Apa Itu Cinta?

Aira masih berada di rumah Mas nya. Kini mereka sedang menonton film bersama sambil menikmati kue buatan Riris. Sedari tadi Alkan terus memperhatikan istrinya. Gadis itu terlihat lebih ceria dan terus tersenyum senang. Padahal saat sedang bersamanya ia terlihat tidak bahagia.

"Gimana pernikahan kalian? Selama ini Mas Alkan gak pernah nyakitin kamu kan?" tanya Aira tiba-tiba membuat Riris terdiam.

Ia melirik suaminya sekilas, lalu kembali menatap adik iparnya sambil tersenyum. "Engga, Mas Alkan selalu memperlakukanku dengan sangat baik," bohongnya.

"Kamu gak bohong kan?" tanya Aira sambil menatap dalam matanya.

Riris menggeleng pelan mencoba menutupi kebohongannya. "Kamu gak usah khawatir, kamu kenal sendiri Mas mu. Dia lelaki yang baik," pujinya yang membuat Alkan terdiam.

Padahal selama ini ia selalu menyakitinya. Mengapa gadis itu berbohong dan masih saja melindunginya agar keluarganya tidak tahu. Riris tidak ingin mereka ikut campur dalam rumah tangganya. Ini masalah mereka, tidak seharusnya orang lain tahu. Ia juga tidak ingin mengumbar keburukan suaminya, sama saja ia mengumbar aibnya.

"Jika Mas Alkan nyakitin kamu, bilang aja sama aku," Aira melirik Alkan dengan sinis.

"Ingat ya, kalau Mas nyakitin Riris. Sama saja Mas nyakitin aku! Jika itu sampai terjadi, aku bakal bawa Riris pergi jauh dari Mas!" ancamnya sambil melotot tajam membuat Alkan bergidik ngeri.

Malas dengan adiknya yang terus menasehatinya. Alkan pun memilih pergi ke kamarnya. Sedangkan Riris dan Aira masih berada di ruang tengah menonton film.

"Ra, ayo ke kamarku kita tidur siang," ajak Riris karena merasa sangat lelah.

"Kamar kamu? Kalian gak tidur bareng?" tanya Aira curiga.

Akhirnya Aira tahu jika mereka tidak tidur bareng. Saat ini ia sedang mengusik kamar Alkan dan membawa barang-barang Riris ke sana.

Aira ingin membuat mereka semakin dekat. Mau bagaimana ia yang sudah memaksa Riris untuk menikah dengan Alkan. Jadi ia tidak ingin melihat Riris terus-terusan menderita. Aira ingin melihat mereka bahagia dengan saling mencintai. Bukan hanya Riris saja yang mencintai Mas nya.

"Dek, kamu apa-apa sih?"

"Kalian berdua sudah menikah, jadi sudah seharusnya tidur bareng! Jika kalian tidak mau, aku bakal aduin ke ayah sama ibu! Atau aku akan ikut tinggal di sini sama kalian!" Alkan memijit pelipisnya, pening melihat tingkah adiknya.

"Mas seharusnya belajar mencintai istri Mas. Setiap orang punya batas kesabarannya, jangan sampai Mas menyesal kehilangan orang yang tulus mencintaimu," nasehatnya membuat Alkan terdiam.

Malam hari, seusai mengantarkan adiknya pulang. Alkan tak langsung pulang ke rumah. Ia memilih pergi ke sebuah cafe berniat menghampiri teman-temannya.

Mereka sering keluyuran malam karena belum pada menikah, jadi masih ingin menikmati masa mudanya. Karena penat bekerja juga membuat mereka tidak betah di rumah. Mungkin jika sudah punya istri akan lebih betah di rumah. Berbeda dengan Alkan yang tidak betah di rumah karena tidak ingin bertemu istrinya.

"Cie yang udah nyoblos, kok mukanya di tekuk gitu sih. Kurang ya jatahnya?" goda temannya yang membuat bingung.

"Gimana rasanya bro? Sharing dong ke kita, penasaran nih."

