NovelToon NovelToon
Misteri Kematian Pria Desa Kabut Surem

Misteri Kematian Pria Desa Kabut Surem

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Dendam Kesumat / Tumbal
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Juniar Yasir

“Arghhhhkkkk mayaaaat!!!’’


Tumini yang sedang mencari rumput untuk makanan ternaknya, tiba-tiba saja mencium aroma busuk dari sekitarannya. Dia yang penasaran meski takut juga memberanikan diri masuk ke kebun lebih dalam.

Saat asik mencari sumber bau busuk, Tumini di buat shock berat karena melihat mayat yang menggantung di pohon cengkeh.

Bagian dada kiri terdapat luka bolong lumayan besar, bagian kaki terus mengucurkan darah, mayatnya juga sudah tidak di kenali.



Apa yang terjadi di kampung Kabut Surem? akankah kematian misterius bisa terpecahkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ningrum aneh

Di rumahnya kini keadaan Dimas sudah baikan, bahkan seperti tidak pernah sakit. Sekarang juga bisa makan dengan benar. Tadi saat dimandikan dengan air ruqyah dari ustadz Mumtaz dan minum juga, Dimas muntah darah. Banyak benda asing keluar bersama darah yang berhamburan di kantai. Della saja sampai muntah juga melihatnya.

Saat mandi, badan juga rasanya panas sekali bak di bakar di bara api. Tapi karena demi pengobatan, Dimas rela merasakan ini dari pada kembali di santet begitu.

Saat ini mereka masih menghawatirkan Ambar yang masuk hutan sendiri. Della juga terlihat mondar mandir karena cemas sekali akan sepupunya itu.

“Aku enak enakan makan di rumah, sementara Ambar entah dimana dan bagaimana keadaannya’’ ucap Dimas di sela makannya. Sebenarnya belum bernafsu tapi karena tak ingin tambah menyusahkan keluarga terpaksa makan saja.

“Kita berdo'a saja semoga Ambar dalam lindungan Allah. Lagipula yang di minta untuk mencari obat hanya Dia saja, jika tidak pasti aku akan ikut juga’’ timpal Della.

"Apa aku susul aja ya?! Kan yang sakit aku, masa yang lain harus masuk hutan begitu, apalagi ini perempuan Loh yang masuk hutan, sendiri pula’’ Dimas sungguh merasa tak enak hati dan khawatir sekali.

“Nggak boleh! Nanti kamu sakit lagi. Cukup Dia saja yang mencarikan obat, memang sudah tugasnya. Kan ustadz Mumtaz juga sudah mewanti-wanti agar kamu jangan keluar dulu dari rumah.’’ sembur Ningrum agak emosi.

“Mama kok bilang begitu sih?! Kan kasian Ambar sendirian di hutan sana!’’ Della tak suka mendengar ucapan Ningrum seolah biasa saja, padahal Ambar sendirian di sana.

“Terus mama harus gimana? Harus membiarkan kakakmu masuk hutan sementara keadaanya baru pulih?!’’ balas Ningrum.

“Tapi ucapan mama barusan seolah mama biasa saja saat Ambar masuk hutan sendiri, nggak ada terlihat khawatir sedikit pun!’’ ujar Della tak kalah sengit.

"Sudah-sudah! Ini kok kalian malah ribut?!’’ Darma menengahi.

“Della, nggak baik ngejawab begitu’’ lanjut Darma.

Della yang kesal langsung naik ke atas dan masuk kamar. Dia begitu heran melihat respon mamanya. Biasa orang tua mereka akan khawatir bila anak akan terjadi sesuatu, tapi kali ini Ningrum malah bersikap lain dari biasanya. Tak ingin tambah pusing, Della memutuskan untuk tidur siang saja. Berharap saat bangun nanti hati yang panas akan hilang.

🩵

Di bawah, Denis dan Arum bermain di kolam samping rumah atau lebih tepatnya kolam ikan yang bisa di lalui dari kamar mendiang Eyang Gayatri. Sekarang kolam itu sudah bersih dan ada ikan nya. Dulu di isi dengan ikan hias, sekarang Darma memelihara ikan nila dan patin. Keduanya sedang memberi makan ikan.

Pria tua tampak mengendarai motor matic, lalu berhenti dan turun. Melihat dua anak kecil di taman samping langsung di dekatinya.

""Assalamualaikum’’ Lek Sardi datang menenteng kantong kresek.

"Wa'alaikum salam. Kakek cari siapa?’’ tanya Denis ramah.

"Oalah cah Lanang. Bapak mu mana?’’ tanyanya balik.

