Yan Ruyin, nama yang membuat semua orang di Kediaman Shen jijik. Wanita genit, pengkhianat, peracun… bahkan tidur dengan kakak ipar suaminya sendiri.
Sekarang, tubuh itu ditempati Yue Lan, analis data abad 21 yang tiba-tiba terbangun di dunia kuno ini, dan langsung dituduh melakukan kejahatan yang tak ia lakukan. Tidak ada yang percaya, bahkan suaminya sendiri, Shen Liang, lebih memilih menatap tembok daripada menatap wajahnya.
Tapi Yue Lan bukanlah Yan Ruyin, dan dia tidak akan diam.
Dengan akal modern dan keberanian yang dimilikinya, Yue Lan bertekad membersihkan nama Yan Ruyin, memperbaiki reputasinya, dan mengungkap siapa pelaku peracun sebenarnya.
Di tengah intrik keluarga, pengkhianatan, dan dendam yang membara.
Bisakah Yue Lan membalikkan nasibnya sebelum Kediaman Shen menghancurkannya selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arjunasatria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
“Kak Shen Liang? Kapan kembali dari perjalanan bisnismu?” tanya Meirong, langkahnya cepat mendekati Shen Liang, suaranya dibuat hangat.
“Semalam,” jawab Shen Liang singkat.
“Cepat sekali,” ujar Meirong, senyumnya mengembang. “Aku bahkan tidak sempat menyambutmu.”
“Tidak perlu menyambutku,” balas Shen Liang. Pandangannya melewati Meirong, jatuh pada Yue Lan.
Aula kembali sunyi.
Tian’er berdeham. “Kak Liang datang tepat waktu. Ada hal yang perlu dijelaskan oleh istrimu.”
Shen Liang tidak langsung menjawab. “Tentang apa?”
“Tentang kepergiannya semalam,” sela Shen Wei. “Dan tentang tanda merah di lehernya itu.”
Beberapa orang menoleh lagi ke leher Yue Lan.
Shen Liang melangkah satu langkah. “Tanda apa?”
Meirong tersenyum lembut. “Tanda merah yang seharusnya tidak muncul pada seorang istri yang menghilang dari kamarnya semalamam saat suaminya sedang dalam perjalanan bisnis.”
Shen Liang menatap Yue Lan. Dia memperhatikan sikap Yue Lan yang begitu tenang padahal sedang di pojokan.
“Jawab,” kata Tian’er.
Yue Lan membuka mulut, lalu menutupnya kembali. Ia menahan napas. Kali ini, ia memilih diam.
Shen Liang beralih ke Shen Wei. “Kau berkata ia menghilang. Dari mana kau tahu?”
Shen Wei tersenyum tipis. “Aku mencarinya.”
“Mencari istriku?,” tanya Shen Liang. “Malam-malam untuk apa?”
Udara menegang.
“Itu....” Shen Wei hendak menyela.
“Jawab pertanyaanku,” potong Shen Liang, datar.
Shen Wei terdiam sepersekian detik. “Aku hanya sedang berjalan-jalan dan tidak ada saalahnya aku ingin memastikan adik iparku aman di kediamannya.”
Shen Liang mengangguk kecil. “Baik.”
Ia menoleh pada semua orang. “Istriku sakit semalam. Ia berada di paviliunku.”
Bisik-bisik pun meledak.
“Di paviliun Tuan Muda?”
“Semalaman?”
“Itu berarti....”
Meirong tersentak. “Kak Liang...”
Shen Liang mengangkat tangan. “Cukup.”
Ia menatap Yue Lan lagi. “Bekas itu urusanku.”
Keheningan jatuh. Wajah-wajah di aula membeku tak percaya. Semua orang tahu hubungan Shen Liang dan Yan Ruyin selama ini seperti es yang retak, dingin, kaku, nyaris tak pernah saling menyapa.
Tian' er mengernyit. "Kau membelanya?"
Shen Wei menyunggingkan senyum tipis yang tidak sampai ke matanya.
“Tidak perlu berbohong hanya untuk menyelamatkan nama Yan Ruyin,” katanya. “Atau jangan-jangan kau sedang menyelamatkan namamu sendiri? Takut menanggung malu karena kelakuan istrimu?”
Shen Liang tidak langsung menjawab. Tatapannya tetap lurus, tidak goyah meski kata-kata Shen wei tajam dan disengaja untuk melukai.
“Aku mengatakan yang sebenarnya,” ulangnya, tenang.
Tian’er terkekeh kecil, sinis. “Semua penghuni kediaman Shen tahu bagaimana perangai istrimu itu. Pandai menggoda pria, berpindah dari satu ranjang ke ranjang lain. Apa kau pikir satu malam bersamamu bisa menghapus semuanya?”
Tatapan itu beralih ke Yue Lan, penuh penghinaan.
Yue Lan mengangkat dagu. Wajahnya tenang, terlalu tenang untuk seseorang yang sedang dihina di depan banyak orang.
"Wah, kaka Tian' er pandai sekali berbicara, ” katanya datar. “Kalian semua begitu yakin mengetahui apa yang terjadi di balik pintu kamar orang lain.”
Tian’er menyeringai. “Nama burukmu bukan baru kemarin.”
“Benar,” sahut Yue Lan. “Itu sebabnya aku heran. Jika aku memang seperti yang kalian katakan, mengapa kalian terlihat begitu gelisah sekarang?”
Aula kembali hening.
Shen Liang melangkah setengah langkah ke depan, berdiri tepat di sisi Yue Lan. Sikap sederhana itu saja sudah cukup membuat beberapa orang menahan napas.
“Cukup,” katanya. “Reputasi istriku, benar atau salah, adalah urusanku.”
Ia menatap Tian’er, lalu Meirong, satu per satu. “Dan mulai hari ini, siapa pun yang masih menggunjingkannya tanpa bukti, berarti sedang mempertanyakan penilaianku sebagai suaminya.”
Kata-katanya jatuh pelan, namun bobotnya terasa jelas.
Yue Lan menoleh sekilas ke arah Shen Liang. Untuk sesaat, ia terdiam. Bukan karena perlindungan itu semata, melainkan karena sesuatu yang baru saja ia sadari.
Di balik wajah dingin dan sikapnya yang selalu terkendali, tersimpan ketegasan yang selama ini tersembunyi ketegasan seorang pria yang, sekali memilih berdiri di satu sisi, tidak akan pernah mundur.
Dan pada saat itu, Yue Lan mengerti.
Yan Ruyin yang asli mungkin pernah hidup di samping suaminya.
Namun Yan Ruyin tidak pernah benar-benar melihat Shen Liang.
Sisi ini, tenang, kokoh, dan berbahaya belum pernah ia tunjukkan pada siapa pun sebelumnya.
Dan jika pria seperti ini sudah bergerak, maka apa pun yang akan datang setelahnya… tidak akan pernah sederhana.
semangat thor jangan lupa ngopi☕️