NovelToon NovelToon
Madu CEO Koma

Madu CEO Koma

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO / Konflik etika / Nikah Kontrak / Pihak Ketiga / Pernikahan rahasia
Popularitas:21.4k
Nilai: 5
Nama Author: Realrf

"Jika memang kamu menginginkan anak dari rahim ku, maka harganya bukan cuma uang. Tapi juga nama belakang suami mu."
.... Hania Ghaishani .....


Ketika hadirnya seorang anak menjadi sebuah tuntutan dalam rumah tangga. Apakah mengambil seorang "madu" bisa menjadi jawabannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lapar

Pagi yang sama, seperti pagi-pagi sebelumnya. Masih di musim yang sama. Langit berwarna kelabu, awan menebal di luar jendela besar kamar Brivan, tapi tak turun hujan. Dingin menggigit lantai marmer, udara terdiam seperti tak berani bergerak.

Hania masih di tempat yang sama. Ruang mewah yang lekan dengan aroma lavender yang menyamarkan bau obat. Masih melakukan ha yang sama, berulang setiap harinya. Wanita itu tersenyum manis sambi menggulung selimut Brivan, seolah sang suami bisa melihat senyumnya. Raga yeng terlelap itu, ia perlakukan sama bahkan lebih lembut dari raga manusia yang sadar. Ia membersihkan tubuh pria itu seperti biasa. Mengusap dengan lembut, berbicara dengan suara pelan yang hangat, seolah Brivan bisa mendengarnya.

"Pagi ini dingin banget, kamu kedinginan nggak? Aku usahan basuh badan lebih cepat. Biar kamu nggak dingin."

Hania membasahi lagi waslapnya dengan air hangat, lalu mulai mengusap dada dan perut Brivan. Sekarang dia tau kenapa otot-otot suaminya tetap terjaga. Dua hari yang lalu dua orang terapis datang, ternyata mereka yang selama ini memberikan stimulasi otot pada Brivan. Agar otot dan sendi tetap fleksibel dan nggak kaku atau mengecil (atrofi otot). Mereka juga mengunakan alat, yang memberikan kejutan listrik ringan ke otot agar tetap terstimulasi meskipun pasien tidak sadar.

Dan itu semua baru Hania ketahui dan saksikan secara langsung. Karena selama ini saat dua orang itu datang Hania akan diperintahkan masuk kamar. Namun, hari itu malah Hania yang disuruh Suster Fira untuk menemani mereka. Karena Dokter Mario dan staf medis lain sedang sibuk.

Setelah selesai membasuh tubuh Brivan dengan air hangat dan menggantikan popok dengan yang baru. Hania merapihkan semua peralatan yang ia pakai, dia lalu beralih, memastikan semua peralatan infus serta botol-botol obat sudah tersusun rapi di lemari khusus, tak jauh dari ranjang Brivan berbaring.

"Hais ... Capeknya .." Hania duduk di sofa kecil samping ranjang Brivan, sambil memijat bahunya sendiri, entah kenapa dia lebih gampang merasa lelah akhir-akhir ini. Apa hami memang begini?

“Tadi malam aku baca novel tentang seorang istri yang pura-pura tidak hamil… padahal dia memang nggak bisa punya anak. Dan suaminya tahu, tapi diam. Sakit banget ya rasanya diam-diam tahu… tapi tetap bertahan karena cinta. Manis kan?”

Ia terkekeh pelan, mencoba terdengar ringan. Tangannya masih sibuk menyisir rambut Brivan.

“Tapi di ending ceritanya sedih… suaminya ninggalin dia. Karena cinta doang memang nggak cukup, ya?"

Helaan nafas berat terdengan dari wanita itu.

"Ternyata hidup butuh lebih dari sekedar cinta .... Tapi hidup tanpa cinta dan kasih sayang juga hampa, Brivan..."

"Mungkin kamu nggak pernh ngalamin, karena aku yakin kehidupan yang kamu jalani sempurna ..." Hania menumpukan siku di tepi ranjang, lalu menopangkan dagu di tangannya.

Hening

Hanya suara detik jam dinding dan suara alat monitor jantung.

Hania menatap wajah Brivan sebentar, lalu mengelus alisnya perlahan. Ada senyum kecil di wajah Hania, tapi matanya… tampak lelah. Penuh. Dia suka sekali menatap Brivan seperti ini, sedekat ini. Mungkin jika pria itu bangun, dia akan langsung di dorong menjauh. Brivan pasti merasa risih ditatap wanita asing dengan jarak sedekat ini. Tapi mau bagaimana lagi, ini semua keinginan si biji kecambah yang tumbuh di rahim Hania.

