "Innalilahi. Sayang, kamu sudah kirim ke Snake?"

"Sudah ...." Joey tampak shock melihat bagaimana Mandaka dan Carole menggali lubang kubur untuk Bixby dan Boromir dengan kondisi masih berantakan.

"Aku juga memberikan koordinat Daka." Rylee mengusap wajahnya. "Ya Allah ...."

***

Markas Black Scorpio di Sudan Selatan

Semua orang disana terdiam saat mengetahui apa yang terjadi.

"Astagaa Tuhanku ...." Eagle Eye dan beberapa mercenaries wanita lainnya langsung menangis saat tahu situasinya.

Snake sampai tidak bisa berkata apa-apa. "Sekarang ... Kita cari Manda berdasarkan sinyal GPS yang diberikan Rylee! Bawa dokter Kenzō dan dokter Heaven. Bawa kantong jenazah untuk Bixby dan Boromir ...."

"Tapi Snake, mereka sudah dimakamkan Manda dan Carole," potong Bear.

"Tidak Bear. Kita bawa pulang. Mereka pasti lebih senang dimakamkan di pemakaman milik kita. Aku tidak bisa meninggalkan mereka berdua disana ...." Snake menghela nafas panjang. "Baru setelahnya, kita cari Bilbao dan balas dendam!"

***

Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu