"Mas! Kamu tega!"
"Berisik! Gak Usah Bantah! Bersyukur Aku Kasih Kamu 10 Ribu sehari!"
"Oh Gitu! Kamu kasih Aku 10 Ribu sehari, tapi Rokok sama Buat Judi Online Bisa 200 Ribu! Gila Kamu Mas!"
"Plak!"
"Mas,"
"Makanya Jadi Istri Bersyukur! Jangan Banyak Nuntut!"
"BRAK!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Nis, kalau nanti pulangnya Mas gak bisa jemput gapapa? Sebetulnya Mas mau jemput, takut Si Boss mendadak ada kerjaan." Bambang membantu Nisa melepas helm.
Nisa tersenyum, memandang Bambang, "Ya Gapapa Mas. Kan Aku bisa pulang sendiri. Kayak gimana aja. Biasanya juga begitu."
Nada Bicara Nisa santai namun ada yang menusuk di hati Bambang.
Bambang menyerahkan 3 kotak kue bolu yanh dibawa Nisa untuk rekan - rekannya di Laundry. Rencananya, 2 kotak akan Ia berikan kepada rekan-rekannya, dan 1 kotak untuk Ibu Pemilik Laundry.
Nisa menerima 3 kotak berisi kue bolu dari tangan Bambang," Makasi ya Mas buat kuenya. Temen-temenku pasti seneng."
"Ya udah, Mas berangkat ya." Bambang mengulurkan tangannya yang disambut Nisa dengan menciumnya takzim.
"Assalamualaikum Mas."
"Waalaikumsalam Nis."
Nisa masih memperhatikan laju motor Bambang hingga tak lagi terlihat. Ada rasa yang entah apa dan Nisa tahu, pertimbangannya masih berjalan terhadap Bambang.
Tapi Nisa tak akan gegabah, Nisa ingin semua keputusan yang Ia ambil nanti akan menjadi yang terbaik.
"Wah! Kamu sudah masuk Nis. Ayo sini, ini bawa apa?"
Sambutan rekan-rekan kerja Nisa yang hangat membuat Nisa betah bekerja disana.
"Oh iya. Ini ada kue, dimakan bareng-bareng ya. Mbak, Ibu sudah datang?"
"Asik nih, buat ngeteh, Ibu sudah datang, tapi lagi dibelakang memeriksa stok sabun dan detergen."
"Oh gitu. Aku ke Ibu dulu ya. Mau kasih ini."
"Makasi ya Nis. Kamu tahu aja Kue disini favorit Kita."
"Iya sama-sama Mbak."
Nisa berjalan menemui pemilik Laundry, tiba di ruang penyimpanan logistik, segala macam persabunan, detergen dan pewangi Nisa melihat Bu Esti Pemilik Laundry tempatnya bekerja sedang fokus memeriksa.
"Assalamualaikum Bu." Nisa mengucap salam, meraih jemari tangan Bu Esti yang sudah Ia anggap seperti orang tuanya sendiri.
"Waalaikumsalam Nisa. Kamu sudah masuk? Sudah baikan Nak?"
Nisa dan Bu Esti duduk di kursi yang tak jauh dari ruang penyimpanan logistik.
"Iya Bu, alhamdulillah Nisa sudah sehat. Makasi Bu. Maaf Nisa selalu merepotkan Ibu dan Teman-Teman disini."
"Nisa gak ngerepotin kok. Ibu turut berduka ya Nis. Semoga Gusti Allah akan ganti dengan yang lebih baik. Dan ikhlaskan yang sudah terjadi. Biar Dede bayi disana juga tenang. Kelak Ia akan menjadi pembuka pintu syurga untuk Kamu dan Suami."
Kembali diingatkan akan kehilangan bayinya tak terasa membuat airmata Nisa kembali menetes.
"Maafin Ibu Nis, Kamu jadi teringat kembali. Sudah ya Nak, jangan sedih, Kamu juga harus kuat dan bahagia mulai sekarang."
"Iya Bu, Nisa berusaha. Doakan ya Bu, Nisa bisa melewati cobaan ini dengan ikhlas."
"Aamiin. Nak."
"Oh iya Bu, Ini Nisa ada kue. Semoga Ibu suka ya."
"Ya Allah, makasi banyak Nisa. Ibu jadi merepotkan Kamu."
"Gak repot kok Bu. Nisa sudah bawa juga buat Teman-Teman disini, jadi ini untuk Ibu."
"Oh ya sudah, nanti Ibu coba."
"Ibu mau Nisa bantu? Lagi memeriksa stok logistik ya Bu?"
"Iya ini, Ibu kemarin ada yang menawari supplier sabun, makanya nanti Ibu mau nanya sama Kalian semua disini. Mumpung Kita mau belanja stok sabun dan lain-lain."