“Kamu nggak bosen kan dengerin aku ngoceh? Meskipun cuma aku yang ngomong random dan sekedar nyeritain novel yang aku baca. Kamu nggak harus jawab aku, kamu cukup diem dan dengerin aja…”

Ia menghela napas panjang.

“Karena selain kamu nggak ada yang mau dengerin aku. Semua orang di rumah ini… nggak bisa aku ajak bicara.”

Tangan lentik Hania memainkan rambut lebat Brivan yang mulai panjang. Hania meringis, merasakan perut mulai terasa perih.

“Aduh… lapar… banget, gumamnya, satu tangan refleks mengelus perutnya yang masih datar.

"Aku sarapan ya ... Suamiku," pamitnya sebelum bangkit dari sofa.

Ia pun melangkah keluar kamar, menyusuri lorong dengan langkah pelan. Melewati lorong panjang yang sunyi dan dingin. Tidak ada Mario, tidak ada Ivana. Sudah seminggu Hania tidak melihat mereka. Entah kenapa, dia juga tidak pasti. Sang nyonya besar pun sama, Audy juga tidak berkunjung ke kamar suami mereka.

Sampai di dapur, langkah Hania terhenti.

Dapur yang biasanya sepi, kali ini berisi koki mansion dan dua asistennya. Mereka sedang menyiapkan sup, bau kaldu ayam perlahan menguar ke seluruh ruangan. Ketiganya menoleh sejenak saat Hania masuk. Seolah mereka melihat hal yang tidak seharusnya mereka lihat.

Tapi tidak ada yang menyapa.

Canggung. Senyap.

Hania mencoba memecahnya.

“Se-selamat pagi…” sapanya pelan, sambil berjalan pelan ke arah meja

Tak ada yang membalas.

Sang koki hanya menunduk. Dua asistennya pura-pura sibuk memotong wortel dan mengaduk sup. Atmosfer itu dingin, tapi bukan karena cuaca. Dingin karena kehadirannya. Seolah keberadaannya salah. Seolah dia… aib yang berdiri di tengah ruangan.

Hania memaksakan senyum.

Ia membuka mangkuk tutup lauk yang biasanya berisi makanan untuk para pekerja. Tapi begitu tutup mangkuk dibuka…

> Ugh—!”

Aroma santan yang gurih dari kare ikan dan bawang goreng langsung menghantam penciumannya. Mual itu datang begitu saja, seperti gelombang. Tangannya menutup mulut, matanya membelalak.

“M-maaf… saya… saya…”

Ia berlari kecil ke arah wastafel di sudut dapur, nyaris menabrak salah satu asisten. Tubuhnya membungkuk, muntah. Tapi yang keluar hanya air liur dan sedikit asam. Tidak ada makanan, hanya rasa pahit yang menyeret air mata keluar begitu saja.

Asisten koki langsung menghampiri, menepuk punggungnya pelan.

“Maaf, Mbak… saya ambilkan air hangat, ya?” bisiknya.

Koki utama juga ikut mendekat, panik dan penuh rasa bersalah. Wajah mereka berubah, dari canggung menjadi iba. Tapi tidak satu pun dari mereka berani berkata banyak. Seolah takut… seolah dia adalah rahasia yang tidak boleh disentuh.

“Mbak, duduk dulu… saya ambilkan kursi…”

Si Asisten koki segera menyeret kursi dari meja makan pekerja.

“Maaf… maaf saya… ganggu ya… saya… saya cuma…” Suaranya lirih, terdengar rapuh. Ia mencoba berdiri tegak, tapi napasnya berat. Keringat dingin merembes di pelipisnya.

"Minum dulu." Pria paruh baya itu menyodorkan air hangat.

Setelah diberi air hangat dan duduk sebentar, ia tersenyum. Lagi-lagi… senyum yang dipaksakan.

“Makasih… aku nggak apa-apa. Biasanya pagi memang begini… …”

Koki dan para asisten hanya saling pandang. Tak satu pun tahu harus berkata apa. Hania pun berdiri pelan, menatap mereka, lalu menunduk pelan sebagai tanda terima kasih.

“Aku balik ke kamar, ya. Permisi…”

Ia meninggalkan dapur itu, kembali ke lantai atas. Dapur yang tadi dipenuhi aroma hangat… terasa seperti tempat yang tidak menginginkannya.

Sesampainya di kamar, Hania menutup pintu dan langsung duduk kembali di kursi samping ranjang Brivan. Ia mengambil tangan pria itu, menggenggamnya pelan.