"Maksud kalian apaan sih!"

"Semalam pas nganterin Lo pulang, istri Lo pake baju sexy. Gak mungkin Lo gak nyentuh dia, apalagi Lo lagi mabuk," jelas Bima.

Alkan terdiam, ia mencoba mengingat lagi kejadian semalam. Dan dia tidak mengingat apa-apa. Setelah sampai di kamar ia langsung tidur dan melihat Riris pergi dari kamarnya.

"Kalian pada gak usah mikir yang aneh-aneh deh! Gue gak ngelakuin apa-apa, dan sampai kapan pun gue gak bakal nyentuh dia! Gue ingin buat dia capek sendiri dan gak betah sama gue!"

"Lo kenapa jadi gini sih!" mereka benar-benar kesal dengan tingkah Alkan yang menjadi kejam seperti ini.

"Gue udah muak sama cewek!" 

Alkan memilih pergi dari sana, ia kira dengan bertemu mereka pikirannya akan tenang. Namun, mereka malah membuatnya semakin pusing.

Alkan berjalan keluar dari cafe. Namun, tiba-tiba seorang perempuan tak sengaja menabraknya.

"D-dara?"

Ternyata wanita itu adalah Dara, mantan calon istrinya. Alkan menatapnya yang memakai pakaian over size dan sedikit tertutup. Mungkin ingin menutupi perutnya yang mulai membuncit.

"A-alkan," wanita itu berniat menyentuh tangannya.

Alkan dengan cepat menghindar dan berniat melangkahkan kakinya. Entah kenapa hatinya masih sakit, ia masih tidak terima wanita itu mengandung anak dari cowok lain. Dan mengingat cowok di rumah sakit yang mengaku sebagai ayah dari anak itu, membuat nya merasa sangat cemburu.

"Plis dengerin aku dulu!" Dara dengan susah payah meraih tangannya.

"Aku benar-benar sayang sama kamu. Aku juga tidak menginginkan anak ini. Aku beneran di jebak sama teman adikmu. Waktu itu dia ngajak aku ketemu dan ngasih sesuatu di minuman aku, sehingga aku tidur sama cowok lain," jelasnya.

"Dia udah hancurin hidup aku dan sekarang berhasil ambil kamu dariku."

"Aku tahu kamu kecewa dan tidak sudi sama wanita kotor kayak aku. Tapi ini bukan sepenuhnya salahku, aku juga tidak ingin seperti ini," isaknya yang membuat Alkan merasa kasihan.

"Dia beruntung ya, malah menikah dengan kamu. Sedangkan aku udah hamil di luar nikah, dan cowok yang hamili sampe sekarang gak mau nikahi aku."

Alkan tersadar bahwa tidak sepenuhnya salah Dara. Dia seperti ini karena di jebak, dan Riris melakukan itu juga karenanya. Dengan perlahan Alkan menariknya ke dalam pelukannya mencoba menenangkan wanita itu.

"Maafin aku gak bisa jagain kamu. Aku menikahinya karena terpaksa. Dengan begini lebih mudah aku bantu kamu buat balas semua perbuatannya," ucap Alkan sambil mengelus rambutnya lembut.

Tanpa Alkan sadari, Dara diam-diam tersenyum smirk Akhirnya ia bisa mendapatkan lelaki itu kembali.

'Sorry, gue ngelakuin ini karena udah sayang sama dia. Gue gak suka milik gue di rebut orang lain.'

Sedangkan di sisi lain, seorang gadis diam termenung di balkon kamar. Ia menatap ke langit dengan tatapan kosong. Kejadian semalam terus terngiang di benaknya.

Tanpa sadar air matanya menetes. Mengapa semakin ke sini semua malah semakin berat. Ia sudah tidak tahu arahnya kemana. Jika tidak ingat pada tuhan, mungkin saat ini juga ia sudah mencoba mengakhiri hidupnya.

...***...

...Bohong jika aku bilang, aku tidak lelah. ...

...-Riris...