"Kalau begitu mumpung sedang kumpul semua di ruang Laundry, bisa diobrolin Bu."
"Iya tadi juga Ibu sudah ngomong ke Nani, Nani bilang, Ibu harus denger sendiri pendapat dari Kalian."
"Kalo gitu Nisa balik ke ruang Laundry ya Bu."
"Iya Nis. Ibu juga mau kesana."
***
Bambang datang ke Cafe. Masih siang tentu saja Cafe masih tutup. Tapi tidak dengan perintah Boss yang memanggilnya dan entah ada pekerjaan apalagi yang harus Bambang lakukan.
Bambang memasuki ruangan Si Boss, sudah ada Anita dan Irma serta beberapa bodyguard yang memang sudah Bambang kenal.
"Duduk!"
Bambang menurut, duduk dikursi berhadapan dengan Si Boss.
"Kamu tiga hari kedepan ada kerjaan. Dan tidak sendiri. White dan Black akan ikut sama Kamu Bang. Dan juga Anita dan Irma. Kalian harus kerjakan kerjaan ini dengan rapi. Selalu waspada, dan kali ini Kalian akan berada di kapal pesiar selama tiga hari jadi pastikan semua persiapan harus matang. Terutama Kamu Bambang, Saya tidak mau dengar kalau Kamu meninggalkan kesan buruk. Ini peringatan terakhir dari Saya."
Si Boss pergi entah kemana. Sebuah mobil yang sama dengan pada saat Bambang melihat waktu itu.
"Mas Bams, ngelihatin apa sih?" Tepukan Anita menyadarkan Bambang yang larut memperhatikan kepergian Si Boss.
"Boss pergi sama siapa?"
"Sejak kapan Mas Bambang peduli. Inget Mas Kita cuma kerja, gak usah banyak tanya dan tahu!" Kali ini kata-kata Irma terasa menyudutkan dan dingin.
"Mas, satu lagi, tolong selama tiga hari kedepan, pastikan Istri Mas gak bikin masalah yang buat Mas terpecah konsentrasinya."
Bambang tak suka dengan kata-kata Irma, "Kamu jangan asal bicara soal Istri Saya. Bukan urusanmu!"
Irma bukannya takut, "Oh begitu? Mas jangan lupa, Aku punya Kartu AS Kita yang bisa kapan saja Aku kirim kepada Istri Mas yang tersayang itu."
Bambang mengepalkan kedua tangannya disamping menahan kesal dan amarah. Hanya karena kecerobohannya, terpedaya dengan dua iblis betina sekarang hidup Bambang selalu dilanda ketakutan.
"Kita harus bersiap. Selama di Kapal Pesiar, Klien Kita bukan orang sembarangan. Mereka tidak akan mentoleransi kesalahan sekecil apapun. Dan Boss sudah memberikan Kita fasilitas. Termasuk pakaian yang akan Kita kenakan selama disana."
Bambang ikut saja. Tak berkomentar. Toh Ia sudah masuk dalam lingkaran setan yang sulit untuk keluar.
"Mas Bams, tegang amat sih. Relax." Anita menggoda, sesekali mencolek lengan Bambang.
Irma hanya tersenyum menyeringai melihat Bambang dan Anita.
Mereka benar-benar dipersiapkan dengan baik, terbukti kedatangan Irma dan Tim langsung disambut hangat oleh sebuah butik yang entah, Bambang sendiri baru menemui hal yang seperti ini.
"Ini, semua untuk Kita?" Bambang yang sedang dibantu fitting sebuah Jas dan menatap siluet dirinya dalam cermin seketika merasa ketampanannya meningkat pesat dengan stelan mahal yang kini melekat pas ditubuhnya.
"Gunakan semua yang Boss berikan dengan baik. Jangan pernah mengecewakan Boss. Kalian sudah tahu kan konsekuensinya seperti apa?"
Kembali pandangan Bambang bertemu dengan Irma. Semakin hari Bambang semakin melihat sisi lain Irma yang ternyata sudah begitu profesional dalam bekerja dilingkaran gelap ini.
"Ih, Mas Bams keren banget sih! Nita sampai pangling! Kalo dandanan begitu, sudah kayak CEO tahu!"
"Nita! Kamu setelah ini ikut Aku! Kita harus permak payudaramu itu!" Irma tanpa aling-aling meremas salah satu payudara Anita.
"Iya tahu deh yang udah gede!"
"Tenang Mas Bams, nanti kalo udah gede, Mas Bams deh yang icip pertama!" Kerlingan nakal Anita membuat Bambang melirik sekilas.
dan tak berdaya dia SDH di monitor oleh si bos
Nisa jg trllu bodoh jd istri