“Tuan suami… aku laper. Tapi… aku mual. Tadi di dapur aku muntah, santannya bau .. ikannya juga .. Aku nggak suka bawang goreng ... Tapi aku lapar ." Air matanya mulai menetes, satu per satu. Mengadu pada raga yang bahkan tak mampu berkedip.

“Kamu dengerin aku kan? Aku tahu kamu denger… meski kamu belum jawab. Aku harus gimana .. aku lapar Brivan ..." Hania merengek, dia benar-benar lapar tapi dia tidak mau makan menu pagi itu. Tapi di sisi lain dia juga tidak menyusahkan koki dan pekerja dapur.

Masih jelas dimata Hania bagaimana rasa takut dan canggung di wajah mereka saat Hania memasuki dapur.

1
Shakura
eh kok tiba2 Fira berubah pikiran mau bantuin Hania.. semoga beneran ya jangan ada udang di balik batu loh .

emaknya Brivan buruan pulang selametin anakmu.. jangan sampe telat..
Zii
kenapa vira berubah fikiran
Nina Ananda
oalahh kira² apa yg udah terjadi sama suster Fira kemarin² aja dia ngotot gak mau bantuin Hania sekarang malah datang sendiri langsung bilang mau bantuin Hania, jadi penasaran apakah udah terjadi sesuatu sama suster Fira 🤔
Desi Sari
ibunya brivan jd blm tau apa2 kondisi brivan dan audy yg udh gk hamil lg
Desi Sari
kepo alasan ap yg membuat fira tiba2 berubah pikiran
Tulip's 🌷
jadi penasaran, kenapa suster Fira tiba-tiba ingin membantu Hania
Tulip's 🌷
bener2 munafik banget si Mario, padahal dia yang bikin brivan tidur.
Putri Nurril
wowwwwww
emak nya brivan bakalan pulang. dan si nenek tapasya pasti gak bisa bergerak sesuka hati nya setelah ini
Sweet Mango
Ga sabar nunggu kejutan dari ayah dan ibu nya brivan. apa yang mau di perbuat Mario, Audy dan ivana di depan mereka ? suruh Audy pura² hamil atau gimana
N.M.Q
Sebentar lagi apa yang perbuat mario pasti akan tercium oleh ayah dan ibu nya brivan
Novi Manggala Qirani
Kayak nya Fira tahu sesuatu sampai akhirnya mau mambantu Hania, mungkin dia mendengar Mario dan ivana bicara
Sweet Mango
Mario pengen nguasain kekayaan Brivan, lewat Audy ?
Oh nggak bisa, yang mengandung anak brivan itu hania, jadi Audy gak ada hak emm
N.M.Q
Kalo kesadaran brivan bukan kuasa mu, berati kesehatan brivan juga bukan kuasamu Mario !!
kapan aja,, Brivan pasti bisa bangun melawan bius yang kau ciptakan !!
Novi Manggala Qirani
tu kan, hmm tapi Mario melakukan ini pasti tidak semata² demi Audy, dia juga punya tujuan tersendiri
Anita♥️♥️
ada apa dengan Fira??kenapa tiba" dia mau membantu Hania??
Kenara 💜
jeng jeng Audy kamu tidak bisa berbohong lagi. tolong ibunya brivan. jangan bilang²
Sahidah Sari
ada apa dengan suster Fira ya? apa yg sdh terjadi sama dia.trs knp dia tiba tiba mau bantu Hania tp syukur lah dia berubah pikiran.

apa ibunya Brivan ga tau ya klu Audy sdh keguguran dan anaknya lagi terbaring sakit.
Afiq Ditya
Kenapa tiba² Suster Fira mau membantu Hania untuk membuat Brivan bangun??tapi keadaannya yg kacau justru bikin penasaran,, hal apa yg buat Suster Fira berubah,,
Ibunya Brivan akan datang,, berharap bgt dia akan bisa membawa Brivan pergi bersamanya,jika Brivan menjauh dr Mario,itu artinya Brivan akan bisa segera sadar,,,
Yanti99
Fira kenapa tiba" berubah pikiran,,apakah dia punya rencana lain?
nah loh ibunya brivan mau ke indo jenguk brivan gimana ya nanti reaksinya kalau tau Audy udah ga mengandung lagi
Yanti99
andai kamu tau Audy,brivan ga sadar karna ada campur tangan sahabatmu Mario yg kamu anggap selalu ada buat kamu,padahal dia yg mengendalikan semuanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!