“Papa ada di dalam, sebentar ya saya panggil dulu kek’’ Denis pamit masuk rumah.

Lek Sardi menatap intens Arum, bibir ada kumis di atas itu tersenyum ringan.

“Cah ayu siapa nama nya?’’ tanya nya menatap Arum yang hanya diam dari tadi.

“Arum kek’’ balas Arum menoleh sebentar lalu kembali melihat ikan yang berebutan makanan.

“Ouh, bagus sekali nama nya secantik orangnya’’ puji nya tulus, tapi Arum hanya fokus pada ikan.

“Lek Sardi, mari silakan ke dalam!’’ Darma datang mengajak Lek Sardi masuk rumah.

“Iya’’ Pria tua ini mengikuti darma yang duluan masuk, sebelumnya Dirinya sempat menoleh ke gudang tua milik keluarga Eyang Gayatri.

.

“Ada apa lek?’’ tanya Darma langsung. Karena kebetulan sekali Sardi main kerumah mereka.

“Sebelumnya maaf to yo. Begini toh Dar, tadi pak Lek lihat Saimin menerabas semak belukar di kebun cengkeh mu, tapi malah membakar di area parit sempadan Pak lek. Pak lek takutnya terbakar’’ ujar nya hati-hati.

“Pak lek Ndak perlu minta maaf. Iya, kemarin saya memang meminta Pak Saimin membersihkan kebun almarhum Ibuk, cuman saya belum ada memintanya membakar. Saya kira juga kan Ndak langsung di bakar. Nanti saya bilang sama Dia ya pak lek. Maaf ya!’’ Darma menjelaskan, karena sungkan juga. Takut juga akan terjadi kebakaran hebat.

Setelah obrolan singkat itu, lek Sardi langsung pulang karena nanti malam akan memancing, jadi harus mencari umpan terlebih dahulu. Yuda sang putra juga sudah Lo setuju mau di ajak memancing. Sebenarnya janjian tadi malam habis tahlilan, tapi karena Yuda yang beralasan ada hal penting, jadi lah malam ini saja baru bisa.

💀

Darma yang sungkan pada lek Sardi, saat ini sedang di rumah Mbok Tukiyem. Ternyata yang di cari sedang tidak ada di rumah, Mbok Tukiyem mengatakan sang suami sedang mencari kayu di hutan sambil mencari ikan di didaerah air terjun di Curug.

“Jadi tidak pulang dulu saat magrib Buk?’’ tanya Darma yang memang akrab sekali dengan keluarga ini.

“Ya begitulah Pak De mu. Tapi Dia membawa pakaian ganti dan sajadah kecil juga, jadi bisa di gunakan’’ Mbok Tukiyem membuat wedang jahe kesukaan Darma.

“Silakan di minum Den’’

“Buk, jangan panggil aku Aden terus. Bukankah kita sudah sepakat dulu!?’’ Darma sudah menganggap mereka keluarga sendiri karna memang Mbok Tukiyem sudah lama bekerja dengan Eyang Gayatri. Mbok Tukiyem hanya tersenyum mengangguk.

“Kinanti dimana Buk? Kok nggak kelihatan?’’ Darma celingak-celinguk mencari keberadaan gadis itu.

“Dia kembali kerja ke luar negeri. Anak itu bandel sekali, aku sudah bilang jangan pulang ke desa lagi karena sakit ku kemarin tidak parah, tapi malah ngeyel. Nah kan sekarang mengeluarkan biaya Ndak sedikit lagi untuk berangkat!’’ jawabnya agak kesal.

“Ya namanya juga anak-anak Buk, pasti khawatir pada orang tua. Tapi usia Kinanti udah hampir kepala 4 loh Buk, kok Yo belum menikah.'’ Darma kasian juga pada Kinanti.

"Kamu kan tau sendiri adik mu iku keras kepala, Ndak mau Dia di jodohkan. Wes mboh, sak karep dek e Dewe lah. Puyeng kepalaku memikirkan nya.’’ ujarnya, Darma hanya mengangguk.

Saat Dirinya menoleh ke kamar sekelbat bayangan putih terlihat mengambang.

“Eh, apa itu?’’ Darma berdiri mau melihat.

“Opo?’’ Mbok Tukiyem ikut berdiri.

“Kok kaya ada orang nya di kamar?!’’ Darma penasaran jadinya.

“Oh, bukan. Mungkin mukena, tapi Aku menaruh nya sembarangan.’’ balasnya, Darma beroh-ria saja.

Setelah minum teh jahe dan ngobrol ringan, Darma memutuskan untuk pulang, karena sudah pukul 9 juga.

.

Jangan lupa like dan komentar nya

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!